dan selesai, eunlu. ✓

epilog

• • • •
e p i l o g ||
You are still my favorite chapter that I keep on re-reading night after night till my eyes are red with tears and my heart hurts from the memories of your lost touch.
• • • •

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

- d a n  s e l e s a i -

            UNTUK kesekian kali, Alula kembali membuka kotak surat online di Ipadnya—Gmail. Melihat lagi email yang dikirimkan oleh seseorang yang belum mau Alula buka ataupun baca. Membiarkannya tertumpuk oleh email lainnya.

           Dan kini, seraya menunggu hujan reda, ia yang sedang duduk di dalam coffee shop membuka email yang telah diarsipkan sejak lama agar tidak hilang itu. Memberanikan diri untuk mulai membacanya.

📧 Sabian Angkara <s.angkara@gmail.com>

Haii, La ...
Gimana di sana? Eh, ini gue harusnya nanya kabar lo dulu gak, sih? Hehe.

Im good, as always. Alula Kinandita juga, kan?
Its been a year? Half of year? I don’t know. But, I miss you.

Jaga kesehatan lo, ya. Jangan keseringan makan makanan pedes. Because your favorite PHD udah gak bisa langsung meluncur ke tempat lo lagi :)

Lo tau, La? Spain lagi winter sekarang.
And I made a thirteen of ducks! Tangan gue sampe merah karena dingin, terus dimarahin Madre sama Saluna. Telinga gue sakit banget dengerin mereka yang mencak-mencak karena gue malemnya kena demam langsung. Winter bener-bener gak cocok buat gue. But it’ll fit on you.

Here’s the photo of my thirteen duck. Cute, isnt?

And here is Sabian Angkara as a college studenttt