Seberapa cepat dan seberapa besar kepercayaan yang dibangun selama beberapa bulan dapat runtuh? Alina menyadari dia perlu melihat ponsel Yibo. Dia tak menyangka ternyata sepanjang perjalanan, Yibo selalu menyimpannya, atau setidaknya di dekatnya, dan dia tidak tahu mengapa. Alina baru menyadari bahwa dia bahkan tidak bisa menebak jalan pikiran kekasihnya. Namun setidaknya ada keyakinan bahwa jika dia bisa melewati malam ini dengan selamat, dia akan menemukan kebenaran, dan kemudian dia akan tahu apa yang terjadi.
Cahaya dari layar ponsel yang baru saja dinyalakan memantul di permukaan mata gelap Wang Yibo. Sedetik kemudian ia menatap Alina, kedua mata nanar mereka sama-sama saling menusuk, mencari jawaban dari ragam situasi membingungkan saat ini.
"Kau melarangku dan kau malah membawa ponsel?" Ekspresi Alina kosong, ia sudah tak mampu lagi membedakan siapa yang berkata benar dan siapa yang berbohong. Dia hanya merasa jadi orang yang paling bodoh malam ini.
"Mari kita bahas itu nanti," tukas Yibo, nadanya mendesak. Dia menggulir ponsel, menyalakan kamera untuk kemudian menempatkannya di meja tepat di depan si pria penyusup. Kamera ponsel siap merekam dan ia hanya tinggal mengancam Sean agar mau bicara.
"Katakan kenapa kau kemari?!" Wang Yibo bertanya tegas pada Sean. Menggelengkan kepala dengan gaya menyebalkan, Sean bergumam samar,
"Jadi kau ingin membuat film? Konyol," ia mendesah bosan. "Aku tidak suka dialog film. Jadi, aku tak tahu harus mengatakan apa."
"Katakan apa saja yang ada di kepalamu! Kenapa kau kemari, jangan berlagak seolah-olah kau jenius yang selalu bisa melarikan diri."
"Ayolah, jangan terlalu marah. Aku hanya ingin mengunjungi villa penulis favoritku. Selain itu, aku tidak melakukan apa pun," memutuskan untuk bermain-main sebentar lagi, Sean menjawab pertanyaan dengan sepasang mata berkedip-kedip mengejek.
"Niatmu mencuri dan menjebakku bukan?"
"Tidak. Ah, apa lagi yang harus kukatakan?" Sean menggeleng, sesekali ia melirik pada Alina, lantas pada kamera ponsel.
"Bohong! Siapa wanita itu?" Mata Yibo berkaca-kaca, kesal dan marah tak terbendung.
"Wanita mana?"
"Mayat di rubanah!"
Gelengan kepala lagi. "Aku tak tahu."
"Sudah berapa orang yang kau bunuh?!"
"Tidak ada."
"Yibo, hentikan!" Alina mengintrupsi. Dia tidak bisa memahami permainan apa ini.
"Sudah berapa lama kau berada di villaku, dan apa yang kau cari?" Wang Yibo bahkan tidak menoleh pada Alina dan masih fokus pada interogasi yang sudah bisa dipastikan tak akan berhasil.
"Yibo, mengapa kau ajak aku kemari?" meski tahu tidak ditanggapi, Alina masih mencecar kekasihnya dengan pertanyaan.
"Kau membunuh gadis itu!" cecar Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟 )
FanfictionHati-hati dengan apa yang kau tulis. Kau tidak pernah tahu sejauh mana narasimu akan membawamu pergi. Suatu malam di akhir pekan, Wang Yibo yang berprofesi sebagai penulis novel, berniat memberikan kejutan pada sang kekasih. Namun, alangkah terkejut...