Rencana

1.6K 37 4
                                    

Pagi yang indah bagi gadis cantik yang sedang menyisir rambutnya dengan jarinya yang mungil. Bagaimana tidak? Nanti siang, kedua orang yang paling ia sayangi pulang dari perjalanan bisnis mereka. Siapa lagi kalau bukan mama dan papa.

            Selama masa SMPnya hingga ia kelas 11 SMA, gadis kelahiran Bandung ini tinggal bersama tantenya di Jakarta. Ia sangat ramah, tak heran jika ia memiliki banyak teman dan tak heran pula jika banyak lelaki yang menaruh hati padanya. Tetapi hingga saat ini ia belum memikirkan masalah lelaki untuk menjadi tambatan hatinya, ia hanya ingin fokus kepada cita-citanya yaitu menjadi seorang dokter.

            Selama ini, ia bahagia menjalani hidup tanpa orang tuanya menemani setiap hari. Tetapi semuanya berubah semenjak.....

            "Woy, Shilla!", teriak seorang pemuda tampan, tetangga barunya 2 minggu lalu.

            "Apaan, sih, lo. Berisik amat!", gadis itu menengok ke sebelah rumahnya melalui balkon kamarnya.

            "Liat nih, kucing lo buang kotoran lagi di halaman rumah gue!", gerutu lelaki itu seraya menunjuk kucing jenis persia milik tetangganya yang cantik.

            "Haduh, Kka. Kucing buang kotoran doang heboh amat.", ujar gadis itu sambil membalikkan badan dan hendak masuk kembali ke kamarnya.

            "Hei, Shill! Gue jijik banget sama kucing, masa iya gue buang kotorannya? Tega lo", teriak lelaki itu sambil melambaikan tangannya yang mengisyaratkan supaya Shilla turun dank e rumahnya.

            "Ih, bodo amat. Yang jijik elo kok gue yang repot. Emang lo siapa gue?", gadis itu memalingkan mukanya.

            "Oke, kalo lo gamau ngebersihin kotoran kucing lo, gue injek-injek sampe mampus nih kucing!", ucapnya seraya memperagakan kaki hendak menginjak kucing kesayangan gadis itu.

            "Ah, apaan sih, lo. Iya, ini gue kesana. Awas aja lo macem-macem in kucing gue!", gadis itu langsung menuruni tangga dan mencari kunci rumahnya kemudian memakai sandal lucu bergambar kucing.

            "Tuh cewek kemana sih, lama amat. Gue inj..."

            "Ngapain lo? Turunin kaki lo! Gue udah disini, nih", ujar gadis itu seraya menendang kaki lelaki di hadapannya yang seperti hendak menginjak kucing yang sudah ia besarkan dari ia berumur 10 tahun.

            "Eit, bersihin dulu kotoran kucing lo. Beru habis itu lo boleh pulang bawa kucing lo", cegah lelaki itu kemudian melangkah ke dalam rumahnya.

            "Eh, mau kemana lo? Katanya tadi suruh bersihin kotoran kucing gue, sekarang lo malah masuk ke rumah. Jadi ga, sih, gue bersihin kot...."

            "Nih, bersihin cepet", lemparan kain itu sukses mengenai kepala sang gadis cantik yang hendak meluapkan emosinya. "Ga usah ngomel kalo lo ga pengen kucing lo ini gue injek", ujar lelaki itu menggagalkan omelan Shilla yang hendak keluar.

            Shilla mendengus kesal, kemudian berjongkok dan membersihkan kotoran kucingnya. Sedangkan lelaki itu —Cakka— tertawa penuh kemenangan melihat gadis dihadapannya bergeming menyumpahi sesuatu. Gadis yang merasa ditertawakan sejak tadi kemudian menoleh dan menatap sinis.

            "Ngetawain siapa lo?", gadis itu mengernyitkan dahi.

            "Gue ngetawain siapa lagi, Shill, kalo bukan elo? Disini cuma ada kita berdua", lelaki itu mengedipkan mata.

            "Genit amat sih lo. Ambilin pel, gih, cepetan!", perintah gadis itu sambil memukul kai lelaki di hadapannya.

            "Lah, ambil sendiri. Emang gue babu lo?", lelaki itu menjitak kepala gadis cantik di hadapannya.

Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang