pengacau kewarasan

275 28 6
                                    

Aku pulang dengan langkah gontai. Hari pertama sekolahku terasa ada yang kurang. Aisshhh....aku memukul kepalaku kesal. Karena aku tau sebab aku uring-uringan seperti ini seharian. Tidak ada hal yang begitu menarik ketika sekolah pertamaku. Perkenalan seperti biasa lalu belajar. Karena aku memulai tahun pertamaku disini dari kelas 11 jadi sebenarnya tidak ada masalah. Teman-teman sekelas ku juga welcome sama orang baru, mereka baik. Lagipula ada Jungkook disisiku. Tapi kenapa terasa kurang dan menyebalkan??? Aku enggan mengakui alasan aku uring-uringan seharian ini.

"Jimin, baru pulang sayang? Gimana sekolah nya? Kenapa lesu begitu?" Ibuku datang dari ruang dapur menggunakan apron. Kurasa dia sedang memasak untuk makan malam. Maklum ini sudah sore. Ibu memang tidak suka memakai jasa pembantu rumah tangga, dia lebih suka mengurus kami dengan tangan nya sendiri.

"Ahh....aku hanya lelah. Sekolahnya baik-baik saja. Teman-teman baruku juga baik."aku memberikan senyum terbaik ku agar wanita cantikku ini tidak kawatir.

"Ya sudah, sana ganti baju. Istirahatlah, nanti kalau makan malam sudah siap ibu panggil. Jangan terlalu terbebani, ingat bagi ibu kamu bahagia? Atau kau putus cinta dihari pertama sekolahmu Jimin??" Ibu mengelus kepalaku sambil mengedipkan matanya main-main.

"Ihhhh....ibuuuu"aku merengek sambil memeluknya. Menyembunyikan wajahku dilehernya.

"Hahahaha....iya iya, sana mandi kamu bau..!"ibu melepas pelukannya dan mengecup pipiku pelan.

"Baiklah, aku sayang ibu" kulangkahkan kakiku setelah mengecup balik pipinya. Kakiku terasa berat. Kalau sudah sendiri aku begini lagi. "Yakkk....Park Jimin paboooo...!!!" Batin ku berteriak. Kuhempaskan tasku dan melempar tubuh lelahku kekesayanganku. Ahh....kasurku memang yang terbaik. Tapi aku harus mandi. Dengan berat hati ku tinggalkan kasurku yang nyaman sejenak.

"Tidak merindukanku?"

"Yakkkk......!!!!astaga.....jantungku!!!!!!!" Aku sungguhan terkejut. Jantungku rasanya mau copot. Aku berdiri dengan tergesa yang awalnya duduk tenang mengeringkan rambutku didepan cermin kebanggaanku.

"Maaf, apa kau sebegitu terkejutnya?" Dia terkekeh. Mata segelap malamnya menatapku lekat dari pantulan cermin setelah menarikku untuk kembali duduk. Kurasakan tangannya mengambil alih pengering rambutku.

"Tidak bisakah kau datang tanpa membuatku terkejut? Bisa-bisa aku kena serangan jantung" aku mempoutkan bibirku kesal. Ku balas tatapannya dari pantulan kaca mencoba mengintimidasinya tanda aku kesal. Tapi dia malah semakin terkekeh.

"Wajah terkejutmu sangat lucu Jimin, aku jadi ketagihan membuatmu terkejut" dia mulai mengeringkan rambutku yang sudah setengah kering. Terihat begitu telaten.

"Menyebalkan sekali, untung sayang" gumamku pelan. Sambil terus memasang wajah kesalku kearahnya. Walau sebenarnya aku diam-diam memperhatikan wajah pucatnya dari pantulan cermin. Hidung kecil mancungnya, bibir tipis nya, senyum gusinya, alis tegasnya, dan, mata segelap malamnya yang sering mengenggelamkanku. Tidak adil sekali, lihatlah betapa rupawan ya makhluk yang sedang mengeringkan rambutku itu.

"Aku mendengarnya Jimin, meski kau berbisik sekalipun. Kau lupa siapa aku" dia merendahkan wajahnya dan berbisik pelan di telingaku. Berlanjut menciumi aroma rambutku.

"Aku suka aroma shampomu? Strawberry?? Manis seperti mu" pipiku menghangat dengan tidak elitnya. Sedangkan pelaku masih asyik menciumi rambutku. Aku jadi kesal sendiri.

"Apa makhluk sepertimu memang selalu memiliki mulut semanis madu?" Aku menatapnya sambil memicingkan mataku.

"Hahahaha....apa kau malu?"lihatlah betapa menyebalkannya dia yang sekarang malah semakin melebarkan senyumnya. Untung sangat manis. Lalu dia diam, hingga aku jadi diam juga. Diam-diam malah menikmati elusan tangannya dirambutku. Dia menarik tanganku berdiri.

Dancing In The Moon (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang