prolog

69 11 66
                                    

Alana menghirup dalam-dalam aroma malam,masih sama seperti malam-malam kemarin. Cahaya bulan purnama menerangi kota.Semilir angin malam dibalik jendela yang terbuka mengibaskan setiap rambut lurus nya dengan indah.

Alana tersenyum, cahaya bulan masih setia menemani malamnya. Selain bulan, cahaya terang yang sangat berharga bagi kehidupannya saat ini adalah sang ayah. Satu-satunya sandaran tempatnya berkeluh kesah.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk aja,yah"

Terdengar suara pintu terbuka. Seperti biasa, Hermawan, sang ayah membawakan susu vanila kesukaannya sebelum tidur.

Ia tersenyum kecil, melihat pemandangan yang tidak pernah berubah. Ya, anaknya berdiri memandangi bulan dibalik jendela.

"Jangan tidur terlalu malam, nanti disekolah ngantuk loh" ucap Hermawan seraya memberikan segelas susu hangat kepada anak semata wayangnya itu.

"Iya, Yah. Makasih yah. "

"Oh, iya. Gimana sekolah kamu? " tanyanya setelah menerima gelas yang sudah diteguk habis isinya.

Alana terdiam lalu terseyum tipis,memeluk Hermawan erat-erat. Pelukan ini, pelukan hangat dan menenangkan. Alana berharap tak akan berubah.

"Seperti biasa, Yah" jawabnya sembari mencari kenyamanan dibalik pelukannya kepada sang ayah.

Alana berharap pelukan ini akan selalu ada bersamanya. Selamanya.

"Alana sayang ayah" ucap Alana sambil membenamkan wajahnya dalam pelukan Hermawan.

"Ayah juga sayang kamu"

"Selalu kayak gini ya, Yah. Jangan pernah ninggalin Alana. "Ucap Alana semakin mengeratkan pelukannya.

"Eh, kamu kenapa kok tiba-tiba-"

"Janji sama Alana kalo ayah ga bakal ninggalin Alana. Alana cuma punya ayah didunia ini. "

Hermawan melerai pelukannya, menatap wajah putri kecilnya yang sekarang sudah remaja sembari tersenyum kecil. Entah apa yang dipikirkan putrinya ini pikiran sehingga takut berlebihan.

"Hei, putri ayah kenapa? Dengar, ayah sayaaang banget sama kamu. Cuma kamu satu-satunya penyemangat ayah. Ayah ga bakalan ninggalin kamu. Janji ayah kepada mama sewaktu kamu masih bayi adalah membesarkan dan bahagiain kamu sampai ayah menemukan sosok lelaki yang kelak akan menggantikan tugas ayah untuk menjaga kamu. Inget itu.Tuan putri ayah ga boleh sedih. "
Alana mengangguk lalu menoleh, langkah kakinya menuntun kearah jendela.

Sesaat sebelum menutup jendela, Alana menatap bintang yang bersinar yang letaknya tak jauh dari bulan.
"Ma, baik-baik disana yah. Alana sayang mama juga. " Hermawan tersenyum teduh. Hatinya terenyuh menatap putrinya yang tegar menghadapi semuanya.

Terkadang dia memergoki putrinya bercerita semua yang dialami selama ia di sekolah. Hatinya ikut teriris tapi putrinya tetap tersenyum seolah semua baik-baik saja dan bahagia.

Tes

Sesegera mungkin Hermawan mengusap air matanya sebelum putrinya melihatnya.

Alana berbalik mendapati ayahnya yang gelagapan. Lalu tersenyum kaku.Sesaat Alana mengernyit bingung. Tapi Hermawan memberi kode untuk segera tidur.

Alana mengangguk, tak lama Hermawan pergi sesaat sebelum mematikan lampu kamarnya.

Alana berjalan ketempat tidurnya lalu menatap jam yang ada diatas nakas, ternyata sudah jam 9 malam. Alana menguap lalu menutup bibirnya dengan tangan kanannya.

Perlahan ia menarik selimutnya yang hangat. Bulu matanya yang lentik kini tertutup dan tertidur pulas dan siap menunggu esok yang cerah. Atau... esok yang menyeramkan.



*****

Stay with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang