Sudah satu setengah jam Melody dan Rajen berdiri di tengah lapangan. Matahari semakin memanas. Keduanya berdiri di tengah lapangan sambil hormat kepada bendera merah putih dan mengangkat satu kaki. Mereka harus menunggu jam istirahat agar hukumannya terbebaskan.
Melody sudah tidak kuat menopang tubuhnya. Ia terjatuh tak sadarkan diri. Lagi lagi Rajen segera membawanya ke UKS. Rajen menemani Melody hingga siuman.
20 menit kemudian...
Melody membuka matanya perlahan. Ia masih lemas. Melody termenung sesaat, “Thanks, Rajen.” Rajen hanya mengangguk.
“Lo istirahat aja.” Melody tak enak jika terus merepotkannya, ia hanya menjadi beban.
“Diminum dulu teh angetnya.” Ucap Rajen menyodorkan segelas teh hangatnya. Melody membalas dengan anggukan kepala.
“Jaga kesehatan Lo, 2 hari lagi perlombaannya dimulai. Gue gamau Lo sakit.” Tutur Rajen. Melody mengiyakannya.
•••
Tak terasa bel sekolah berbunyi. Dapat Melody lihat para siswa sudah mulai berhamburan meninggalkan kelas. Tinggal Melody sendiri yang di dalam kelas. Ia tak lupa dengan hukumannya.
Terdengar derap langkah kaki dari depan kelas. Tenyata Rajen. Rajen berjalan menghampiri Melody.
“Ayo.” Melody beranjak dari kursinya. Keduanya berjalan beriringan menuju kamar mandi sekolah. Mereka membersihkan satu per satu kamar mandi yang kotor dan bau.
“Kalo Lo capek, biar gue aja.” Rajen melihat Melody yang sudah bercucuran keringat. Melody terus melanjutkan pekerjaannya hingga selesai. Ia tak mau lagi merepotkan Rajen.
“Udah selesai. Ayo Gue anter.” Belum sempat menjawab, tangan Melody segera di tarik menuju parkiran. Keduanya pulang bersama.
•••
Sore hari tiba, Melody sudah sampai di rumahnya, “Thanks.” Melody mengucapkan terima kasih kepada Rajen karena hari ini sudah banyak merepotkannya. Melody tak enak hati kepadanya.
Rajen mengangguk dan tersenyum. Saat Melody berbalik, Rajen berkata, “Jangan lupa belajar, Melody.” Melody hanya tersenyum sekilas.
“Lo mau masuk?” Melody mempersilahkan Rajen masuk ke dalam rumahnya. Rajen dengan senang hati masuk.
Melody masuk terlebih dahulu. Rajen terpukau melihat isi rumah yang tertata rapi. Sementara itu, Melody menyiapkan makanan dan segelas air putih.
“Orang tua Lo kemana?” Melody terdiam. Ia tahu pasti Rajen akan menanyakan hal ini. Tapi sudah saatnya Ia terbuka kepada seseorang.
“Udah gaada. Gue tinggal sendiri.” Melody tersenyum miris. Teringat masa-masa sebelum kejadian yang menimpa kedua orangtuanya. Rajen merasa bersalah menanyakan hal tersebut.
“Maaf, Gue gak bermaksud gitu.” Ucap Rajen. Ia takut Melody akan menjadi murung.
“Gue tau. Nih, dihabisin.” Melody menyodorkan makanan dan segelas air putih. Rajen menatap Melody. Mata indah Melody membuatnya terhanyut dalam lamunannya.
“Kenapa?” Lamunannya buyar. Melody memasang wajar datar. Rajen segera pamit pulang. Ia mengatakan tak bisa berlama-lama.
Melody melihat ada yang aneh di diri Rajen.Segera Melody membersihkan sisa makanan dan membersihkan diri. Setelah selesai, Melody lanjut menonton film kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Terakhir
Short StoryDi antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi merupakan waktu yang paling indah. Ketika janji-janji baru timbul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan...