t h r e e ✨

7 1 0
                                    

Bel kembali berbunyi, tanda pembelajaran telah berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel kembali berbunyi, tanda pembelajaran telah berakhir. Laurie yang sudah lelah dengan segala bentuk tugas dan ulangan hari ini pun dengan semangat membereskan peralatan belajarnya.

Hari sudah sore, jam menunjukkan pukul lima lebih lima belas menit. Laurie sangat lelah, di kepalanya sudah terbayang kasur empuk kamarnya dan laptop yang menayangkan film kesukaanya. Ah! sangat menyenangkan!!

"Alma, maaf aku tidak bisa mengantarmu ke toko buku, aku memiliki acara lain di rumah. Mungkin Kate bersedia menemanimu, akan kutanyakan padanya."

"Ah, benar, kita masih harus melewati les tambahan. Ah melelahkan! Apakah kau tidak lelah, Alma? bagaimana kalau kita bolos saja?"

Laurie mengerutkan keningnya kala tak mendapat balasan dari Alma, ia terdiam. Suasana kembali sepi, tak ada suara-suara para murid yang berbicara, membereskan peralatan dan bergegas pulang.

Laurie mengalihkan pandangannya dari tasnya sesaat setelah memasukkan buku-bukunya. Ia memandang seisi kelasnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Laurie menahan nafasnya, semua temannya kembali menjadi aneh. Tidak ada yang membereskan buku dan bersiap pulang, mereka hanya duduk diam dengan pandangan kosong lurus kedepan.

Laurie takut!!

Laurie menatap takut-takut Alma yang ada di sebelahnya, bulu kuduknya meremang. 

Laurie harus pergi dari sini!!

Dengan gerakan cepat, ia memakai tasnya dan segera berlari keluar kelas. Laurie berlari ke arah gerbang sekolah dengan terengah-engah, seskali kepalanya ia tolehkan ke belakang khawatir ada yang berlari mengejarnya.

Badannya dipenuhi keringat dingin, cuaca mendung dan udara dingin yang menyeruak ke dalam dirinya membuatnya semakin ketakutan.

Laurie menetralkan nafasnya di depan pintu gerbang. Ia kembali menolehkan kepalanya ke sekeliling, tidak ada satupun murid yang terlihat hendak meninggalkan sekolah, suasana ini persis seperti pagi tadi.

Laurie gemetar ketakutan, dengan segera ia mendekati pagar besi yang menjulang tinggi di hadapannya.

Tidak bisa!

Pagar ini tidak bisa dibuka!!

Pagar ini tidak dikunci tapi tidak bisa dibuka, Laurie sudah bersusah payah mendorong pagar ini tapi semuanya sia-sia. Pagar ini diam tak bergerak seperti tembok.

Laurie mengerang tertahan. Ia segera membuka ponselnya hendak menghubungi Mamanya.

Tuuuttt...

Selalu begitu, baik Mama, Papa maupun kakaknya tidak ada yang menjawab telponnya.

Air mata sudah mengalir dengan deras sejak tadi. Laurie itu penakut!!

Pikiran buruk kembali datang, satu demi satu hingga memenuhi otaknya.

Tap tap tap

Laurie memasang telinganya waspada, itu seperti langkah kaki orang!!

Tidak hanya satu, sepertinya banyak!!

Laurie panik, apalagi ketika melihat siluet segerombolan orang berpakaian aneh sedang menuju ke arahnya.

Laurie memandang sekitar dengan panik. Laurie harus bersemubunyi!!

Pandangannya tertuju pada semak semak samping gedung, Laurie pun melangkahkan kakinya ke sana. Ia berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Ia harus berhati-hati!!

Tap tap tap tap tap

Suara langkah kaki semakin dekat, Laurie menahan nafasnya di balik semak-semak.

Meski takut setengah mati, Laurie memiliki rasa penasaran yang luar biasa. Dengan hati-hati ia mengintip dari balik semak-semak.

Siapa sebenarnya mereka? Apa yang mereka lakukan?

Kata-kata itu menari-nari di benaknya.

Tak lama dari itu, rasa penasarannya terjawab sudah. 

Segerombolan orang itu adalah murid-murid sekolahnya!!

Mereka berjalan berbaris dengan pandangan lurus kedepan sambil membawa mangkuk kecil berisi lilin yang menyala.

Laurie tidak bisa melihat siapa tepatnya mereka, karena wajah mereka tertutup oleh jubah maroon yang mereka kenakan. Namun, jubah salah satu dari mereka tidak terpasang dengan benar, karena itu Laurie bisa melihat almamater sekolahnya di balik jas itu.

Sesampainya di depan gerbang, mereka semua membentuk formasi menghadap pintu gerbang kemudian melakukan suatu ritual-ritual aneh.

Mereka seperti mengucapkan mantra-mantra yang Laurie tidak ketahui.

Seseorang yang nampaknya pemimpin dari kelompok itu mengangkat lilinya ke atas sambil mengucapkan mantra, diikuti oleh anggota lainnya secara bersamaan.

Setelah kurang lebih 20 menit, ritual itu selesai. Gerombolan itupun kembali ke sekolah bersama lilin-lilin mereka yang telah padam.

Laurie menghembuskan nafasnya lega.

Namun sedetik kemudian ia bingung, bagaimana caranya keluar dari sini?

Apakah pintu gerbang telah di beri semacam sihir pelindung agar tidak dapat dibuka?

Lalu, gerombolan tadi datang dan kembali menguatkan sihir pelindungnya.

Kalau benar, maka apa yang harus Laurie lakukan sekarang?

Laurie menghela nafas kesal.

"Satu-satunya cara adalah membuktikannya" gumamnya pelan.

Setelah mengecek keadaan, Laurie perlahan bangkit dari duduknya, ia membersihkan roknya yang terkena debu.

"Ah, di situ kau rupanya?"

Tubuh Laurie menegang, siapa itu?!

Terdengar tapak kaki orang di belakangnya, suaranya semakin keras yang menandakan orang itu semakin mendekat.

Keringat dingin kembali menguasai, dengan takut Laurie menolehkan kepalanya ke belakang.

Oh tidak!! sepertinya dia adalah pemimpin kelompok tadi!!

Orang itu tampak tersenyum di balik tudung jubahnya, tangannya terangkat menampakkan gelang berwarna hitam yang melingkari tangannya.

Laurie menahan nafas, wajahnya pucat, keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya.

Tangan orang itu kini berada di ujung tudung jubahnya, tangannya bergerak membuka tudung itu dan menampakkan matanya yang bersinar di tengah minimnya cahaya.

Mata Laurie membulat ketakutan. 

Lalu semuanya gelap.

Lalu semuanya gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Laurie's Magical AdventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang