2

0 0 0
                                    

Saat bel istirahat sekolah berdering, kebanyakan orang akan berhamburan menyerbu kantin untuk membeli makanan. Namun ada juga yang malah tidur, bergegas mengeluarkan buku tugas atau menggunakan jam istirahat untuk belajar.

Hidup seorang remaja rasanya terlalu dangkal jika hanya menghabiskan waktu istirahat di dalam kelas, berdiam diri, tidur, sekadar makan, lalu membuat tugas. Ada waktunya mengerjakan tugas, ada waktunya untuk bermain dan beristirahat santai, sembari mengekspresikan diri dengan cara yang menyenangkan.

Namun, banyak anak melewati waktu istirahat dengan bermain melakukan aktivitas yang banyak gerak seperti bermain basket. Seperti anak lelaki yang tengah bermain basket di lapangan. Rajendra Janardhana—siswa paling dikagumi di sekolahnya. Tubuh seperti atlet, rambut ikal yang menambah kesan macho, dan memiliki segudang prestasi membuatnya diincar oleh para siswi di sekolahnya.

Saat hendak mencetak bola ke ring, tiba-tiba ia melakukan kesalahan. Basket yang seharusnya masuk, ternyata meleset mengenai seorang gadis.

Brukkk...

Gadis itu terpapar di lantai kehilangan kesadarannya. Cepat-cepat Rajen segera membawanya ke UKS. Jerit histeris siswi-siswi saat melihat kejadian tersebut. Rajen tak perduli, dipikirannya ia harus segera membawanya terlebih dahulu.

20 menit kemudian...

Gadis itu perlahan-lahan membuka kelopak matanya. Matanya menyipit tanda kebingungan, "Lo tadi pingsan, gue minta maaf." Rajen menatap gadis itu, ia tahu pasti gadis itu kebingungan.

"Iya, Gak apa-apa." Gadis itu melengos pergi meninggalkan Rajen di ruang UKS sendirian. Rajen heran mengapa gadis itu langsung pergi, apa ada yang salah?

"Safira Melody." Ucap Rajen bergumam.

•••

Jam istirahat telah selesai. Semua siswa kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar. Melody tampak tidak fokus belajar, ia belum memakan apapun sejak pagi tadi. Kini ia hanya mendengarkan perutnya yang sudah bunyi sedari tadi. Materi yang sudah di jelaskan pun sepertinya tidak masuk di otaknya. Bagaimana tidak? ia tidak bisa fokus kalau ia sedang lapar.

"Melody, kalau kamu masih sakit pulang saja, Nak." Bu Restu sepertinya tahu jika Melody terkena bola basket siang tadi.

"Nggak Bu, Saya baik-baik aja." Melody tersenyum miris, andai saja Bu Restu tahu bahwa saat ini ia sedang kelaparan, bukan kesakitan.

"Baiklah."

•••

Tak terasa bel berbunyi menandakan waktu pulang. Dapat Melody lihat beberapa siswa sudah mulai berhamburan meninggalkan kelas. Sepertinya tempat parkir menjadi sasaran utama mereka sesaat setelah melangkahkan kaki dari depan pintu kelas. Kebanyakan memang siswa di sekolah sudah menggunakan kendaraan sendiri. Ada yang membawa mobil tapi ada juga yang mengendarai sepeda motor. Tak terkecuali dengan Melody.

Sinar matahari jadi semakin terik. Udara panas rupanya mampu juga berputar-putar di sekitar tempat parkir. Melody mulai berkeringat sembari menyusuri jalanan trotoar. Memang sebenarnya suasana seperti ini sudah biasa ia rasakan. Tetapi entah kenapa terik panah hari ini terasa berbeda. Mungkin ini pertanda akan ada hujan di sore atau malam hari nanti.

Sial, bisa-bisa Melody tak mampu lagi bertarung dengan hangatnya mentari ini. Melaju sambil merayap ini membuatnya harus rela menghabiskan beberapa menit untuk dicumbu oleh terik matahari yang semakin bertambah sekian derajat celcius.

Dari kejauhan tampak lelaki yang mengendarai sepeda motor, Melody yakin ia seperti mengenalnya. Benar saja, ternyata itu lelaki yang ada di ruang UKS bersamanya tadi siang.

"Naik."

•••

Rajendra Janardhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rajendra Janardhana

Melody Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang