DUA PULUH ENAM

3.8K 298 27
                                    

Haii, pakabar kleann?

Terimakasih atas dukungan kleann✨✨

Happy reading💘

__________

"Tapi Nona, desas-desus bilang bahwa Grand Duke adalah salah satu calon menantu yang dipilih Duke Phillip." bisik Ainsley.

Amora acuh. "Mungkin mau dinikahkan dengan Edward atau Stive." balasnya ngawur.

"Bukan begitu Nona, Duke sedang merencanakan pernikahan Nona dengan pria bangsawan diluar sana." gemas Ainsley.

"Oh aja sih." balas Amora sekenanya.

"Nona tidak mau memilih?" tanya Amellia.

"Tidak tahu."

"Atau Nona ingin kami pilihkan?" Ainsley, gadis itu telihat paling bersemangat diantara yang lain.

"Hush Ainsley, jangan bicara begitu. Biarkan Nona yang melakukannya, kita tidak boleh mencampuri urusan yang bukan hak kita." peringat Amellia, orang yang paling dewasa menurut Amora.

Ainsley yang mendengar peringatan itu mengerucutkan bibirnya. "Aku hanya membantu Nona agar tidak kesulitan."

"Justru ucapanmu bisa membuat Nona kepikiran, Ainsley." tegurnya lagi.

"Kok malah mereka yang adu bacot?" Amora, sekarang ia tak bergairah untuk melakukan apapun. Semacam terkuras habis energinya.

"Eh, Nona ingin kemana?" tanya Ainsley begitu melihat Amora berdiri dari tempat duduknya.

"Kamar." singkat Amora, selain merasa gerah dan lelah, sebenarnya ia juga sudah mulai kantuk kembali. Maklum, remaja jompo.

"Nona, sebagai gadis bangsawan tidak dianjurkan untuk tidur pagi-pagi seperti ini kar-" ucapan Ainsley terpotong lantaran mendapatkan tatapan tajam dari Amora.

"Sekali lagi kau bicara kupecat kau sekarang juga." desisnya tajam.

"Mohon ampuni saya Lady." ujar Ainsley bersimpuh ketakutan.
Diikuti Amellia yang turut bersimpuh.

"Jangan temui aku hingga seminggu kedepan." tekannya lagi.

"Hamba mohon jangan adukan ini pada Duke, Lady. Maafkan kami berdua." sesal Amellia. Tetap saja, walaupun ia tahu bahwa Lady-nya tersinggung akibat ucapan rekannya, Amellia tetap merasa bersalah. Ia sadar diri, sebagai budak mau salah ataupun tidak ia tetap akan mendapat hukuman, budak seperti mereka jelas tidak bisa melawan.

Amora berjalan pergi tanpa menghiraukan ucapan mereka.

"Bikin bad mood pagi gue aja." gumamnya sebal.

Semenjak ia tinggal di kediaman Rodriguez, emosinya tak bisa ia kontrol. Menurutnya, mungkin saja kediaman ini isinya setan semua. Iya, dirinya juga merasa bahwa ia salah satu setannya.

"Sebenernya Amora yang asli kemana? Udah meninggal atau ganti peran?" tanyanya pada diri sendiri.

"Hai!" sapa seseorang tiba-tiba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang