Happy Reading!
Sudah pukul 22.40 WIB. Filsyah mendengus pelan saat siluet matanya melihat jam yang tertera di ponselnya. Ia pun mencoba memberanikan diri menuju kamar untuk beristirahat. Sudah sepatutnya ia segera tidur sekarang. Orang tuanya sudah pulang. Kedua mertuanya pun sudah masuk kamar untuk beristirahat. Sedangkan Kalvin juga belum pulang sejak pamit pergi sehabis makan malam tadi. Tinggal ia sendiri yang belum ke kamar Kaivan yang sekarang sudah jadi kamarnya juga.
Filsyah terdiam sejenak saat sampai di ambang pintu kamar Kaivan itu. Ia ragu dan takut. Sama sekali tidak ada suara. Hening dan damai, mungkin sudah tiada aktivitas di dalamnya. Pikir Filsyah.
Kaivan sudah tidur?
Tangan Filsyah terangkat meraih ganggang pintu, lalu memutarnya ke bawah.
Ceklek.
Tidak dikunci.
Filsyah tersenyum tipis, ternyata Kaivan tidak menguncinya dari dalam. Filsyah sudah mengira cowok itu akan mengunci pintu, agar mereka tidak tidur sekamar. Tapi tidak. Kaivan berbaik hati.
"Assa-lamualaikum...," ucap Filsyah pelan sembari mendongakkan kepalanya sebelum tubuhnya masuk sempurna. Lebih tepatnya mengintip terlebih dahulu.
Bukannya apa-apa, hanya untuk memastikan bahwa Kaivan memang sudah tertidur atau belum. Kalau benar, maka syukur Alhamdulillah. Kalau belum, nggak kebayang seperti apa canggungnya Filsyah.
Alhamdulillah aman.
Filsyah bernafas lega. Mendapati Kaivan yang tampak terbaring di atas ranjang membelakangi pintu. Memang belum pasti tidur, tapi tidak adanya pergerakan dari cowok itu membuat Filsyah yakin seratus persen. Kaivan sudah tidur.
Dengan jurus seribu kaki, Filsyah berlari masuk kamar mandi. Sudah tentu untuk membersihkan diri. Karena seharian ini ia hanya dua kali mengganti baju tanpa mandi. Ia mandi hanya tadi pagi saja. Tubuhnya terasa lengket sekarang, seharian beraktivitas tanpa berhenti. Cukup melelahkan.
Beberapa menit kemudian, Filsyah keluar dengan handuk yang menutup tubuhnya hanya sebatas paha. Dengan langkah tenang, ia pun membuka lemari baju Kaivan, dengan harapan ada baju yang disiapkan untuknya.
Eh? Astaga!
Filsyah sontak membulatkan matanya menatap deretan pakaian-pakaian yang ada di dalam lemari baju Kaivan. Apa yang ia inginkan tidak ada sama sekali. Hanya ada baju suaminya.
Panik, bingung, dan marah campur aduk jadi satu dalam hati Filsyah saat ini. Kalau tidak ada baju untuknya, apa yang akan ia pakai kalau begini jadinya? Sungguh, detik ini Filsyah ingin punya sihir. Sihir ajaib agar bisa memunculkan benda apa saja yang dibutuhkan. Tapi itukan tidak mungkin!
Sabar..., orang sabar mukanya cantik.
Filsyah berdecak kesal menutup lemari agak kuat. Hingga tak sengaja menimbulkan bunyi. Filsyah kembali melotot dan refleks mengelus lemarinya. "Jadi lemari jangan nakal kali!" omelnya pada benda mati tak berdosa tersebut.
"Buta?"
Deg.
Filsyah membeku. Jantungnya seolah berhenti berpacu. Tentu ia tau pemilik suara berat itu, tentu saja milik suaminya yang entah sejak kapan membuka mata sampai menangkap basah dirinya detik ini. Sebenarnya Filsyah tak perlu terlalu takut pada Kaivan, tapi mengingat keadaan dirinya yang hanya memakai handuk pendek, tentu saja membuatnya malu setengah mati sekarang.
Bodoh!
Terdengar pergerakan Kaivan beranjak dari kasurnya, membuat Filsyah menegang di tempat. Ia tak berani untuk berbalik menatap Kaivan. Apa Kaivan akan marah? Dia akan mengusir Filsyah dari kamarnya? Filsyah terdiam memikirkan hal yang kemungkinan suaminya lakukan. Tak terbayangkan, jika Kaivan benar-benar akan menyuruhnya tidur di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLACEMENT
RomanceFilsyahna Airum Ez-Zuhraa, istri kecil pemuda tampan Eknath Kaivan Al-Khamnan. Ia dinyatakannya meninggal karena sebuah kecelakaan. Namun nyatanya, ia masih hidup. Hanya saja, ia terjebak dalam wajah seorang gadis bernama Deria Qivelerie Amdanio. Do...