Cahaya dan Misterinya

105 12 0
                                    

Berbagai perjalanan yang telah kita lalui, mungkinkah akan selamanya terpatri?

Aku di sini, merengkuh semua memori, dari kejadian yang takkan pernah terulang lagi.

Untukmu engkau tahu, manakah arah yang engkau tuju,

... bersama rekan seperjalanan yang selalu bersamamu.

(Tetapi aku kali ini, hendak mengungkap misteri akan siapa sejatinya diri ini.)

...

...

...

Pukul dua belas malam itu (menurut waktu di Klan Bumi), ruang penjara bawah tanah temaram oleh cahaya dari serbuk bulan di dalam sebuah jam pasir. Seseorang menemukan keberadaanya yang terkubur memori sejak bertahun lalu. Dalam keadaan kumuh nan lembab, dan kondisi ruangan besar di bawah tanah yang sepenuhnya terbengkalai menyambut dan menemani kehadiranku selama beberapa jam terakhir.

Tak masalah jika aku kemari dengan kejelasan misi dan tujuan. Tetapi masalahnya, tidak sama sekali. Tidak ada petunjuk, atau pegangan, atau perintah untuk ke sini. Hanya rasa penasarankulah yang mengantarku hingga ke tempat tanpa penghuni ini.

Plus, kalimat dari seorang kawan seperjalanan antarklan yang dengan bodohnya aku percayai.

Debu-debu berterbangan tipis ketika aku menepuk-nepuk baju serbahitam yang kukenakan, ketika kupikir, tak ada apapun lagi yang bisa dikuak dari tempat penuh kematian ini. Entah satu, dua, atau tiga jam lebih habis untukku menyusuri tempat yang rupanya menyimpan arsip-arsip lama yang dibuat sebelum Klan Bulan semaju ini. Rahasia-rahasia yang tempo jam hendak kuketahui pun ... terkuak sudah hampir seluruhnya, meski mencipta banyak tanda tanya lainnya. Membenarkan pendapat Ali bahwa penjara mercusuar lama di Klan Bulan memiliki misterinya sendiri.

(Lagi, aku merasa bodoh karena telah mempercayai kata-kata si Tuan Muda Ali, si keturunan asli dari Klan Aldebaran.)

Buku-buku dan gulungan dekrit di sini merekam kejadian lama milik para moyang Klan Bulan, otentik melalui tulisan tangan saksi-saksi mata di lokasi. Tentang pertarungan, pengorbanan, dan harga yang harus dibayar ketika menggunakan kekuatan terbesar di dimensi antarklan. Seluruh tokoh dalam catatan yang mewarisi kekuatan itu, pada akhirnya harus melepaskan apa yang mereka miliki, termasuk mengkhianati darah dagingnya atau kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Meski aku sendiri merasa ragu, bukankah sangat mungkin si pencatat memalsukan isinya? Senyumanku terasa getir ketika membayangkannya. Haruskah aku menaruh percaya pada isinya?

Ayolah, tidak ada yang bisa kutanyai di sini.

Sepuluh menit larut dalam pemikiran dan tulisan di arsip-arsip antik, akhirnya aku mengangguk. Baiklah. Tidak ada lagi jalan untuk mundur. Jam pasir yang bagian atasnya sudah tiga perempat kosong pun seolah mengatakan hal yang sama.

Buku Kehidupan telah berada di atas pangkuanku, tertutup rapat dengan bulan sabit yang menghadap ke atas di sampulnya. Mataku menelusuri setiap detailnya yang terlihat di bawah cahaya remang di dalam sel tua yang telah ditinggal lenyap oleh penghuninya.

"Wahai, Buku Kehidupan," panggilku.

Perlahan, Buku Kehidupan diselimuti oleh cahaya temaram yang tidak menyilaukan. Bulan sabit di sampulnya bercahaya, bagai penunjuk arah di langit malam yang memulangkan aku, Seli, dan Ali ketika perjalanan mencari Ily di tengah pekuburan modern milik Klan Bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

City | Ali & RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang