Part 3: Masuk perangkap

1 0 0
                                    

       " Kamu ikut OSIS, terus buktikan! Jangan cuma komentar!" Langkahku terhenti, tubuhku sudah dikuasai dengan kekesalan dan emosi, sungguh dia punya banyak cara untuk membuatku naik pitam.
       Yang tadinya berniat pergi dari tempat itu, ucapannya yang begitu menantang membuatku berbalik arah "Aku akan terima tantangan kakak, asal Fadil bisa diterima sebagai pengurus OSIS!" Aku membuat kesepakatan.
"Deal!"
       Entah karena apa aku bisa bertekad menyetujui tantangan gila yang membuat aku harus masuk kedalam organisasi yang sejak awal aku benci, sial! Dia tahu bagaimana menjebakku!
                                ***
      Masuk kelas dengan membawa formulir tentu membuat Fadil berpikir protesku membuahkan hasil yang menyenangkan. Carla sudah berada di bangkunya, ia mengobrol dengan Aryan dan Fadil yang tempat duduknya tepat dibelakangku.
     Gadis blasteran itu sibuk mengunyah cilor yang mungkin baru ia beli dari kantin. "Bodoh sekali Aryan ini, di Belanda mana ada yang jual seperti ini," Carla kesal bahkan aku yang baru datang bisa ikut tertawa. Carla memang lucu, rambut cokelat dengan sedikit ikal lengkap dengan hidung mancung dan kulit bersih ala perempuan Eropa membuat siapa saja yang memandang tidak akan bosan.
     "Dari mana, jess?" Tanya Carla.     
     "Minta keadilan," jawabku singkat.
      Pandangan Fadil tak lepas dari formulir yang kini aku genggam, dari sorot matanya terlihat begitu banyak harap untuk bisa mendapatkan kertas putih itu.

      Carla dan Aryan yang tidak tahu apa apa hanya saling tatap, bingung. "Pakai jurus apa jess? Buat dapatin formulir VIP itu?" Formulir VIP, sebutan itu begitu menyindirku. Pasalnya di kelas ini yang diberi formulir ini hanya aku, pendaftaran OSIS baru diadakan dua minggu kedepan.
      "Kalau mau tahu, taruhan jawabannya" Aryan, Carla dan Fadil membelalakkan mata ketika mendengar jawabanku. "Jess, jangan karena sekolah ini belum ada berita buruk yang melibatkan polisi kamu mau buat sensasi?" Cerocos Aryan sok tahu.
      "Bukan taruhan judi, ini soal harga diri!" Jelasku. Pernyataanku itu membuat mereka antusias ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Maksud kamu, jess?" Tanya Carla. Aku menarik nafas panjang sebelum menjelaskan.
Mataku tertuju pada Fadil yang sudah menutup buku tebalnya, ini berarti dia benar benar serius ingin tahu ceritaku.     
     "Aku bakal gantiin posisi kak Nendra untuk jadi ketua OSIS sementara selama tiga bulan kedepan" lagi lagi pengakuanku membuat mereka kaget dan sontak berkata "What?"
      "Sekolah apa sih ini?, masa murid belum seminggu sekolah udah disuruh jadi ketua OSIS?" Protes Fadil. "Ini semua buat kamu dil," kataku lirih. Sebenarnya aku tidak ingin memberi tahu niatku ini, tapi agar dia tidak salah paham dan berpikir aku diperlakukan spesial sedangkan ketidakadilan menyertainya.
      Fadil menatapku penuh tanya, seakan mendesak diriku untuk segera mengatakan semuanya. "Jika aku nanti bisa memimpin organisasi dengan baik, Fadil langsung diterima sebagai pengurus OSIS tanpa tes apapun, kalau aku gagal ya nama baikku akan tercemar dan dicap sok berani, sok pintar dan sok sok yang lain, terus Fadil enggak akan dapat kesempatan itu"
    "Kamu-" Fadil menjeda kalimatnya, ia mengacak rambutnya kemudian memijat keningnya yang tidak pusing. "Enggak jes, Kamu gila" Apa? Bisa bisanya dia berbicara seperti itu setelah aku sepakat menaruhkan harga diriku untuk membantunya.
    "Jess, lebih baik kamu pikirkan lagi, ini terlalu beresiko, bukan hanya soal Fadil tapi juga dengan jalannya sekolah ini. Kamu tahu dan kamu paham peran ketua OSIS sangat penting bagi sekolah" Carla dengan lidah nonlokal nya ikut berkomentar.
    "Tapi Jess keren loh, aku yakin jess punya cara untuk menuntaskan tantangannya" Sepertinya diantara kami bertempat hanya Aryan yang bisa berpikir sehat sepertiku.
    Fadil dan Carla menatap Aryan sedikit kesal karena tidak sepaham dengan mereka. "Terserah jess, itu mau kamu dan aku tidak pernah sedikitpun ingin kamu terlibat dalam masalahku sampai kamu membahayakan diri kayak gini."
     Aku menyimak setiap kata yang dilontarkan Fadil, kalimatnya begitu menenangkan sampai akhirnya dia berkata "Jess, jangan buat aku dengar kamu kenapa kenapa karena aku, janji?"

Berlanjut....

                             🥑🥑🥑
Apakah tantangan dari Nendra benar benar terjadi? Atau Jessela mengundurkan diri?

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote and comment 🤍

worthlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang