Part 1: Pancing dan umpan

1 0 0
                                    

      Carla tak henti henti hentinya menertawai kejadian tadi "Keren kamu jess, berani beraninya membubarkan barisan seperti tadi." Carla Falusie, gadis bermata indah dengan wajah setengah bule itu menjadi teman baikku semasa MOS berlangsung. Dia begitu periang hingga membuat siapa yang diajaknya mengobrol tertular akan aura positif nya.
      Aku yang tengah sibuk dengan aktivitas menyemprot vitamin rambut dan masih kesal dengan peristiwa tadi hanya bisa menanggapi "Ya bukan salah aku dong, dia sendiri yang minta aku ambil alih barisan, ya aku bubarin aja sekalian"
      Memang benar tadi setelah aku memperingati nya untuk banyak makan wortel, aku langsung maju ke depan, mengambil alih barisan dan aku bubarkan. Okey, sepertinya harus aku ceritakan kejadian tadi. Kejadiannya seperti ini...
     "Jessela C. Puri, perbanyak makan wortel, minusnya tambah, tuh!" Tegasku kemudian maju ke depan. Aku yang kebingungan harus ku beri aba aba apa untuk teman angkatanku akhirnya kuputuskan untuk ku bubarkan saja. "Untuk semuanya, pimpinan saya ambil alih, siap grak!" Aku mengambil nafas sebentar "Tanpa penghormatan, bubar jalan!"
      Sorakan gembira tercipta setelah kalimat brilian itu keluar dari mulutku, bagaimana tidak? Mereka pastinya juga merasakan hal yang sama denganku, lelah, panas dan ingin segera berteduh dan menyeruput es teh, mungkin.
      Pengurus Osis yang bingung melihat pasukannya bubar membuatku tertawa puas, apalagi ketika ketua OSIS menyebalkan itu berlari kalang kabut menuju depan dan mengomel melalui pengeras suara "Dek! Siapa yang suruh bubar?". "Dek!" Perkataan itu sama sekali tidak didengarkan teman teman satu angkatan,Rasakan!.
       Dua siswi masuk kedalam kamar mandi, memutar kran dan membasahi tangannya. "Eh, Jessela kan?" Aku mengangguk. "Makasih loh tadi udah bubarin barisan, jujur aku udah enggak kuat tadi," Kata gadis berambut ikal itu.
      "Sama sama, aku duluan ya," jawabku. Jujur semenjak kejadian itu, banyak orang yang menyapaku tanpa aku kenal siapa namanya, mungkin mereka tahu namaku karena kejadian itu. Ah, sudahlah! Tidak penting.
                                  ***
        Lembar Formulir kudapati di atas mejaku ketika aku dan Carla kembali dari toilet. Formulir pendaftaran pengurus OSIS SMA Maanlicht. "Sudah mulai pendaftaran? Kamu ikut, jess?" Tanya Carla. Sebelum aku bertanya darimana kertas ini, siswa yang duduk dibelakang ku memberi tahu lebih dulu.
        "Kata kak Nendra, Kamu wajib ikut" Apa apaan ini? Kenapa wajib bagiku?. "Kenapa? Bukannya organisasi bisa milih sendiri, iya kan?" Tidak ada jawaban dari mereka, aku bergegas mencari keberadaan Kak Nendra dengan membawa formulir tadi, bisa bisanya dia mengaturku!.
         Akhirnya, aku menemukan juga pria berkaca mata bulat itu. Di kantin, tentu saja aku langsung menghampiri nya yang sedang mengobrol asik dengan manusia manusia sok sibuk itu. Aku menyodorkan formulir itu di depannya, dia tersenyum melihat kedatanganku. Demi apa dia begitu?
         "Kan tinggal di isi, enggak bisa?". "Mata kamu masih sehat kan? Masa gitu aja minta bantuan," imbuhnya kemudian mereka tertawa. Sial, aku mudah sekali emosi hanya di tertawakan begitu saja tanganku yang memegang formulir itu begitu saja menimpuk wajah songong itu.
           "Weh, santai dong" begitulah reaksi mereka ketika melihat aksiku yang bisa dikatakan tidak sopan. "Aku, datang kesini cuma mau balikin ini, terima kasih" Aku pergi tanpa mau tahu bagaimana reaksi dia. Sungguh, aku malas berurusan dengan manusia kurang vitamin A itu.
           Beberapa pasang mata menatapku tanpa bisa ku tebak maksud dari tatapan itu. "Padahal masuk OSIS seru loh, kamu bisa dapat nilai tambahan, banyak pengalaman dan-". "Dan bisa mengatur adik kelas semuanya? Iya, begitu?" Aku memotong ucapannya. Iya, dia mengekori langkahku keluar dari kantin.
            Dia terkekeh mendengar perkataanku. "Jadi, menurut kamu aku mengatur?" Yaampun pakai ditanya segala, jelas aku mengangguk cepat. "Aku cuma menjalankan aturan, mengajarkan yang sebaiknya di ajarkan. Kalau mengatur kayaknya terlalu berat buat aku kalau yang diatur orang sepertimu."

          Ucapannya secara tidak langsung mengatakan bahwa aku tidak bisa mengikuti aturan. Aku menghentikan langkahku begitupun dia. "Maksud kakak aku enggak bisa diatur?". "Asal kakak tahu, emosiku mudah kepancing, jadi tolong jangan buat aku kesal"
         Pria berkaca mata itu menyunggingkan senyumnya dan berkata "Kamu yang duluan kasih umpan, bukankah begitu, nona?"

Berlanjut....
                               🥑🥑🥑

HALLO GUYSKU!!

Gimana nih part pertamanya? Ikut i terus ceritanya yaa... terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote 🤍

worthlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang