Tari yang sedang menampi beras sisa takziah di belakang rumahnya dikejutkan dengan kedatangan Yu Gairah, tetangga rumahnya yang berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya.
"Tari! Tari!"
Tari bergeming, matanya menyipit menatap fokus pada wanita yang berlarian ke arahnya.
Saat ia tersadar jika itu adalah Yu Girah, Tari langsung meletakkan tampah berisi beras ke lantai semen begitu saja, tanpa memikirkan beras itu akan di patok ayam-ayam peliharaanya yang sedang berkerumun di sekitar.
"Ada apa Yu Girah. Kenapa lari-lari begitu?" Tanya Tari setengah berlari ke arahnya.
Yu Girah tidak menjawab langsung pertanyaan Tari, napasnya ngos-ngosan karena berlarian tanpa henti dari rumahnya.
"Tari ambilkan air ya, Yu, sebentar," Tari yang melihat ekspresi Yu Girah hendak masuk untuk mengambil air minum, tapi Yu Girah menahannya.
"Nggak usah Tari, Yayuk tidak haus," tolaknya.
"Yayu ke sini karena ada yang mau Yayu sampaikan sama kamu," ucap Girah terengah-engah.
Kontan saja ucapan Girah itu membuat tari menautkan dua alis matanya. Penasaran dengan apa yang akan Yu Girah sampaikan.
Yayu Girah mendekat ke Tari. Matanya melotot seolah Ia mempunyai sesuatu rahasia dan tidak ingin diketahui oleh orang lain.
"Jasmine tadi masuk rumah sakit, belum ada yang tau apa yang menyebabkan Jasmine di bawa ke sana, tapi tadi kata tetangganya, Jasmine itu tubuhnya sangat lemah dan digendong oleh suaminya,"
Wajah Tari seketika berubah. Ia lalu menjauhkan dirinya dari Yu Girah dan berkata," itu bukan urusan Tari, Yu. Biarin aja. Kalau memang Yu Jasmine sakit, semoga Allah angkat penyakitnya."
Wanita paruh baya itu menatap Tari dengan dalam. Ia tahu selama ini Tari memendam perasaan jengkel kepada Jasmine. Apalagi pada saat ditoko tempo hari, Yu Girah melihat Tari pergi saat mereka membicarakan status Facebook Jasmine.
"Yayu kira kamu seneng lihat Jasmine sakit, soalnya Jasmine kan...,"
" Ya, Tari tahu kalau Yu Jasmine tidak suka sama Tari, Tari juga tahu jika yang diomongin sama Yu Jasmine di fb-nya itu adalah Tari,"
"Tapi, bagi Tari itu semua tidak akan menghalangi niat Tari untuk tetap mengirimkan doa bersama, meskipun berkat yang Tari buat tidak mewah, tapi Insya Allah itu dari uang halal yang Tari kumpulkan sewaktu bekerja,"
"Tari sekarang sudah ikhlas, Yu. Meski Tari tidak jadi menikah, Tari tidak akan pernah menyalahkan nasib dan takdir Tuhan, mungkin ini yang terbaik untuk Tari, Tari terima,"
"Perihal orang mau benci, tidak suka Tari, iri, dengki dan sebagainya, itu Tari serahkan kepada Allah, Tuhan semesta Alam, Si Pemilik kehidupan,"
"Tari tidak perduli dengan omongan tetangga, apalagi tentang Yu Jasmine, apapun yang terjadi dengan Yu Jasmine bukan urusan Tari," gadis itu mengulas senyum getir, tampak sekali raut kesedihan dibalik ketegaran ucapannya.
Sedikit menyesal Yu Girah pun pamit dengan alasan akan berbelanja dan takut kesiangan. Ya, ia menyesal juga dongkol karena lawan bicara yang ia harap akan senang dengan kabar berita darinya malah terlihat cuek dan tidak perduli.
Ya, begitulah kehidupan warga kampung tempat Tari tinggal. Gosip sekecil apapun akan cepat tersebar, entah itu dari media sosial ataupun dari mulut ke mulut.
Apalagi semua orang tahu kalau Jasmine itu tidak suka dengan Tari, dan Tari pun seperti menyadarinya.
Tari melihat kepergian Yu Girah hingga punggung wanita itu tak tampak lagi dari pandangannya. Entah kenapa terselip perasaan senang di dalam dirinya mendengar tetangga julidnya itu sakit.
"Mungkin itu hanya sekedar teguran untukmu Jasmine, biarpun kamu mati pun aku tidak akan pernah mau menginjakkan kaki di rumahmu,"
Gadis berkulit sawo matang itu mencengkeram tangannya. Ia bukan seorang malaikat, ia tentunya punya rasa sakit hati dan dendam sama seperti manusia pada umumnya, tapi Tari mampu meredam itu semua, hingga tampak biasa saja.
Tari memutar tubuhnya dan kembali kepada beras yang tadi ia letakkan begitu saja di semen, senyuman terulas dan menatap ke arah beras.
"Selamat menikmati sakitnya dunia, Jasmine ...,"
***
Jasmine bergolek ke kiri dan ke kanan menahan sakit perutnya. Padahal Ia sudah diberikan obat, dan diberikan penenang, tapi itu tidak mempan.Herannya, Jasmine hanya tertidur beberapa saat saja, setelah itu ia terbangun dan mulai merintih kesakitan.
Ahmad menatap istrinya putus asa. Apalagi saat Dokter sudah angkat tangan, bingung karena segala upaya sudah di lakukan.
Jasmine akhirnya tenang saat Ahmad membacakan ayat kursi di telinganya, seolah surah itu sebagai penawar sakit yang di derita Jasmine.
"Pah ... Bunda sakit apa, ya? kepala rasanya sakit banget, pindah-pindah. Kadang di belakang, kadang di samping,"
"Perut juga tiba-tiba sakit, sakitnya itu seperti di lilit-lilit, di plintir," adu Jasmine saat ia sudah merasa baikan.
Ahmad memandang istrinya lekat. Melihat wajah Jasmine yang berubah pucat, tiada berseri seperti biasanya.
Ocehannya pun tampak lebih tenang. Tidak berapi-api seperti tadi pagi.
Ahmad lalu menggenggam tangan istrinya yang saat itu tampak lemah. Kedua anaknya pun tertidur pulas dibrankar samping Jasmine yang kosong karena tidak ada pasien lain di ruangan itu.
"Mudah-mudahan cuma sakit biasa ya, Bun. Bunda jangan berpikiran macam-macam, terus berdoa kepada Allah supaya Bunda lekas pulih dan kita bisa kembali ke rumah," ucap Ahmad berusaha menenangkan istrinya yang cemas.
Padahal di dalam hatinya sekarang merasakan sesuatu yang lain. Entah kenapa ketika ia menatap Jasmine, hatinya mencelos dan terasa sangat pedih, seolah saat-saat ini adalah saat terakhir ia bersama wanita yang telah memberinya dua anak itu.
"Ini pasti kerjaannya Tari. Yakin ini Bunda keracunan telur berkat yang Bunda makan tadi malam," lagi lagi Jasmine menuduh Tari, dugaannya selalu tertuju kepada gadis itu, entahlah Jasmine seolah buta dan terus-menerus melimpahkan kesalahan kepada gadis yang sama sekali tidak pernah menyinggungnya itu.
"Astaghfirullahaladzim Bunda, Bunda istighfar, semua penyakit itu datangnya dari Allah. Lagi pula, apa alasan Tari untuk melakukan perbuatan jahat kepada Bunda dan pastinya pada tetangga yang lainnya?"
"Tapi, jika memang ini semua karena perbuatan Tari, kenapa hanya Bunda seorang diri yang merasakan sakit? Sedangkan tetangga yang lain tidak ada yang masuk ke klinik ini selain Bunda," tukas Ahmad yang membuat Jasmine terdiam beberapa saat.
"Bisa jadi karena dia iri sama Bunda, bunda kan cantik, punya suami ganteng, terus kehidupan kita kan bahagia, tidak ada kurangnya,"
Ahmad langsung melesatkan pandangan ke arah Jasmine. Ia tidak mengerti akan isi pikiran wanita yang telah Ia nikahi beberapa tahun lamanya itu.
"Bunda, istighfar!"
Sementara itu di luar ruangan, seseorang mematung mendengar percakapan antara Ahmad dan Jasmine yang begitu jelas di telinganya karena suara mereka yang lantang.
Wanita itu langsung tersenyum culas dan memutar tubuh. Oleh-oleh yang ada di tangannya ia bawa serta, lagi, sebuah berita panas akan segera tersebar. Berita yang akan membuat hidup seseorang kembali nelangsa.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasi Berkat.
HorrorIbu muda beranak dua, Jasmine harus mengalami kejadian tak mengenakkan dalam hidupnya.Ia tiba-tiba sakit keras tanpa tau pasti apa penyakit yang di deritanya setelah menyantap nasi berkat dari tetangganya. Apakah penyakit itu karena nasi berkat? ata...