Pemuda bernama Zhang Linghe membalas tatapan Wang Yibo penuh selidik. Keduanya sama-sama saling terkejut dalam ekspresi datar yang hening.
"Apakah aku mengejutkanmu?" Zhang Linghe menyapa lebih dulu.
Wang Yibo menggeleng spontan."Yah, kupikir tempat ini sudah tidak lagi didatangi seseorang."
Naluri menyembunyikan diri seketika membuat Wang Yibo terus menerus menundukkan pandangan. Dia bahkan menarik lidah topinya nyaris menutup wajah.
"Sudah lama sejak tragedi itu terjadi. Polisi bahkan sudah kehilangan gairah menyelidiki." Zhang Linghe mengamati bangunan villa, tetapi sesekali dia melirik pada pemuda asing dengan gerak gerik gugup, bahkan mencurigakan.
"Lalu, kenapa Anda di sini?" tanya Wang Yibo, berdehem keras, ia meneruskan. "Anda seorang polisi bukan?"
Zhang Linghe tersenyum hambar, "Aku datang untuk mengenang sepupuku, Alina. Sesekali, jika rasa bersalah menelanku terlalu dalam, aku membutuhkan satu jejak kenangan yang nyata dan menyakitkan hingga aku bisa menerima kematiannya tanpa merasa sakit lagi."
Mendengar nama Alina disebut lagi, Wang Yibo merasa tidak nyaman. Sensasi dingin merayapi punggungnya. Dia tidak bisa terus berada di sini, sudah waktunya untuk pergi. Sebenarnya, tertangkap basah berada di villa ini cukup beresiko baginya. Terlebih yang datang adalah seorang polisi.
"Aku menyesal mendengarnya."
Zhang Linghe masih menatap bangunan tua, mengawasi dua ekor gagak hinggap di puncaknya. Desahannya terdengar berat.
"Aku yang bertanggung jawab. Sebagai polisi, aku sama sekali tidak bisa membantu menemukan pembunuhnya. Sungguh tidak berguna."
Menelan liur yang terasa pahit, Wang Yibo menatap si polisi yang tampak tertunduk sedih. Dia menunjukkan sedikit empati dan berkata, "Aku prihatin."
Zhang Linghe kembali menatap villa itu lama. "Aku selalu yakin bahwa aku akan menemukan pelakunya," katanya pelan. "Satu-satunya saksi malam itu mungkin adalah Wang Yibo, si penulis novel. Aku tidak tahu sejak kapan Alina dekat dengannya. Aku tidak bisa menjelaskan apakah mereka cocok, tapi Alina terlalu manis dan polos untuk dunia kejam ini."
"Mungkin, dia telah pergi ke tempat yang jauh lebih baik," bisik Wang Yibo, mengernyit karena kata-kata itu, yang dimaksudkan dengan tulus, bisa terdengar begitu basi. Dia berharap ketulusan itu mampu mengurangi beban rasa bersalahnya atas kematian Alina. Fakta bahwa ia melindungi siapa pembunuh itu, selamanya akan selalu menjadi kebenaran pahit dalam hidupnya. Entah itu bukti cinta, entah itu hanya sikap pecundang. Yang pasti, dirinya dan Sean selalu selangkah lebih di depan, melarikan diri dari kebenaran.
"Ya, kuharap begitu," gumam Zhang Linghe lirih. Sekali lagi ia menoleh pada Wang Yibo, mengamati lebih teliti. Topinya menciptakan bayang-bayang yang menyamarkan sebagian wajahnya. Zhang Linghe merasa tidak asing dengan sepasang mata pemuda ini. Mungkinkah ia pernah melihatnya di suatu tempat, atau mungkin dalam gambar?
Keheningan menjebak, menyisakan desir angin dan kicau burung. Wang Yibo mulai gelisah, tidak sabar untuk meninggalkan tempat ini. Dia menunduk sejenak, berkata datar tanpa menoleh.
"Baiklah, aku harus pergi."
Kecemasan yang aneh menggenang di dadanya. Kemudian dia mengangguk samar pada Zhang Linghe, berbalik dan mulai berjalan menuju mobilnya.
"Tunggu!" desis Zhang Linghe.
Seluruh tubuh Wang Yibo menegang. Dia tidak terlatih menghadapi polisi dengan naluri tajam mereka. Rasanya ingin berlari untuk menghindari situasi makin memburuk. Tetapi sejak awal ia tahu tingkah yang tidak wajar dan terburu-buru justru akan menumbuhkan kecurigaan. Tanpa menoleh, Wang Yibo menghentikan langkah. Jemarinya diam-diam terkepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟 )
FanfictionHati-hati dengan apa yang kau tulis. Kau tidak pernah tahu sejauh mana narasimu akan membawamu pergi. Suatu malam di akhir pekan, Wang Yibo yang berprofesi sebagai penulis novel, berniat memberikan kejutan pada sang kekasih. Namun, alangkah terkejut...