PROLOG

405 29 7
                                    

Ruangan Osis...

"Kenapa lo masuk toilet laki-laki?"

Aletta memutar bola matanya jengah.

"Kebelet!" ketusnya.

Jawaban judes Aletta membuat gadis yang berdiri di samping Arkan duduk, kesal bukan kepalang.

"Ini bukan pertama kalinya lo bikin ricuh disekolah" ujar Giska yang merupakan sekretaris OSIS.

"Udah ngomongnya? Gue lapar!" ujar Aletta berdiri dari kursinya.

"Siapa yang ngizinin kamu pergi Alora!" tegas bu Alma yang baru masuk.

"Duduk!"

Aletta kembali duduk dengan malas.

Giska tersenyum menang, sedangkan Arkan hanya menatap datar Aletta.

"Ibu tidak mengerti kenapa kamu jadi seperti ini Alora. Kamu berubah terlalu banyak!" tegas Alma menghela nafasnya, sebelum tragedi saat study tour yang menimpa Alora, muridnya itu sosok yang patuh dan rajin. Tapi sekarang Alora jadi sering melanggar aturan sekolah. Membuat semua guru sudah angkat.

"Lebih baik saya begini buk, dulu saya terlalu baik sampai siswi lain tanpa beban menindas saya" ujar Aletta dingin.

"Apa sekarang masih ada yang bully kamu disekolah? Jika iya beritahu kami siapa orangnya? Kamu tidak perlu bertingkah seperti ini" tanya Alma berusaha sabar.

Aletta tersenyum miring, tidak ada yang berani menindas nya disini. Ia bukan Alora.

"Arkan, ibu ada rapat penting dengan guru lainnya. Kalian urus Alora"

Arkan mengangguk dan kembali menatap Alora setelah buk Alma pergi.

"Percuma ngomong sama dia Ar, mending kasih hukuman aja biar jera" ujar Giska.

"Lo belum jawab? Apa masih ada yang bully lo di sekolah?" tanya Arkan.

"Kalian tau istilah ini kan?" tanya Aletta memberi isyarat dengan menggosok jari telunjuk dan jempolnya 'uang'.

"Setegas apapun kalian, yang bully itu umumnya yang berduit. Yang berduit bisa bungkam yang miskin atau yang berduit bisa bungkam yang berpangkat. Ngerti kan?" ujar Aletta tersenyum kecil.

"Eh!Jaga ya ucapan lo!" peringat Giska.

"Kenapa? Lo tersinggung?" tanya Aletta acuh.

"Ar kenapa lo diam aja, kasih dia hukuman! Gue capek hadapin dia! " ujar Giska kesal.

Arkan menghela nafasnya.

"Nggak semua orang seperti yang lo bilang barusan. Kali ini lo nggak akan dihukum. Tapi kalau lo bikin ulah lagi, guru akan bertindak tegas!" tegas Arkan meski dengan wajah tenang.

Giska mendengus kesal,

"Oke!" ujar Aletta berdiri dari bangkunya acuh.

"Tunggu!"

"Apalagi?!" ketus Aletta menatap jengah Giska.

Giska mencetak sebuah gambar dengan kertas printer diatas meja.

"Nih!" ujarnya memberikannya pada Aletta.

Aletta menerimanya, ia tau maksud gambar di kertas itu. Simbol yang biasanya terpasang di pintu toilet perempuan dan laki-laki.

Giska berdiri dihadapan Aletta seraya tersenyum miring.

"Biar lo nggak lupa gue ingetin lagi, kapan perlu lo bawa kemana-mana. Simbol orang yang pakai rok artinya toilet perempuan. Kalau yang pakai celana ini laki-laki. Anak kecil aja tau!Ngerti kan? Pintar dikit napa!" ledek Giska dengan tatapan merendahkan.

Bukannya marah Aletta justru tersenyum.

"Diluar gue emang pakai rok, tapi didalam gue pakai celana. Yang pintar bakalan kalah sama yang kreatif. Ngerti kan? Jangan goblok jadi orang" ucap Aletta memasukan kertas tadi kedalam kantong seragam Giska dan menepuk bahu kakak kelasnya sebelum keluar dari ruangan.

Giska terdiam dengan wajah memerah padam. Bisa-bisanya gadis bar-bar itu bicara begitu. Apalagi ada Arkan disini.

Arkan menggelengkan kepalanya, Alora begitu sulit di mengerti. Baru kali ini ia bertemu dengan gadis seperti Alora.

***

VOTE NYA JANGAN LUPA
YA GUYS😘

SAMPAI KETEMU DI SELANJUTNYA😘

INTO YOU (Aletta or Alora)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang