[11] Kill

91 21 4
                                    


Setelah selesai berpakaian, Jinny menuruni tangga untuk menghampiri Dita yang sedari tadi menunggunya di ruang tamu. Karena dirinya tidak berniat pergi kemanapun malam ini jadi kali ini dia mengenakan pakaian santai, T-shirt oversize berwarna abu-abu tua serta celana pendek sebatas lutut yang sengaja ia sobek pada beberapa bagian sepanjang paha.

Namun sesampainya di bawah dirinya melihat Dita yang sedang duduk tegang di sofa sambil menatap kosong ke arah depan. Di meja yang berada di depannya juga masih ada sepiring camilan serta secangkir coklat hangat yang belum disentuh sama sekali olehnya.

Bahkan Soodam yang sedari tadi menemani Dita di sebelahnya saja dibuat kebingungan oleh kelakuan wanita berponi itu, dia sampai mengendikkan bahu kepada atasannya itu saat bosnya tersebut memberi isyarat bertanya "mengapa" kepadanya sambil mengangkat satu alisnya.

"Setelah dia kembali dari kamar nona, Dita seperti ini terus" jawab Soodam.

Jinny mengangguk mengerti lalu akhirnya memilih duduk di sofa yang berada di hadapan Dita. Sebenarnya ia paham jika Dita seperti itu karena tidak sengaja menemukan dirinya yang telanjang di kamar. Asisten pribadi Jinny yaitu Soodam memilih beranjak dari duduknya dan mengemasi barangnya di meja karena ia memilih memberi privasi untuk bosnya berbicara lebih intens dengan Dita, dia akan melanjutkan pekerjaannya di kamarnya saja.

"Lain kali ketuk dulu sebelum masuk" ujar Jinny menyindir Dita sesaat setelah Soodam pergi. Lantas dia mengambil teh hijau dihadapan Dita yang sengaja dibuatkan Soodam untuk tamunya itu tapi karena Dita tidak meminumnya maka Jinnylah yang akan meminumnya.

Teh hijau itu terasa kurang nikmat karena sudah dingin, Jinny lalu hanya menyeruputnya sedikit dan menaruhnya kembali di meja. Saat menatap Dita kembali ia malah mendapat sorot mata tajam dari gadis berponi itu.

"Jinny sialan!"

"What?" Tanya Jinny polos. Bahkan saat ini Jinny bersikap biasa saja seolah-olah hal tersebut tidak pernah terjadi.

"Apa kau selalu telanjang seperti itu di kamarmu?"

"Iya"

"Sialan kau"

"Ini ke sekian kali kau mengatakan hal itu"

"Aku akan menghukummu"

"Siapa suruh kau tidak mengetuk pintu dulu"

"Aku tetap akan memberimu hukuman"

"Aku tidak mau"

"Kau budakku dan kau harus menuruti ucapanku"

"Aku tetap tidak mau"

"Harus mau!"

"Ck, aku tidak mau"

"Sebagai hukuman kau harus membersihkan rumahku dan membuatkan makanan selama seminggu, jika rumahku tetap kotor dan tidak tersedia makanan maka aku akan menambah hukumanmu" ujar Dita.

"Aku tidak-"

"Tidak ada penolakan!" Dita memotong ucapan Jinny karena ia tau Jinny pasti akan membantah dan menolak perintahnya.

"Soodam yang akan melakukannya"

"Hah?"

"Aku akan menyuruh Soodam-"

"Aku tidak mau Soodam, aku ingin dirimu!" Mereka terus berdebat. Kedua mata mereka saling bertemu, kedua-duanya sama-sama menyorot tajam antara satu sama lain dengan tatapan yang juga sama-sama mengintimidasi seolah akan ada pertempuran antara keduanya.

"Aku! Tidak! Mau!" Jinny menekankan setiap katanya. Dita akhirnya orang pertama yang melepaskan tatapan mereka, dia menyenderkan punggungnya agar lebih santai lalu dia melipat tangannya di dada.

My Bloody [Dijin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang