Lunch

33 5 2
                                    

⚠️Harsh words⚠️

Waktu menunjukkan pukul 12:00 Pm, yang dimana artinya sudah waktu makan siang. Aylin yang greget dengan Asha karna sedang ngambek dengan Shireen, langsung memesan ojek melalui aplikasi di ponsel nya. Tak menunggu lama, Aylin pun langsung bergegas menuju kampus dimana tempat Asha bekerja, hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai, setelah sampai Aylin langsung berjalan melewati koridor kampus dan menuju ke ruangan Asha berada.

Tok... Tok... Tok...

Aylin, langsung membuka pintu ruangan Asha, dan melihat sekitar mencari keberadaan Asha. Tak sulit untuk menemukannya, ia langsung melihat Asha yang berdiri disamping Seinna, rekan kerja Asha. "Kak Asha.", Asha yang merasa dipanggil langsung menoleh ke sumber suara, "Eh, ko udah disini sih? Kenapa ga kabarin dulu?"

"Lama kalo harus kabarin lo dulu, makanya gue langsung otw aja. Yuk kak, udah jam makan siang nih."

Asha langsung melihat jam tangan, dan benar waktu sudah menunjukkan pukul 12:20 Pm, "Yaudah yuk, ga sadar jam gue," dan menoleh ke arah rekannya, "Na, gue makan siang diluar ya, kalo mau nitip sesuatu, atau ada apa-apa chat gue aja ya."

"Iya nanti gue chat lo, kalo misalkan Prof. Win atau yang lain nyariin ya, kebetulan gue bawa bekal jadi kayanya gue ga bakal nitip sih."

"Oke deh kalo gitu, gue cabut dulu ya. Ayo, Ay."

"Mbak Na, gue duluan ya."

"Iya, kalian hati-hati yes."

Asha dan Aylin pun langsung keluar dari ruangan Staff Akademik dan menuju ke parkiran dimana Asha memarkirkan mobilnya. Banyak sorot mata memandang Asha dan Aylin saat berjalan, ada yang menatap dengan tatapan kagum, ada juga yang berbisik-bisik mengomentari raut wajah Asha yang sangat kaku, dan sudah pasti bisikan tersebut terdengar oleh telinga mereka berdua, "Kak, muka lo."

Asha yang mendengar ucapan Aylin langsung menoleh dan memutar matanya dengan malas, "Kenapa sih sama muka gue? Heran banget sampe diliatin gitu."

"Ya menurut lo aja!? Muka kaku banget kaya kanebo kering." Ucap Aylin yang sudah duduk dikursi pengemudi.

"Males kalo harus mesam mesem sama anak-anak kampus, nanti mereka gak ada yang segan sama gue."

"Kalo lo lupa, penyamaran lo sama Shireen udah ketahuan, siap-siap aja adek lo bakal jadi perantara kaya dulu."

Asha yang mengingat kejadian dahulu langsung memijat pelipis matanya, sangat pusing bila adiknya terus merengek karna dimintai tolong oleh orang lain secara terus-terusan.

"Udah ah gue gamau pusing, Shireen sama tingkahnya aja udah bikin kepala gue pening, ditambah harus inget soal dulu, makin pening gue."

"Lo lagian kenapa coba ngambek sama Shireen? Seumur hidup Shireen dari kecil sampe sekarang dia tinggal bareng sama lo, tapi masih tetep ga berani sama kakaknya sendiri bahkan takut buat bujuk lo."

"Lo liat aja deh klarifikasi dia, bikin harga diri gue turun sebagai staff akademik, malu gue, Ay."

"Udah tau adek lo iseng, masih aja suruh klarifikasi kaya gitu. Kan lo sendiri bisa klarif di twitter lo sendiri dodol, aduh capek deh gue sama ni persaudaraan."

"Bawel lo, udah sampe nih gamau makan lo?"

"Cih dasar."

Asha dan Aylin pun langsung turun dari mobil, dan langsung memasuki sebuah restoran junk food yang bisa dibilang tidak begitu ramai.

"Lo mau pesen apa, Ay?"

"Burger, sama kentang aja deh, Kak. Sekalian cola ya."

"Oke, lo cari meja dulu sana."

Setelah Aylin menemukan meja, ia pun langsung duduk dan menunggu Asha dan pesanannya tiba. Setelah Asha datang ia langsung membantu menaruh semua pesanannya di meja.

"Kak, setelah sama Alisha, lo gaada keinginan buat pindah hati gitu?"

Asha yang mendengar pertanyaan Aylin langsung berhenti mengunyah dan mulai berfikir.

"Gue, gatau, Ay. Gue masih bingung antara masih gamon atau udah ikhlas. Gue sih ga sakit hati banget malah, kaya apa ya? Udah ngerasa lega aja gitu."

"Heum, kalo emang lo udah siap mau lanjutin kisah cinta lo gapapa kak. Siapa tau abis ini lo bisa punya cewek yang bener-bener sayang sama lo dan bisa terima lo."

"Ucapan lo, yaampun dah dewasa sekali anak kecil ini."

"Gue bukan anak kecil ya enak aja lo, kita cuma beda 3 tahun kalo lo lupa."

"Ck, galak banget sih lo."

"Ngacaaaaaa hey!!! Eh tapi kak, lo mau ga kalo gue kenalin sama Jovanca? Tapi dia Mahasiswi lo sih."

Ucapan Aylin sontak membuat mata Asha nyaris keluar, sungguh sangat mengagetkan bagi Asha mengetahui hal tersebut.

"Wait, what? Jovanca Tanuardana? Dia???"

"Goblok, kelepasan gue. Aduh, Kak... Gue ga bermaksud spill dia, tapi mulut gue kelepasan."

"Gapapa, gapapa. Gue cuma kaget aja, jadi dia sama?"

"Iyaa sama, kaya lo gue dan Kak Nad bahkan adek lo sendiri."

"Tapi, Ay. Gue pernah judesin dia, yakali dia mau sama gue."

"Kita gaada yang tau, lo mah apa-apa udah pasrah aja dah, sebel."

"Huhh, iyaudah atur dah, Ay. Asal jangan bikin muka gue makin tercoreng ya, cukup Shireen aja."

"Iya bawel. Lo abis ini langsung balik kampus?"

"Gue anter lo dulu, baru balik kampus."

"Gak usah deh, Kak. Gue naik ojek aja, deket ini ko."

"Karna justru deket makanya gue anterin, yaudah yuk. Jam makan siang udah abis nih."

Aylin hanya pasrah dan mengikuti Asha yang berdiri dan langsung keluar dari restoran. Tak butuh waktu lama, Asha dan Aylin sampai didepan gedung bertingkat dimana tempat Aylin bekerja.

"Makasih ya, Kak. Lo hati-hati baliknya."

"Iya, yaudah gih naik sana. Gue cabut ya."

Aylin yang sedikit menunduk dari luar mengangguk dan melambaikan tangannya, "Bye bye, Kak." Melihat mobil Asha sudah melaju keluar dari gedung Aylin menghela nafasnya, "Semoga ini jalan yang terbaik ya, Kak Asha. Supaya gue tau batasan gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMPUS [AU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang