H.G.F || e m p a t🍓

75 41 13
                                    

Happy Reading!
*
*
*
*
*
-------------------------------------------------------
Sejatinya kita tidak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta, bahkan hujanpun tidak bisa memilih dibagian bumi mana ia akan Terjatuh.

@el_nadhifa

🌼
---------------------------------------------------

Mentari memancarkan cahayanya, kehangatan begitu terasa dikota Jakarta. Raisa dan Zahra tengah memasak nasi, dan mie instan untuk sarapan. Jika kalian tanya dimana Aqila? Maka jawabannya sedang bermain handphone disofa ruang tamu. Yah dia tidak bisa memasak jadi tidak ikut bersama temannya.

"Nasinya udah matang belum, Ra?" Teriak Raisa

"Udah Sa, ini tinggal nunggu mie nya." Balas Zahra

Raisa pun segera membawa mienya yang sudah matang, dan mengajak Aqila untuk ikut gabung, "Qil ayok makan dulu, jangan main Handphone mulu," ujar Raisa

"Iya, Sa." Aqila menyimpan Handphonenya, dan ikut gabung bersama Raisa, dan Zahra

Mereka makan dengan lahab, meski mereka hanya makan dengan mie instan tapi rasa nikmatnya tetap terasa bagi mereka.

Akhirnya mereka selesai makan, dan langsung membereskan piring kotornya. Setelah semua pekerjaan rumah selesai mereka duduk disofa ruang tamu sambil mengobrol ria.

Tiba-tiba, Aqila mengingat kalau Zahra akan bercerita tentang mubaligh muda itu, "Oh iya, katanya kamu mau cerita ra," ujar Aqila

"Cerita apa?" Balas Zahra dengan polosnya

"Itu, yang dimajelis kemarin,"

"Oh iya, tentang Gus Fahri ya?"

Raisa mengerutkan keningnya bingung, "Gus Fahri? Siapa dia?"

"Pasti kamu bakal seneng denger cerita ini," balas Zahra

"Cerita apaan sih?"

"Jadi, kemarin pas dimajelis aku nyuruh Zahra untuk menanyakan tentang mubaligh muda itu. Nah, katanya sih Zahra udah tau tentang dia," tambah Aqila

"Oh," balas Raisa

"Oh doang? Kamu gak penasaran?" Tanya Aqila

"Kalau aku antusias, nanti kamu malah lama ceritanya. Soalnya kamu bikin aku jengkel dulu, kalau mau cerita yang pengen aku tau,"

"Yaudah, cerita!"

Aqila begitu antusias ingin mendengarkan, hingga dia mendekatkan dirinya pada Zahra, "Penasaran yaaaaa?" Ujar Zahra, dia tertawa sehingga membuat Aqila kesal

"Ih, kebiasaan deh. Udah serius juga, tinggal cerita aja!" balas Aqila kesal

"Iya, iya maaf. Yaudah sekarang aku cerita nih. Jadi mubaligh muda itu putranya Ustadz Rahman. Katanya, dulu Ustadz Rahman lagi sakit, jadi dia yang gantiin." Jelas Zahra

Raisa yang mendengarkan sambil minum, kini menyimpan minumannya, "Terus namanya siapa?" tanya Raisa

"Namanya, Fahri Shariq Alfarizky." balas Zahra

"Dan hari ini aku tau namamu!" Batin Raisa, seraya tersenyum

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Sa?" Tanya Aqila yang melihat Raisa senyum-senyum sendiri

"Hah? Enggak kok." Balas Raisa menahan malunya

"Oh gitu, yaudah lanjutin Ra ceritanya," ujar Aqila, seraya menatap Raisa penuh senyum

"Jadi dia itu, putra tunggal Ustadz Rahman. Dia sering disapa Gus Fahri kalau dipondok, katanya sekarang dia pengurus disana. Kata kakak itu sih, Gus Fahri baru menyelesaikan studynya diKairo, dan sekarang jadi penerus ayahnya untuk mengurus Pondok," ujar Zahra menjelaskan

Zahraa meminum minumannya, "Udah hanya itu yang aku tahu." Tambah Zahra

"Dari pinternya aja memang sudah tidak diragukan lagi, ternyata Mubaligh muda itu, adalah anak Ustadz Rahman." Batin Raisa, tatapannya kosong dia terus mengaduk-ngaduk minumannya

"Sa, Raisa!" Zahra memanggil Raisa, namun tak digubris

"Raisaaa!" Zahra mencubit pipi Raisa, hingga membuat sang empu kesakitan

"Aw, sakit tahu. Kamu kenapa sih?" Kesal Raisa seraya mengelus pipinya yang sakit

"Kamu kalau lagi ngelamun susah dipanggilnya, ini kita deketan loh. Makanya aku cubit aja biar kamu sadar," balas Zahra

"Iya, maaf. Tadi aku cuma--"

"Cuma lagi mikirin Gus Fahri?" Celetuk Aqila

"Enggak, apaan sih."

"Udahlah Sa, jujur aja kali! Keliatan juga dari wajah kamu kalau--" Aqila menahan tawanya agar tidak meledak

"Kenapa bibirnya gitu? Kalau mau ketawa, ketawa aja!" balas Raisa kesal

"Ya habisnya kamu lucu hau kalau lagi kasmaran kaya gitu, mana pipinya merah kaya kepiting rebus," seketika tawa Aqila meledak melihat pipi Raisa semakin memerah

Raisa memegang pipinya, "Siapa juga yang kasmaran, mana bawa-bawa pipi aku merah, ya wajar, kan disini panas banget," dengus Raisa

"Itumah merahnya beda, mau ngaca?" Aqila mengambil kaca kecil dari dalam sakunya, dan memberikannya pada Raisa

"Aqilaaaaaaaa!" Teriak Raisa kesal

"Ampuuuun, Sa." Aqila berlari sambil membawa minumnya

"Awas ya kamu, kalau dapat gak aku kasih ampun." Raisa menyimpan minumannya, dan berlari mengejar Aqila

Zahra yang masih santai disofa, hanya menggeleng melihat tinggah dua sahabatnya itu. Sesekali, Zahra tertawa melihat Aqila yang terus menghindar dari jangkauan Raisa

***

Sore hari yang melelahkan. Selesai shalat Ashar, Aqila, dan Zahra memilih tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Sedangkan Raisa, dia memilih duduk diluar rumah, untuk menghirup angin segar.

Raisa sengaja membawa buku Diarynya, untuk menemaninya santai diluar. Raisa membuka Diarynya, dan menulis dibagian yang kosong.

Jika rasa ini salah, berarti aku yang tidak tahu diri. Sudah jelas-jelas perasaaan ini Allah yang berikan, lalu kenapa masih memperdebatkannya? Mungkin, yang salah adalah caraku menyikapinya. Menyikapi bahwa semuanya akan berakhir dengan indah, disaat aku tidak tahu bagaimana episode hidupku selanjutnya.

Ini dunia nyata, bukan dongeng, ataupun cerita Novel yang biasa ditulis, dan dirangkai sesuai keinginan penulisnya. Bagaimana mungkin, aku yang hanya wanita biasa, bisa bersama dengan dia yang begitu paham agama.

Tapi apa salah, wanita sepertiku mengharapkan lelaki seperti dia? Tidak salah bukan? Karena kita pasti membutuhkan lelaki yang mampu membimbing kita hingga nanti.

Tapi biar ku perjelas lagi, perasaan ini hanya sekedar kagum, dan tidak baik jika harus berharap berlebihan. Biarkan Do'aku yang akan menjadi penentu semuanya, karena Allah pasti akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

@diaryraisadzakiya_

Kiya menutup kembali diarynya, dia mengelus lembut diary itu seraya tersenyum, "Selagi Allah belum mempertemukanku dengan jodohku, akan kusimpan dengan rapih perasaan yang Allah titipkan padaku, untuk siapapun itu." Batin Raisa

Tbc..
Semoga suka🍓

---------------------------------------------------

BESOK UDAH MAU PUASA NIH GIMANA KABAR KALIAN! CERITA HI! GUS FAHRI BAKAL NEMENIN KALIAN SELAMA BULAN PUASA JADI PANTENGIN TERUS YA!

Hi! Gus Fahri✍🏻

Salam manis❤️
el_nadhifa

Hi! Gus Fahri [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang