Selesai - 03

2 0 0
                                    

Privasi. Kata orang-orang semakin kecewa orang itu maka hidupnya akan semakin privasi. Dari yang dulunya selalu posting kegiatannya di sosmed kini sudah tidak ada lagi postingan-postingan itu. Caca salah satu orang dari sekian banyaknya orang yang kehidupannya mulai privasi dan tertutup. Dari yang dulunya aktif membuat strorypun sudah tidak pernah ia lakukan. Foto profil pun kosong. Semua sosmednya terprivasi. Mungkin satu kata yang bisa disimpulkan. Tenang, ia butuh tenang. Dari kecewa yang terjadi kemarin, mungkin bisa membuat dirinya lebih tertutup dari orang-orang.

Sudah malam, jam dinding yang berdeting itu terus berputar. Malam semakin gelap. Dengan mata yang berusaha di pejamkan Caca, perempuan itu sudah sangat lelah dengan perasaannya malam ini. Matanya masih belum bisa terpejam walaupun ngantuk menyerangnya.

Decakan keluar dari bibir tipisnya"Kenapa sih, tinggal tidur juga."tatapannya mengarah pada langit-langit kamar, posisi yang terus ia ubah dari menyamping hingga tengkurap pun tetap sama, matanya belum bisa terpejam. Jam juga sudah memasuki tengah malam namun tetap sama. Tangannya meraih handphone di sebelah bantalnya. Keluar masuk sosmed sudah ia lakukan namun tetap sama matanya sulit sekali terpejam.

Online

Ingin sekali Caca mengirimkan pesan pada laki-laki itu, ingin sekali dirinya jujur, rindu sangat rindu dengannya.

"Dulu, kamu selalu minta aku buat tidur cepat kan, maaf aku sangat rindu."

Telegram, Aplikasi yang mempertemukannya dengan laki-laki itu. Awalnya ia pikir laki-laki itu hanya penasaran, tapi nyatanya perasaan itu muncul dengan sendirinya tanpa disadari sudah berjalan begitu lama sampai dengan lima tahun lamanya.

Mengingat bagaimana laki-laki itu mengirimkan chat padanya. Begitu manis bukan. Namun semua saat ini tinggal kenangan.

***

Seperti hari-hari sebelumnya, Perempuan dengan moodnya yang berantakan pada pagi ini harus berkegiatan seperti hari-hari kemarin. Setelah sampai di tempat customernya untuk mengirimkan Birhday cakenya, ia segera menata pada meja yang sudah disiapkan dengan lilin-lilin yang juga siap untuk di nyalakan.

"Kak makasih ya."ucap customernya. Dengan senyuman yang di buat se natural mungkin dan wajah yang begitu berseri. Ia takut moodnya pagi ini bisa merusak keramahannya pada customer.

"Iya sama-sama Kak, makasih kembali ya sudah order di toko kami."

"InsyaAllah next order lagi ya kak."

"Baik Kak, ditunggu kedatagannya."

Selesai dengan kegiatannya mengantarkan orderan, Caca memutuskan untuk segera kembali ke tokonya untuk membantu para karyawannya.

"Mbak."panggil karyawan tokonya saat Caca baru sampai di depan toko.

"Iya."jawabnya.

"Tadi ada yang ngirimin buket bunga ke mbak."ucapnya.

"Siapa?"

"Kurir mbak yang nganter, di kartu ucapannya juga Cuma inisial. Coba mbak lihat sendiri aja di meja kerjanya mbak."Caca menganggukkan kepalanya, dengan segera dirinya pergi ke ruangan kerjanya untuk melihat bunga yang dikirimkan padanya yang entah dari mana dan siapa.

Beberapa tangkai bunga mawar segar dengan kertas buket berwarna hitam dan juga pita merah yang menyatukannya.

"Kok kayak nggak asing."gumam Caca melihat buket dan juga tulisan tangan pada kartu ucapannya. Caca terdiam memandang kartu ucapannya. Inisial A, siapa sebenarnya yang mengirimkannya.

Unknow

Bunganya udah sampai kan?

Maaf aku ngirim tiba-tiba

Masih ingat aku kan

Kamu gimana kabarnya?

Maaf siapa?

Ini aku

?

Aku Arya

Arya? Temen SMA?

Iya, siapa lagi

Dalam rangka apa?

Cuma pengen kenal kamu lebih dekat

Sungguh tidak menyangka dengan apa yang barusan terjadi. Bunga mawar itu ternyata pemberian dari salah satu temannya yang dulu sempat pernah menyatakan perasaan padanya. Namun hatinya belum bisa menerima hal itu. Dan sekarang Laki-laki itu kembali. Apakah Caca harus mencoba untuk membuka hatinya untuk Laki-laki itu.

Dengan mata yang masih sibuk memandang bunga mawar merah ditangannya, terlintas pikiran tentang hari esok. Jika memang waktunya membuka lembaran baru, mungkin dirinya siap. Namun butuh waktu untuk bisa memulai semua dari awal.

Kalau ditanya apakah dirinya sudah bisa berdamai dengan keadaan? Jawabannya belum. Dari sekian banyaknya kenangan, perlakuan, dan effort yang selalu diberikan dapat membuatnya sulit untuk bisa menerima orang baru. Ia berpikir mungkin akan begitu sulit mendapatkan orang yang sama di diri orang lain. Harapannya, dirinya bisa bertemu dengan orang yang memperlakukannya sangat baik pada dirinya yang sudah rapuh itu.

Dari kerapuhan itu, ia berharap tidak akan lagi semakin rapuh jika pintu yang benar-benar rapat dikuncinya menerima kehadiran penghuni baru. Harapannya tidak banyak. Ingin terhindar dari kerapuhan itu lagi.

Pada akhirnya, hidup memang tentang rasa ikhlas. Manusia akan pergi sewaktu-waktu. Tak bisa dicegah. Apalagi diubah. Larut dalam kerapuhan juga bukan solusi yang baik. Karena sejatinya tak pernah ada yang kekal di dunia.

Membuka ikatan pita dalam buket dengan begitu hati-hati dan penuh kesabaran. Caca mengambil beberapa tangkai bunga mawar dan memasukkannya ke dalam vas kaca yang ada di meja kerjanya. Suka, dirinya sangat suka dengan yang namanya bunga mawar. Warnanya yang begitu cantik dan maknanya yang begitu dalam dapat membuat bunga mawar itu sebagai bunga favoritnya. Sudah sangat lama dirinya tidak mendapatkan bunga seperti itu. Terakhir waktu bertemu dengan laki-laki itu.

"Aku jadi dejavu tentang kamu."

***

28 Oktober 2023

𝚂𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang