Part 2: Manusia ubur ubur

1 0 0
                                    

        "Kamu yang duluan kasih umpan, bukankah begitu, nona?" Ucapnya penuh kemenangan. Aku bergidik geli mendengar sebutan di akhir kalimat itu. Najis! Tapi bagaimanapun yang diucapkannya benar, aku yang memulainya tadi.
         "Okey! Kalau begitu, enggak usah berharap dapat ikan!" Aku berjalan meninggalkannya lagi. "Formulirnya beneran enggak mau diisi?" Teriaknya tanpa ada jawaban dariku.
        Aku duduk di bangkuku dengan perasaan yang masih kesal. Tidak ada Carla, entah kemana teman sebangku ku itu. "Kamu tahu, jess? Kamu baru saja menyia nyiakan kesempatan yang banyak orang ingin di posisimu." Fadil yang tengah membaca buku tebalnya tiba tiba berkomentar seperti itu.
        Dari pandanganku Fadil sepertinya anak ambis yang peduli sekali dengan prestasi dan pendidikan, terlihat dari hobinya membaca buku tebal dengan bahasa inggris di dalamnya, aku tahu itu bukan buku yang nanti akan dipelajari di sekolah.
      Aku menghembuskan nafas kasar "Dil, enggak semua orang mau jadi orang repot dengan mengorbankan diri jadi pengurus OSIS, "Jelasku. "Pola pikir manusia ubur-ubur memang beda." Fadil masih membaca buku tebal itu.           
     "Di kelas ini yang dapat cuma kamu jess, yang lain kalau mau daftar OSIS baru diberi formulir besok senin," jelasnya.
"Kok gitu?"
"Kak Nendra tadi kesini buat kasih informasi tentang OSIS, sekalian tadi dia bawa satu lembar Formulir itu katanya setidaknya ada satu anak dulu yang dipastikan ikut yang lain boleh nyusul, kak Nendra kasih pesan katanya Jessela wajib ikut, gitu"
      "Orang seperti kamu, pasti ikut, kan?" Tanyaku sedikit basa basi. "Maunya, tapi kesempatannya enggak ada." Perkataan Fadil membuatku berpikir memahami bagaimana maksudnya. Kenapa,sih? Orang pintar bicaranya tidak bisa langsung dipahami? Tidak bisa apa membiarkan otakku ini istirahat sebentar?.
       Fadil melirikku yang tengah memaksa otak dengan kapasitas minim ini bekerja. "Aku harus aktif di beberapa organisasi untuk bisa dapat beasiswa, sedangkan aku tidak diizinkan ikut OSIS karena anggapan buruk dari mereka. Ya, memang seharusnya aku tidak sekolah disini, tempat dimana kakakku dicap buruk, mereka berpikir aku juga begitu."
     "Kok bisa begitu? Kamu seharusnya protes dong, dil!". "Biarpun kalian adik kakak, tapi kalian hidup di tubuh yang berbeda, dengan pribadi yang berbeda! Ini enggak bisa dibiarkan" Aku kembali bangkit dari posisi dudukku untuk menemui manusia berkaca mata itu lagi.
       "Jess! Percuma kalau kamu mau protes, manusia di sekolah ini pola pikir pikirnya kuno!" Fadil berusaha mencegahku untuk melakukan protes. Tapi, perkataan dari Fadil tidak membuatku diam saja setelah mendengar ketidakadilan mengancam impian temanku.
                               ***

"Berubah pikiran?" Tanya manusia berkaca mata itu dengan senyum penuh percaya diri. Aku mendatanginya di kelas tempat ia belajar. "Selain suka mengatur semaunya, OSIS di sini juga tidak adil bagi siswa siswinya ya? ternyata lebih kejam dari yang aku kira" Kak Nendra menatap bingung ke arahku.
"Hanya karena kakaknya dicap buruk, temanku tidak bisa ikut OSIS?" Kini kak Nendra yang menghembuskan nafas kasar. "Oh Fadil yang kamu maksud?"."Bentukan seperti Fadil biasanya cuma mau dapat nama lewat organisasi, dulu kakaknya juga begitu."
   
          Aku tertawa remeh menanggapi alasan yang sama sekali tidak bisa masuk diakal. "Sedang membicarakan diri sendiri?" Sindirku. Kak Nendra sepertinya mulai terpancing emosi, terlihat dari matanya menyimpan begitu banyak kesal dan sesal sudah berurusan denganku.
          "Eh, kamu kalau enggak tahu apapun mending enggak usah ikutan!" Akhirnya ia melupakan emosinya. Dia menatapku penuh amarah. "Aku rasa kalau bukan syarat untuk dapat beasiswa, Fadil juga tidak mau ikut organisasi ini, benar katanya manusia disini pola pikir pikirnya kuno!"
"Dari cara kakak menjawab tadi membuat aku yakin untuk tidak ikut OSIS, terima kasih, maaf sudah mengganggu waktunya." Aku berniat keluar dari ruang kelas yang tidak seharusnya aku masuki.

"Dari cara kamu protes, jadi pingin tahu gimana sih caranya jadi ketua OSIS yang benar?". "Kamu ikut OSIS, terus buktikan! Jangan cuma komentar!"

Berlanjut.....
                             🥑🥑🥑

worthlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang