Point Of View Flora Lavanya
CHAPTER 1
"Hai, pagi."
"Lo beneran ya mau berangkat bareng?" tanyaku heran. Benar saja, pukul 6 pagi Leo sudah berdiri di depan pintu rumahku bersama seragam sekolah putih abu.
Aku kira Leo hanya bercanda kemarin.
"Emang kemarin gue keliatan bercanda?"
Aku bingung harus menjawab apa. "Yaudah, tunggu."
Setelah berpamitan aku langsung masuk ke dalam mobil Leo. Kali ini suasana lebih hening daripada yang kemarin, Leo tidak berbicara apa-apa dan aku juga memilih untuk menutup mulut. Ini terlalu aneh untukku, aku dan Leo baru saling mengenal beberapa hari tetapi kenapa dia berperilaku seperti sudah sangat akrab?
Jalanan sangat ramai pagi ini, butuh waktu yang cukup lama untuk keluar dari kemacetan. Setelah sampai di sekolah Leo dan aku berjalan bersama dari parkiran sekolah menuju kelas, membuat orang-orang sekitar menatap kita berdua dengan kerutan.
"Flora pacaran sama murid baru?!"
"Ya ampun, Flo! Baru kenal nggak lama kamu udah bisa ambil hatinya?"
Suara-suara yang keluar dari teman-teman sedikit menganggu, aku tidak enak bila Leo menjadi tidak nyaman karena itu.
"Maaf, ya, Leo. Kalo ada hal yang nggak biasa pasti jadi omongan," kataku sebelum memilih untuk berjalan lebih cepat.
Leo tampak tidak peduli dengan orang-orang yang mulai berbisik-bisik, ia mendekatiku dan kembali berjalan beriringan menuju kelas. "Gue nggak masalah."
"OH MY GOD." Seva menutup mulutnya terkejut. Dari tempat duduknya ia menatap kedatanganku bersama Leo dengan tidak percaya.
"Flo? Sejak kapan lo deket sama Leo?"
"Biasa aja, Sev. Ternyata dia tetangga baru gue, yang di seberang."
Seva menepuk dahinya. "Le?! Rumah lo deket sama Flora?" tanya Seva.
Leo menoleh dengan malas. "Berapa kali gue harus bilang jangan panggil gue
Le!"
"Tapi nama lo LEO! L-E-O! Dipanggil LE! Apa salahnya?"
"Leo!"
Seva membuang wajah kesal, ia mengeluarkan buku dan mulai menulis-nulis asal.
"Udah, panggil aja dia Leo, Sev," ujarku pelan.
"Iya, Flo. Tenang aja," balasnya sambil tersenyum.
Leo tiba-tiba saja keluar dari kelas, tanpa berkata apa-apa. Padahal 5 menit lagi bel akan berbunyi pertanda kelas di mulai.
"Anak-anak, kumpulkan PR minggu lalu di meja barisan depan." Guru pelajaran bahasa Indonesia sudah memulai kegiatan belajarnnya, anehnya Leo belum kembali sampai sekarang.
"Sekarang!" perintah Pak Tom.
"Leo kemana ya, Sev? Kok belum balik-balik?" tanyaku kepada Seva yang sibuk menerima buku operan dari belakang.
Seva mengangkat kedua bahunya. "Mungkin nyasar."
"Ih nggak mung-"
"Leo mana ini?" tanya Pak Tom.
Tidak ada yang menjawab, semua tidak tahu ke mana Leo pergi.
"Chat coba dichat!" Pak Tom menunjuk aku untuk mengirimi pesan kepada Leo. "Bapak nggak mau ada yang susulan ulangan harian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [republished, revised🎡]
Teen FictionHowever, I will still love you Pada akhirnya aku tidak akan pernah ingin tahu lagi kenapa kita sempat bersama, aku tidak ingin lagi mencari tahu kenapa kamu pergi dari hidupku. Aku memilih untuk melepas semua perkara tentang kita yang dulu pernah se...