Prolog

5 2 0
                                    

HAPPY READING!


"Bagaimana, Sayang? Kamu mau 'kan nikah sama Kaivan?" tanya Zuhra, wanita paruh baya berkerudung merah, berbisik pada sang putri di sebelahnya.

"Bismillah, Ya Allah. Demi Mama sama Papah, Filsyah mau terima lamaran Om Diskara. Filsyah cuma pengen Papah sama Mama selalu bahagia, nggak lebih. Kalau dengan jalan ini Filsyah bisa bahagiain mereka, Filsyah terima."

Gadis cantik berusia 13 tahun itu tersenyum tipis seraya mengangguk pelan. Dengan harapan meyakinkan dirinya dan mereka semua yang ada bahwa ia siap menerima perjodohan ini. Seketika senyuman mengembang di sudut bibir orang tuanya, begitu juga calon mertuanya. 

Hanya saja, Filsyah sama sekali tidak melihat raut kesenangan di wajah cowok tampan calon suaminya. Datar. Itu yang ia lihat sejak keluarga lelaki itu tiba dan duduk di ruang tamu rumah mereka. Filsyah yakin, dia juga terpaksa dalam hal ini. Sama sepertinya.

Keadaan yang memaksa mereka berdua.

Kaivan diancam orang tuanya. Jika ia menolak menikahi Filsyah, maka impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri tidak akan terpenuhi. Selain itu, Diskara dan Monica juga mengancam tidak akan memberi harta warisan sepersen pun. Mau bagaimana lagi? Kaivan tak punya pilihan, ia harus menuruti keinginan mereka.

Sementara Filsyah? Gadis belia itu tidak ingin perusahaan ayahnya bangkrut hanya karena ia menolak perjodohan ini. Dia sudah diberi waktu berpikir selama seminggu, sampai akhirnya hari ini harus memberi keputusan. Keputusannya sudah bulat, ia akan menikah, harapan ayahnya tidak boleh hancur.

REPLACEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang