Reza & Alyne.

1K 42 2
                                    

"Reza, kamu mau makan apa?" Pria itu diam, pandangannya masih tertuju pada susunan struktur bangunan pada dalam kertas yang lebarnya memenuhi kasur.

"Reza, Kamu belakangan ini jarang di rumah, langsung kerja, ya? Nggak istirahat lagi?" Tetapi pria itu seakan tuli, ia fokus mengerjakan proyek pertamanya.

"Reza-"

"Sstt." Wanita yang melahirkannya itu terdiam, ia hanya tersenyum dan meletakkan segelas minuman dingin dan sepiring kue di atas nakas.

"Mama keluar dulu, ya."

"Tutup lagi pintunya."

"Iya." Anell menutup pintu kamar putra bungsunya, ia kembali ke dapur dan memasak.

Semenjak hari ketika Anell dan Rome memisahkan Reza dengan seorang pemuda yang merupakan kekasih dari putra bungsu mereka itu, Reza tidak berubah meski mereka memindahkan anak itu ke universitas luar negeri, bahkan mereka juga tidak membayar uang semester karena Reza selalu membayar lebih awal uang semesternya sendiri. Selama dua tahun itu Reza tidak pernah pulang bahkan di hari raya natal sekalipun, baru dua bulan yang lalu Reza kembali pulang, dan pria itu pulang membawa perubahannya yang semakin membuat hubungan mereka berjarak.

"Permisi."

"Eh, Pak Frans?"

"Iya saya Frans, temennya Rome, Mbak ini istrinya toh?" Anell meletakkan lap di tangannya, menghampiri tamu yang datang tanpa janji bersama dengan seorang gadis di belakangnya.

"Ayo duduk dulu, ada perlu apa, ya?" Frans dan wanita muda itu duduk bersampingan dengan Anell di sofa ruang tamu.

"Sebelumnya, Rome ada? Kita waktu muda dulu pernah janjian buat jodohin anak kita, kenalin, ini Alyne anak bungsu saya." Anell menggaruk tengkuknya.

"Ohh, Mas Rome ada, sebentar saya panggilin, ya." Lantas Anell kembali ke dapur untuk membuatkan mereka jamuan, setelah dibawakan barulah Anell menaiki lantai dua untuk memanggil suaminya.

"Pa, ada pak Frans di bawah sama putrinya, Papa ada janji apa sih sama dia?" Rome menarik fokusnya dari koran, melipat koran itu lalu melepaskan kacamatanya.

"Oh iya! Ya ampun kok Papa bisa lupa, sih? Panggil Reza, Ma!" Rome seketika memakai kembali kacamatanya.

"Papa mau jodohin anaknya sama Reza? Kalo dia makin nggak mau ngomong sama kita gimana, Pa?" Tetapi Rome tetap pada keputusannya, ia keluar dari kamar disusul istrinya dan bergegas ke ruang tamu.

"Frans!"

"Rome! Udah lama kita nggak ketemu, kamu apa kabar?" Frans memeluknya.

"Baik-baik, ini anak kamu?" Rome memandang gadis itu, raut wajahnya terlihat sangat tertekan.

"Iya kenalin dia Alyne." Alyne yang dulunya merupakan mantan dari Reza itu menyalami tangan Rome.

"Alyne Om." Rome tersenyum.

"Cantik, ya. Kamu udah punya pacar?" Alyne menggelengkan kepalanya.

"Sengaja nggak aku bolehin biar bisa dijodohin sama anakmu," ujar Frans. Rome berdeham.

"Ma, panggilin Reza," katanya. Mau tidak mau Anell mengangguk, ia langsung menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar Reza berada.

Ia mengetuk pintu kamarnya. "Reza, Mama masuk, ya." Saat ia membuka pintunya, Anell melihat Reza sedang merebahkan diri di atas kasurnya yang sudah bersih, "Reza, papa minta kamu buat turun, ada tamu buat kamu juga."

"Ngapain?" Ia menutup kedua matanya dengan lengan.

"Pokoknya kamu turun dulu, Mama nggak bisa jelasin." Reza menghela napas panjang, ia turun dari kasurnya dan keluar dari kamar begitu saja disusul Anell.

Dan begitu ia sampai di ruang tamu, Reza terkejut ketika netranya menangkap keberadaan Alyne dan sang Ayah di sofa ruang tamu. "Alyne."

"Reza?" Mata gadis itu yang semula tampak sendu kini terlihat berbinar.

Pun dengan Frans. "Kamu, cowok yang nganterin anak saya pulang dulu itu 'kan?" Rome yang menyadari kecanggungan ini mulai paham.

"Duduk dulu, Za. Kenalin ini Pak Frans temen SMA Papa, terus ini anaknya, kamu kenal dia?" Reza mengangguk, "jadi, dulu Papa sama Pak Frans ini janjian mau jodohin anak bungsu kita, dan sekarang waktunya."

Reza menatap Alyne sesaat, akan ke mana ia kalau melupakan Rama saja tidak mampu? Akan menikah dengan siapa Reza? Lagi pula tidak ada wanita yang Reza rasa bisa mengerti dirinya selain Alyne. "Aku mau."

"Kamu yakin, Za?" tanya Anell.

"Kalo Alyne mau." Frans menatap anaknya.

"Kamu mau, Alyne?" Gadis itu tersenyum malu dan mengangguk.

Ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua kisah dengan beragam rasa yang terjadi

(. ❛ ᴗ ❛.)Rama&Reza(. ❛ ᴗ ❛.)

"Lyne mau nanya."

Tamu undangan mereka sudah pergi dua jam yang lalu, pun teman-teman Reza dan Alyne. Menyisakan hanya mereka berdua yang berada di kamar hotel tersebut, mengusik kembali kenangan lampau.

"Nanya apa?" Reza melepas jasnya, mengganti pakaian formalnya dengan pakaian kasual di depan Alyne.

"Kok Kakak mau dijodohin sama Lyne, sih?"

"Emang kamu nggak mau nikah sama aku?" Ia termenung sejenak saat sudah akan menarik selimutnya, menatap Alyne yang menunduk tersipu sekilas lalu kembali menggulirkan pandangannya ke depan.

Apa ia harus melakukannya?

Apa ia bisa?

"Ya mau lah, tapi Lyne pikir Kakak udah nggak mau sama Lyne lagi habis papa ngusir Kakak, Lyne pikir Kakak masih marah." Pria itu melepas kausnya lagi, menarik tangan Alyne dan dibawanya mendekat sampai jatuh di atas pangkuannya.

"Yang dulu lupain aja, toh juga waktu itu kita masih muda." Alyne mengangguk, dan ia terdiam ketika Reza mematikan lampu kamar mereka, berbalik ke arahnya dan mengecup bibirnya dengan lembut.

Ini yang Alyne harapkan dari kegelisahannya sedari tadi 'kan? Maka Reza akan melakukannya, tidak peduli seberapa giat Reza untuk melupakan masa lalunya yang indah, tetapi berakhir tragis itu. Ia tidak akan bisa benar-benar melupakannya tanpa bantuan orang kedua, sebut saja Reza jahat, tetapi ia juga tentu akan memperlakukan Alyne seperti yang orang tuanya harapkan. Dan malam itu Reza pikir ia tidak bisa melakukannya, tetapi rupanya ia masih memiliki insting pada sisi lain dari dirinya sendiri.

Memperlakukan Alyne dengan penuh cinta, menghormatinya, menghargai perasaannya, adalah tugas yang akan Reza laksanakan mungkin untuk seumur hidupnya.

"Sakit, Yang?"

"Udah enggak."

"Jangan kapok, ya." Alyne tertawa.

"Iya enggak kapok kok." Wanita itu beranjak dari posisinya berbaring dan terduduk miring, ia menimpa setengah tubuh Reza dengan tubuhnya yang masih dibalut selimut. Alyne mengusap alis suaminya, yang semalam terlihat berlipat-lipat lebih tampan dari biasanya, "Kakak udah pernah ngelakuin ini sebelumnya sama perempuan lain?"

"Kalo aku jawab pernah, kamu kecewa?'

"Enggak kok, wajar, Lyne nggak peduli soal itu. Lyne cuman pengen jadi yang terakhir buat Kakak." Lantas Reza tersenyum tipis, ia mengecup bibirnya sekilas dan meraih Alyne untuk dipeluk erat-erat di tengah sejuknya udara pagi.

Rama & Reza [BL Lokal] S2. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang