sekolah baru

832 39 0
                                    

Agustus 2013, kakakku membawaku ke sekolah baruku. Aku baru saja tamat sekolah menengah pertamaku bulan Juli kemarin. Sebenarnya aku masih bingung mau melanjutkan sekolah ku dimana, tapi tidak apa-apa asal tidak dikampungku. Aku tidak tau kenapa aku tidak mau Sekali sekolah di kampung ku.
        Kak Namjoon, kakakku yang sekarang sedang menempuh pendidikan di universitas tak jauh dari kampung ku. Ahh....lebih tepatnya di pusat kota. Sedangkan kampung kami ada di kabupaten kota ini jauh dipelosok negeri.  Di antara hutan lebat yang mengelilingi nya."
"Jimin jangan melamun, sebentar lagi kita sampai" ucapan kak Namjoon membuyarkan lamunanku.
          Aku segera menengok keluar lewat kaca mobil kusam kakak ku yang sudah teramat tua. Hutan-hutan berjajar mengelilingi jalan yang kami tempuh. Ahh...hampir mirip jalan ke kampungku. Pohon pinus di sepanjang jalan terlihat menopoli pohon-pohon lain yang aku lewati. Udara yang sedikit dingin dengan hembusan angin yang cukup menenangkan.
          "Kenapa kau diam saja? Apa kau marah kakak menyekolahkanmu ke daerah terpencil seperti ini? Padahal kau ingin sekolah ditempat yang ramai, mungkin? Bukan tempat yang sama sepinya dengan kampung kita." Dia menatap ku sekilas mencari kepastian dari raut wajahku.
       "Jangan cemaskan hal itu, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana sekolah ku nanti. Apa disana aku bakal dapat teman? Apa mereka akan baik padaku? Well, hanya hal-hal seperti itu. Kau tidak perlu mencemaskanku." Aku tersenyum padanya sekedar meyakinkan bahwa pilihannya tidaklah salah. Setidaknya itulah satu-satunya hal yang bisa ku lakukan saat ini. Lagi pula dia memilih tempat ini bukan tanpa alasan. Apalagi masalahnya kalau bukan uang. Disini sekolahnya lebih murah.
          "Jimin, kita sudah sampai. Ayo turun." Lagi-lagi aku melamun. Kak Namjoon terpaksa menepuk pelan lenganku. Aku sungguh tidak menyadari kalau kami sudah sampai.

"Baiklah..." Aku menjawab sekenanya sambil membuka pintu dengan ragu. Aku sedikit tidak yakin dengan tempat ini. Oh ayolah, lihatlah bangunan sekolah asrama yang kusam dan tua ini. Malah bagiku terlihat horor dengan kuburan massal di sampingnya. Bangunan yang kecil dan hanya ada beberapa kelas kurasa. Dengan dua gedung yang menyatu dengan lorong kecil ditengahnya. Gedung dengan bentuk L yang dibagian ujung huruf L nya ada tingkat dua dengan ruangan minimalis. Aku tidak percaya kalau aku akan melanjutkan pendidikan ku disini. Di antara sekolah dan pemakaman itu ada sebuah anak sungai yang membatasinya. Selebihnya sepi. Astaga....jangan bilang aku terlalu nakal sampai harus disekolah kan di sekolah agama yang terpencil ini. Aku menarik nafasku dalam-dalam.
      "Jimin bantu kakak menurunkan barang-barang, nanti saja melihat-lihat nya". Suara kak Namjoon kembali menyadarkan ku dari acara menilai sekolah baruku. Mungkin dia jengah semenjak turun dari mobil aku hanya berdiri seperti patung, bukannya malah membantunya.
        " Tas ini biar aku saja, kakak angkat koper saja." Aku menghampiri kak Namjoon untuk membantunya. Lagipula barang-barang ku memang lumayan banyak berhubung aku akan lama disini. Sebelumnya kak Namjoon memang sudah mengajakku membeli kebutuhanku untuk bekal aku tinggal disini sebelum kita berangkat.

#selamat membaca

Dancing In The Moon (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang