HALO, AKU KEMBALI!!
Oh iya, sebelum membaca, komen dulu dong makanan kesukaan kalian apaa??
Cuaca semakin sore, kini motor Hadinan berhenti tepat di depan rumah bertingkat. Rumah yang tampak asing bagi Abinaya. Sehingga ada sedikit rasa takut di dalam hati Abinaya hingga cewek itu berpikir, bagaimana jika orang tua Hadinan tidak menyukainya? Abinaya merinding, berpikir bahwa rumah itu milik keluarga Hadinan.
Hadinan membukakan pengait helm pink yang dipakai Abinaya, seraya mengulum senyum dibuatnya. Hadinan mengacak rambut cewek itu hingga membuat sang empu kesal sendiri.
"Rumah kamu?" tanya Abinaya dengan suara kecil, wajahnya terlihat takut.
Hadinan mengangguk, "Nanti jadi rumah Naya juga," jawab Hadinan sambil terkekeh kecil. Mendengar itu, sontak Abinaya menabok pelan wajah Hadinan yang tingginya melebihi cewek itu. "Ngarep, ih."
"Lah, emang beneran. Sok, sekarang mah masuk." Hadinan menarik tangan cewek itu hingga sampainya mereka di dalam rumah besar. Abinaya tampak terkejut, pandangannya penuh oleh cowok berjaket hitam sama dengan yang digunakan Hadinan. Semua cowok disana tampak memandang mereka berdua, mereka saling diam. Hal itu justru membuat Abinaya merasa bingung ditambah semakin takut, apakah mereka tidak menyukai kehadirannya?
Lalu matanya menangkap seseorang yang tengah menatapnya lamat. Sontak saja Abinaya langsung bersembunyi dibalik punggung tegap Hadinan. "Nan, ayo pulang," lirih Abinaya dengan suara yang bergetar.
Hadinan berbalik badan, "Eh, 'tong kitu. Jangan sieun, mereka teman-teman Anan." Tangannya mengusap puncak kepala cewek itu. Abinaya menggeleng, "Gak mau."
Hadinan menarik Abinaya menjadi posisi disampingnya, lalu menghadap pada teman-temannya. "Ini Abinaya."
Mereka masih terdiam, matanya masih mengarah pada Abinaya. Entah apa yang membuat mereka seperti ini. Biasanya jika Hadinan membawa saudara atau temannya selalu di sapa duluan, ada juga yang bikin heboh. Namun kali ini berbanding terbalik, tidak seperti biasanya.
"Mukanya jangan gitu, Abinaya jadi takut."
Ada salah seorang yang tiba-tiba menyapa ramah Abinaya, setelah mendengar Hadinan yang mengatakan Abinaya tengah takut sekarang. "Hai, Naya. Gimana kabar?" tanya Bedul, selaku teman Hadinan mewakili semua cowok yang tengah duduk di sofa panjang, dan di atas karpet berbulu.
Cewek itu terkejut.
"Baik," jawab Abinaya singkat, posisinya masih di belakang Hadinan. Karena ia merasa tidak mengenalinya.
"Dia lupa jiga na," bisik Ghaza disamping Bedul yang tersenyum tipis menanggapi jawaban Abinaya.
"Duduk, Nan, Nay," kata Ackbar membuat Hadinan menarik cewek itu hingga masuk ke lingkaran cowok-cowok garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGATA
Teen FictionPertemuan singkat seorang gadis dengan pria tepat di dekat pancaran mangata. Tanpa tahu mereka ditakdirkan semesta untuk saling melengkapi kembali setelah 3 tahun saling terpisah. Disini, Author akan bercerita tentang kisah mereka yang mungkin tidak...