[3] Anak pertama.

1K 38 4
                                    

Di pagi yang sedikit gerimis itu, Reza merasakan jantungnya berhenti berdetak saat menemukan Alyne tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi, ia yang waktu itu sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja, sontak langsung mengabarkan kepada rekan-rekannya kalau ia tidak bisa masuk kantor hari ini. Saking paniknya Reza, ia sampai lupa mengabari kedua orang tua Alyne dan juga orang tuanya, Reza baru menghubungi mereka ketika ia diminta untuk tenang dan tidak mondar-mandir di tengah koridor oleh salah satu suster. Awalnya Reza pikir istrinya yang sudah ia nikahi selama tiga bulan itu terkena penyakit yang berbahaya atau semacamnya, sebab beberapa hari ini Alyne selalu tampak enggan diganggu.

Umm, masalah ranjang juga sebenarnya, Reza tidak mendapatkan jatahnya tepat waktu, yang mana harusnya mereka rutin dinas dua kali seminggu.

"Gimana sama istri saya Dok?" Baru saja Dokter wanita yang menangani istrinya itu keluar, Reza langsung mencegatnya.

"Nggak gimana-gimana, Mas. Istri Mas hamil, selamat, ya. Minggir dulu, permisi, saya kebelet, Mas!" Tanpa banyak tanya, Reza langsung masuk ke dalam ruangan serba putih itu, ia melihat Alyne yang sedang memakan buah stroberi dengan santai.

Tidak peduli suaminya sedang pusing tujuh keliling memikirkannya. "Yang?"

"Hm?"

"Tadi bener kata Dokter?" Reza menarik kursi kosong di samping ranjang dorong Alyne lalu mendudukinya.

"Yang mana? Yang aku hamil itu?"

"Bukan, yang dia kebelet itu." Alyne mendengus, "ya yang mana lagi coba?"

"Dua-duanya bener kok." Reza terkejut, syok.

"Astaga, Yang. Anak siapa?"

"Ya anak kamu dong, masa anak siluman, sih?" Awalnya Alyne pikir ia yang lemot, tetapi ternyata Reza jauh lebih lemot darinya kalau soal bereaksi terkait kabar yang didengar.

"Emang iya?"

"Kamu ngelawak mulu, emang dua minggu kemarin siapa yang giat banget nyundulin selangkangan aku? Buto ijo?" Alyne yang geram, mencubit pinggangnya.

"Aduh, Yang! Iya itu anak aku kok, bukan anaknya buto ijo." Reza melepaskan tangan Alyne dari pinggangnya, ia berdiri dan memeluk istrinya erat-erat, "aku bakal jadi Papa."

"Jadi Ayah," ralatnya.

"Iya, bakal jadi Ayah." Ia terkekeh.

"Aku mau anak aku cewek, kalo Kakak?" Reza menciumi wajahnya.

"Aku mah apa aja gendernya aku terima asal sehat, kecuali transgender sih."

"Hus!" Alyne tersenyum lucu membayangkan bayinya jika terlahir perempuan, "orang tua aku pengen cucu cewek, orang tua kamu?"

"Nggak tau," jawabnya cuek, Reza memang akan selalu cuek kalau membahas kedua orang tuanya sendiri.

Alyne mendongak menatap suaminya. "Aku nggak tau apa masalah kamu sama papa, mama. Aku juga nggak pengen maksa kamu buat cerita masalah kamu ke aku, kalau emang kamu belum siap buat itu. Tapi nggak ada salahnya buat sekedar jengukin mereka, atau nanyain kabar mereka tiap bulan. Coba dari sekarang kamu berusaha buat perbaikin hubungan kamu sama mereka, masa sampe anak kita brojol kamu masih marahan sama mereka, sih? Nanti anak kita pasti bakal nanya kenapa Bapak sama opah, omahnya kayak orang asing."

"Katanya Ayah."

"Ih, nggak usah ngalihin topik deh!" Reza berdeham, ia peluk lagi istrinya.

"Iya istriku, cintaku, sayangku, aku usahain." Ia menunduk, melumat bibir Alyne.

Bersamaan dengan itu, pintu ruang rawat terbuka. "Eh, bad timming! Lanjutin aja, lanjutin!" Tetapi pelakunya malah tetap masuk dan duduk dengan lancang di atas sofa.

Rama & Reza [BL Lokal] S2. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang