Selesai - 01

9 1 0
                                    

Tiga bulan setelah hari itu. Hobi perempuan berambut pendek sebahu itu bertambah. Melamun adalah hobinya saat ini. Malam-malam di balkon kamarnya dengan angin yang berhembus menerpa kulitnya. Matanya terus menatap lurus melihat suasana kota dengan pandangan kosong. Hari ini dirinya begitu lelah. Pelukan yang biasanya ada untuknya sudah tak lagi ia rasakan. Aroma maskulin yang selalu menyeruak masuk ke indra penciumannya sudah tak bisa lagi ia hirup dalam-dalam. Usapan lembut di kepalanya pun juga sudah tak pernah lagi ia rasakan. Asing semua terasa begitu asing setelah hari itu.

Sudah pukul sepuluh malam, matanya sulit sekali terpejam. Bayangan tentangnya terus muncul dalam benaknya. Bagaimana? bagaimana caranya dia berdamai dengan keadaan. Tangannya terulur mengambil handphone yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya. Dibukanya handphone itu masih sama, wallpaper itu tetap sama. Matanya menatap lekat ke arah handphone yang masih terbuka menampilkan foto orang yang membuatnya sulit tidur saat ini. Jujur dia sangat merindukannya. Mungkin ini obatnya agar bisa tidur malam ini.Dan benar saja, tanpa disadari dirinya tertidur dengan pulas hingga pagi menyapa.

Sayup-sayup mata perempuan itu terbuka, cahaya matahari sudah masuk melalui jendela yang tidak tertutup gorden disana.
Matanya menatap benda bernama handphone itu. Tidak ada notifikasi lagi. Ucapan selamat pagi yang dulu selalu rutin memenuhi notifikasi di handphonenya sudah hilang.

Hembusan nafasnya mulai tercekat, matanya terasa begitu memanas
"Secepat itu ya perginya."gumamnya. Kepalanya tertunduk , tangannya memeluk erat kedua kaki yang ia lipat di depan dadanya. Hari ini tetap sama seperti kemarin. Tanpa hadirnya.

***

Dengan langkah lunglainya, Caca berjalan menuju ruangan toko kue yang selama ini ia bangun selama kurang lebih dua tahun. Toko dengan nuansa estetik yang menjadikan tempat itu banyak dikunjungi para kaum muda sebagai spot foto untuk di unggah di sosmed mereka. Toko kue dengan nama caca's cake day. Ada banyak sekali berbagai kue dengan dekorasi cantik yang dijualnya.

Ketika sudah sampai di ruangannya ia mendudukkan dirinya di kursi miliknya. Hembusan napas keluar dari bibir tipisnya. Pikirnya hari ini dia harus semangat.

Kamu harus terus semangat, baik-baik dan bahagia juga ya.

Terbesit kata terakhir yang pernah diucapkan sosok itu. Orang spesial itu. Dalam benaknya dia harus bahagia namun hatinya selalu tidak rela.

"Mbak."lamunan Caca buyar ketika dirinya di panggil oleh salah satu karyawan tokonya.

"Iya?"jawabnya.

"Ada yang mau order birthday cake di luar."ucapnya. Di tokonya semua orderan untuk hari spesial dikerjakan langsung oleh sang pemilik toko yaitu dirinya. Bukannya tidak percaya dengan karyawannya tapi perempuan itu masih bisa menghandle pesanannya, jadi karyawannya hanya membantu di tokonya.

"Iya."Caca beranjak dari duduknya untuk melayani pembeli dengan orderan birthday cake itu.

"Maaf ada yang bisa kami bantu?"ucapnya dengan senyuman di bibirnya.

Pembeli birthday cake masih sibuk mengamati berbagai gambar catalog cake yang tadi diserahkan oleh karyawannya.

"Kak kira-kira bisa request dekorasi Cake nya?"tanya pembelinya.

"Bisa kak, mau dekorasi yang seperti apa?"

"Saya kirim lewat WhatsApp saja gimana? Sekalian alamat pengirimannya."ujarnya.

"Baik kak, ini kartu nama saya."Caca menyerahkan se lembar kertas kecil pada pembelinya yang berisi nama dan juga nomer telepon lengkap dengan alamat tokonya.

"Udah masuk ya kak, nanti di diskusikan di chat saja."selesai dengan itu, Caca membantu para karyawannya yang sedang sibuk menyiapkan pesanan kue-kue yang akan segera dikirimkan.

"Mbak, gimana kabarnya?"tanya salah satu karyawan Caca. Sudah seminggu lamanya perempuan itu tidak datang ke tokonya. Dan disitu juga Caca tidak ada kabar sama sekali ia kenapa dan bagaimana.

"Baik."jawabnya singkat, tangannya sibuk menata kue yang berjejer di hadapannya. Dari pandangan para karyawannya Caca sama sekali tidak baik-baik saja jika diperhatikan. Kantung mata dan juga badan yang terlihat agak kurus itu terlihat sekali dari sebelumnya.

"Mbak sehat-sehat ya."ujar salah satu karyawannya lagi. Caca memiliki tiga karyawan yang membantunya di toko selama dua tahun berturut. Toko yang awalnya didirikan karena hobi memasaknya kini bisa berkembang juga atas dukungan dari orang yang selama ini namanya masih tersimpan di hatinya.

"Iya, mbak kan sehat ini."Caca tersenyum ke hadapan para karyawannya.

"Iya mbak harus sehat terus, bahagia juga jangan lupa, kita sebagai manusia cuma bisa ikutin alurnya."sahut karyawannya yang memiliki rambut panjang itu.

"Kalau nggak bahagia gimana."salah satu karyawannya melirik ke arahnya dengan pertanyaan dari pertanyaan disana.

"Harus bahagia pokoknya mbak, hidup kita masih panjang, jangan terus-terusan di selimuti kesedihan, mbak kalau ada yang mau diceritain bisa cerita ke kita aja gapapa kok."jika suka bercerita pasti Caca sudah menceritakan semua isi hatinya. Namun Caca tetaplah Caca, perempuan yang suka memendam semua masalahnya hingga membuat fisik dan mentalnya terganggu. Dengan senyuman yang selalu terlihat oleh banyak orang ternyata itu hanyalah penutup luka yang begitu dalam bagi Caca. Hidupnya sudah terlalu sepi dari kecil. Tidak ada kasih sayang dari seorang Ayah, cinta pertamanya. Hanya sebentar sangat sebentar ia bisa merasakan kasih sayang itu, namun dalam sekejap semua itu pergi.

Caca tersenyum tipis "Iya, makasih ya."ujarnya. Perasaan Caca hari ini sedikit lebih tenang dari hari sebelumnya. Biasanya perasaan sedih terus menghantuinya. Entah hari ini akan terjadi apa, dirinya berharap semoga selalu baik-baik saja.

***

Ruangan bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang begitu menyengat ke indra penciuman terasa begitu hening. Sepi sangat sepi. Namun keheningan itu hilang ketika ada seseorang memasuki ruangan itu. Dengan wajah yang dibuat seceria mungkin perempuan dengan rambut pendeknya itu menghampiri sosok ibu yang selama ini menjadi salah satu penyemangatnya.

"Bu. Apa kabar? Maaf ya Caca telat datang kesini nya, tadi banyak pelanggan di toko soalnya."orang yang sedari tadi diam dalam heningnya mulai mengangkat kepalanya untuk melihat wajah cantik sang putri yang saat ini sudah bertumbuh dewasa.

Senyuman terukir di bibir pucat ibu anak satu itu"Ibu baik, kamu langsung istirahat aja ya."dengan tangan yang mengusap lembut puncak kepala sang anak dengan sayang. Sudah sangat lama Caca dan perempuan hebat yang melahirkannya, hidup berjuang bersama tanpa peran Ayah yang ada di dalamnya. Perempuan dengan kekuatan yang luar biasa. Perempuan dengan senyum manis yang selalu menghiasi indahnya hari-harinya, waktunya, dan hatinya.

Caca menggelengkan kepalanya "Ibu harus cobain kue buatan caca."ucapnya. Dengan tangan yang sedari tadi menggenggam kue yang ada dalam kotak itu, ia memperlihatkan kue cantik dengan dekorasi sederhana kepada sang Ibu.

"Cantik banget, pinter anak ibu."ujar sang Ibu setelah melihat hasil kue  yang di buat oleh anak tersayangnya. Memuji betapa cantiknya dekorasi kuenya.

"Cantik kayak senyuman ibu."melihat ibunya tersenyum dengan lebar membuat hati seorang Caca merasa senang. Sudah lama sekali Caca tidak melihat senyuman selebar ini di bibir sang Ibu.

***
Bersambung..

6 Juli 2023



𝚂𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang