Part 06

12 5 2
                                    

"Luka yang paling sakit adalah ketika kamu dilukai oleh seseorang yang kamu kira tidak akan pernah melukaimu"

-Ana

***

Ana yang sedang bersiap-siap untuk ke kampus menghentikan langkah nya. Ana mengambil sapu tangan berwarna coklat muda tersebut, disitu tertulis nama Athaar Alby Atthallah. Nama yang bagus. Ana tersenyum mengingat kejadian semalam, tak menyangka Gus Athaar memperhatikan nya. Apa ini pertanda? Ah tidak mungkin, ini hanya kebetulan saja.

"Oh ini nama nya Athaar Alby Atthallah" ucap Ana sambil mengangguk-anggukan kepala, "lebih bagus kalo di panggil sayang" lanjutnya sambil terkekeh geli.

Ana pun tersadar, bagaimana ia bisa mengembalikan sapu tangan tersebut? Apakah ini untuk nya? Ah rasanya tidak mungkin, bisa di lihat dari sapu tangan ini pasti ini pemberian dari seseorang khusus untuk Gus Athaar. Lalu, bagaimana Ana mengembalikan nya?

"Apa tanya Disa aja ya?" ucapnya sendiri.

Ana pun segera mencari nomor Disa dan menelepon nya. Telepon berdering...

"Assalamualaikum Na? Ada apa pagi-pagi telepon?" kata Disa.

"Waalaikumsalam, ini gue mau tanya kemarin kan Gus Athaar kasih pinjam sapu tangan ya. Nanti gue balikin nya gimana?"

"Wah iya ya aku baru ingat. Setau aku belum ada info acara yang ada Gus Athaar nya sih Na, nanti kalo ada aku kabarin ya. Sekarang sapu tangan nya di simpan kamu aja dulu"

"Ini emang gakpapa Dis? Gak enak gue"

"Ya mau bagaimana lagi Na"

"Iya juga sih, yaudah makasih ya Dis maaf ganggu lo"

"Iya sama sama, kamu ke kampus jam berapa? Mau bareng aku?"

"Iya ini lagi siap-siap, boleh deh Dis"

"Oke aku berangkat ke rumah kamu ya"

Telepon pun berakhir. Ana menyimpan kembali sapu tangan itu di meja belajar nya. Ana segera bergegas keluar dari kamar setelah mengetahui Disa sudah sampai di rumah nya.

"Morning sayang" sapa mama.

"Morning ma"

Disa dan Ana sudah berteman lama sejak ia masuk kuliah. Orang tua mereka sudah mengenal satu sama lain. Banyak teman kampusnya yang mengira mereka adalah kakak beradik, wajahnya yang hampir mirip dan tinggi yang sama membuat teman nya yakin kalau mereka memang keluarga.

"Ma aku sama Disa berangkat dulu ya" ucap Ana sembari bersalaman dengan mama nya yang di ikuti dengan Disa juga.

"Pamit ya tan"

"Kalian hati-hati ya"

***

Sesampainya Ana dan Disa di kampus. Mereka berjalan masuk ke dalam gedung fakultas, banyak pasang mata yang menatap sinis ke arah mereka berdua. Ana yang menyadari itu berusaha untuk tidak menghiraukan nya dan terus berjalan.

"Oh ini si paling merasa tersakiti hahaha" ucap salah seorang perempuan dengan sekelompok geng nya sambil tertawa.

"Wajar sih di tinggalin playing victim nya parah banget" kata perempuan yang lain sambil menatap sinis.

Ana yang merasa dirinya di jelekkan pun menghentikan jalan nya.

"Maksud lo apa?!" bentak Ana tak suka.

Surat cinta dari AiyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang