3

688 29 0
                                    

Maaf kalo ga jelas :(

***

Shilla menatap lekat-lekat wajah itu sepertinya ia berusaha untuk mengingat-ingat sesuatu.

"Shill, ada ap-"

"RAKA?"

"E.. Eh hai. Lo masih inget gue ternyata, Shill", lelaki itu tersenyum canggung. Apalagi saat tersenyum ke arah lelaki di sebelah Shilla, Cakka.

"Mana mungkin gue lupa sama lo?", ujar Shilla diakhiri tawa olehnya.

"Lo apa kab-"

"Shill, dia siapa?", potong Cakka dengan lirikan tajamnya ke arah Raka.

"Oh iya, kalian belum saling kenal ya. Cakka, ini Raka. Raka in-"

"Gue Cakka, calon tunangan Shilla", Cakka mengulurkan tangannya ke Raka, kemudian mereka berjabat tangan.

"Tunangan? Serius, Shill? Cowok ini cuma bercanda, kan?", Raka tertawa meremehkan.

"Eng-"

"Serius, gue ga bercanda", ucap Cakka datar.

Cakka dan Raka saling bertatapan, seperti ingin membunuh satu sama lain. Menyadari hal itu, Shilla langsung mencari-cari alasan.

"Em.. Rak-raka, gue sama Cakka pulang dulu, ya. Lo hati-hati yang naik sepeda, jangan sampe nabrak gue kaya tadi lagi", Shilla tertawa hambar.

"Lo pulang sama dia, Shill? Kalian serumah?"

"Eng-engga. Rumah dia di sebelah rumah gue. Udah ya, rak, bye", Shilla menarik Cakka yang masih menatap Raka dengan sinis.

"Sampai bertemu lagi, Ashilla", Raka tersenyum, Shilla merasa risih melihat senyuman Raka itu, seperti ada yang aneh.

"Mau sampe kapan lo liatin dia?", suara itu membuyarkan lamunan Shilla.

"Eh liat deh, aneh ga sih senyumnya dia? Gue kok jadi takut ngeliat dia"

"Ya udah, ga usah diliatin. Gampang, kan, Shill?"

"Apa sih, lo? Ga bisa diajak diskusi banget. Ngeselin", Shilla berjalan mendahului Cakka.

Cakka menoleh, mendapati Raka masih di tempat tadi dan menatap Shilla dengan tatapan aneh serta tersenyum misterius.

***

"Heh, lo ngapain ngikutin gue?"

"Ngikutin lo? Ga salah?"

"Menurut lo?"

Lelaki itu melihat sekelilingnya dan tertawa. "Eh, sorry. Ternyata gue salah masuk rumah".

"Yeee pake ketawa lagi. Buruan keluar dari rumah gue", ujar Shilla datar.

"Oke, incess", Cakka tertawa kecil.

"Incess?"

"Kenapa? Ada yang salah? Gini ya, lo sebenernya cantik tapi ga pantes banget dipanggil princess, jadi gue panggil incess"

"Gue tau kalo gue cantik kaya princess, dan lo ga perlu repot-repot panggil gue incess", ucap gadis itu dengan penekanan pada kata 'lo'.

"Terserah, gue ga peduli. Gue pulang dulu ya, incess", lelaki itu mengedipkan sebelah matanya dan kemudian berbalik badan keluar rumah,

Cakep amat..., batin Shilla. "Eh, barusan gue muji dia cakep? Lo kayanya perlu istirahat, Shill. Mata lo lagi capek makanya ngaco gitu". Shilla menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan wajah Cakka dari kepalanya tetapi nihil, ia terus membayangkan lelaki itu. Shilla mengacak-acak rambutnya dan beranjak masuk ke kamarnya.

***

Cakka's POV

"Terserah, gue ga peduli. Gue pulang dulu ya, incess"

Aku menahan tawa saat mendengar gumaman gadis di belakangku, siapa lagi kalau bukan Shilla. Ia pasti bergumam karena aku mengedipkan mataku padanya.

Semenjak di bangku SMA, siapa sih yang ga terpesona dengan kedipan mata seorang Cakka—gue? Setiap ku kedipkan mataku ke perempuan manapun, mereka pasti terpana tak berkedip. Bukannya aku terlalu percaya diri, tapi memang begitu faktanya.

Tak jarang pula keesokan harinya, perempuan yang kemarin aku kedipkan mata mendekatiku. Ia berfikir aku menyukainya. Padahal itu hanya sebatas kesenangan belaka. Dari situlah aku dicap sebagai 'cowok php', harusnya bukan aku yang dicap 'cowok php', tetapi merekalah yang seharusnya dicap 'cewek kegeeran'.

Lagipula, tidak akan ada yang namanya php jika tidak ada perempuan yang geer. Jadi, salah siapa?

"Handphone lo bunyi terus, diangkat woy bukan ngelamunin cewek sebelah mulu", suara itu membuyarkan lamunanku. Dan.... hey! Bagaimana bisa dia berkata bahwa aku melamunkan Shilla? Tunggu, gadis sebelah yang dimaksud itu Shilla, bukan?

"Hmm", aku mencari sumber suara—handphoneku.

"Halo?"

"Hah??? Kecelakaan?"

"Gimana bisa??? Oke, gue kesana"

***

Jangan lupavote+comment kalo mau cerita ini lanjut :)

Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang