Part One.

917 30 2
                                    

ku seorang perempuan, yang ku tahu. Aku adalah satu-satunya di keluarga ini. Karna tidak ada orang lain selain ayah ibu dan aku tentunya. 

Hidupku sangat berkecukupan, apapun yang ku inginkan pasti dengan mudah aku dapatkan.

Di dalam rumahku ada sebuah kamar yang selalu terkunci rapat, dan tampaknya jarang sekali di buka atau bahkan mungkin tidak pernah.

Saat ku tanyakan pada ayahku tempat apakah itu beliau menjawab

"Ah, itu hanya ruangan tak terpakai, tak perlu kau pikirkan." begitu katanya

Suatu ketika saat aku sedang sendirian dirumah dan bosan aku mendekati ruangan yang pintunya selalu tertutup rapat itu. Lalu ku ketuk pintunya perlahan.

Tok. Tok. Tok

Tak ada jawaban sama sekali, kemudian dengan acuhnya aku berlalu pergi, tetapi sebuah suara menghentikanku.

"Masuklah, temani aku bermain."

Dahiku mengkerut, suara siapa gerangan? Pikir ku.

"Tak perlu ragu, aku sangat mengenalmu."

Mengenalku? Memangnya dia siapa? Tanya ku seorang diri.

"Tentu saja aku mengenalmu, bukankah kita satu saudara?"

Satu saudara? Bukankah aku hanya ada 3 orang di rumah ini? Ah sudahlah mungkin itu hanya ilusi.


***

Malam harinya saat kami sedang makan malam, kutanyakan hal tersebut pada ibuku.

"Bu, apakah aku anak kau satu-satunya?"

"Tentu saja sayang, mengapa kau bertanya hal seperti itu?"

"Seseorang bilang, aku memiliki saudara sekandung dan dia sangat mengenalku."

"Siapa yang mengatakan itu padamu?"

"Sesuatu di dalam sana."

"Dimana?"

"Ruangan yang selalu tertutup rapat itu."

Ku lihat ekspresi kedua orang tua nampak berubah, terlihat dari air muka mereka namun mereka terlihat berusaha seolah biasa saja dan tidak terjadi apapa. Lalu seraya tersenyum beliau berkata

"Setelah makan malam ini, jangan lupa kau belajar ya nak."

***

"Sayang, bagaimana ini? Nampaknya dia mulai bosan bersembunyi."

"Aku juga tidak tahu."

"Lalu dimana buku harian itu?"

"Sudah ku simpan dengan baik."

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja."

KembarWhere stories live. Discover now