Seorang gadis sedang duduk seorang diri pada bangku taman yang berada di tengah komplek, tampak dari kelihatannya Ia sedang menunggu seseorang datang dan telah membuat janji temu di tempat tersebut. 15 meter tak jauh dari tempat tersebut terlihat seorang perempuan yang rupanya mirip dengan gadis di bangku taman berjalan seperti ke arah perempuan yang sedang duduk. Setelah keduanya berdekatan, mereka pun bertegur sapa dan mulai berbincang.
"Hai, Marsha."
"Hai, rupanya kau sudah terlebih dahulu datang. Maaf membuatmu lama menunggu ya."
"Tidak apa." Ujarnya tersenyum manis
"Bagaimana sekolahmu hari ini?"
"Ya begitulah, belajar, tugas, ulangan dadakan, guru marah-marah dan lain sebagainya."
"Keliatannya menyenangkan ya?"
"Apanya yang menyenangkan dengan semua kegiatan seperti itu yang kau lakukan setiap hari? Aneh sekali kau ini."
"Tentu saja menyenangkan, kau dapat bertemu temanmu setiap hari."
"Ah biasa aja."
"Oiya, Laura."
"Ya, ada apa?"
"Boleh aku ceritakan sesuatu kepadamu?"
"Tentang?"
"Diriku."
"Tentu saja, aku akan senang mendengarkannya."
"Sungguh?"
Laura pun menanggukkan kepala menandakan persetujuannya.
"Aku punya orang tua yang sangat pilih kasih, mereka lebih menyayangi saudaraku ketimbang aku, terlihat dari cara mereka memperlakukan Alura."
"Alura?"
"Ya, dia saudara kembarku."
"Bukankah waktu pertama kali bertemu kau bilang aku saudara kembarmu?"
"Dan kau percaya itu?" Tanyanya setengah meledek
"Ngg.. Aku tak yakin."
"Hahaha kau ini ada-ada saja, waktu itu aku hanya bercanda Laura."
"Oh, pantas. Nah, lanjutkan ceritamu."
"Mereka membiarkan ku terkurung di dalam kamar, tidak mengizinkanku bermain dengan siapapun bahkan dengan Alura sekalipun. Kau tau Laura bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu?"
"Bosan, jenuh, iri, merasa tidak adil....."
"Dan dendam." Ucap Marsha memotong
"Jadi, kau dendam terhadap saudaramu?"
"Bukan, tapi pada Ibu."
"Tapi Marsha, bukankah dia yang melahirkanmu?"
"Memang dia yang melahirkanku dan membuangku."
"Membuangmu? Apa maksudnya?"
"Ah, tidak."
"Kau ini, penuh misteri sekali."
"Sepertinya hari sudah mulai gelap, sebaiknya kita pulang."
"Mari kita pulang bersama."
"Tidak bisa Laura, kamar kita kan berbeda."
"Kamar?"
"Ah, maksudku rumah."
"Jadi?"
":Kita berjalan bersama sampai ujung sana lalu berpisah di pertigaan jalan. Kau ke kiri dan aku ke kanan."
"Bagaimana kau tau aku akan mengambil jalan ke kiri?"
"Aku sering menguntitmu!"
"Hey, kau ingin menakutiku?"
"Hahahahaha, hanya bercanda."
"Tapi kalau memang itu benar, berarti aku punya pengagum rahasia."
"Percaya diri sekali kau ini, memangnya kau pikir dirimu cantik?"
"Tentu saja."
Lalu keduanya tertawa dan berjalan bergandengan tangan sampai ujung jalan lalu mengambil jalan terpisah. Tanpa Laura ketahui sebenarnya tujuan mereka sampai sama, hanya saja salah satunya mengambil jalan yang berbeda.
Hari-hari berikutnya Marsha semakin akrab dengan Laura mereka seringkali bertemu, baik itu hanya untuk sekedar bermain atau untuk mendengarkan cerita Marsha. Perlahan-lahan Laura mulai mengenal dan mengetahui siapa Marsha dari semua cerita yang dituturkan olehnya. Sebenarnya Laura kasihan pada Marsha yang diperlakukan tidak adil oleh Ibunya sendiri dan Ia sangat ingin bertemu dengan Ibunya Marsha serta melihat sendiri perlakuan Ibunya terhadap Marsha untuk membuktikan kebenaran cerita yang di dengarnya namun sayangnya Ia selalu lupa mengatakan hal tersebut pada Marsha.
***
"Sudah berulang kali ku katakan padamu jangan coba kau menampakkan diri tapi mengapa tetap kau lakukan?!"
"Aku hanya ingin punya teman dan bermain bu."
"Bermain lah dengan yang lain, tapi jangan Laura!"
"Tapi dia saudara kembarku Bu!"
"Kau telah melanggar perjanjian yang kau buat, aku sudah mengizinkanmu tinggal disini. Tapi kau meminta lebih."
"Beri aku kesempatan sekali lagi untuk bermain dengannya dan membawanya pergi."
"Apa?! Sampai benar kau melakukannya, kan kuberikan kau pada Iblis untuk dinikahkan dengan anaknya."
"Itu tak akan terjadi."
"Tentu saja bisa, Marsha."
YOU ARE READING
Kembar
Mystery / Thriller“Sudah berulang kali ku katakan padamu jangan coba kau menampakkan diri tapi mengapa tetap kau lakukan?!” “Aku hanya ingin punya teman dan bermain bu.” “Bermain lah dengan yang lain, tapi jangan Laura!” “Tapi dia saudara kembarku Bu!” “Kau telah mel...