‌[15] Duka.

725 45 4
                                    

‌[15] Duka.

Baru dua hari Alyne keluar dari rumah sakit, sekarang masuk lagi gara-gara kecelakaan tunggal. Kondisinya parah banget, kaki kirinya kejepit dashboard mobil, kata Dokter yang nanganin Alyne, kemungkinan besar kaki kirinya harus diamputasi. Soal anak mereka, untungnya nggak terlalu mengkhawatirkan. Soal amputasi ini, mau nggak mau Reza harus setuju, dia segera ngehubungin keluarganya satu-satu yang belum tau soal kabar mendesak ini, pastinya respon mereka sesuai dengan yang Reza duga, kaget, syok, nangis histeris, lebih lagi mamanya Alyne.

"Tuhanku, jika memang ini sudah jalannya, tolong kuatkan saya, tolong tabahkan keluarga saya, tolong tabahkan hati istri saya. Saya sangat mencintainya, lebih dari hidup saya, jika memang harus ada yang pergi, ambil nyawa saya sekarang juga, saya siap. Apapun akan saya lakukan dengan ikhlas demi istri dan anak-anak saya, walaupun saya tidak dapat melihat semua rencana-Mu Tuhan, tetapi hati saya tetap percaya pada apapun kehendak-Mu."

Reza duduk, kedua tangannya saling mengepal buat memanjatkan doa-doa keselamatan untuk Alyne yang lagi berjuang di dalam ruang operasi, dia bahkan nggak sadar akan kehadiran sanak saudaranya karena saking kusyu berdoa, dia pun nggak sadar udah nangis sesenggukan sampe bahunya gemetar. Rome yang liat anaknya dalam keadaan kacau kayak gitu ngerasa ikut sedih, dia nggak pernah ngeliat Reza se-putus asa itu dalam hidupnya.

Setelah tiga jam mereka nunggu di depan ruang operasi, akhirnya dokter dan beberapa perawat yang ikut ngebantu jalannya operasi Alyne keluar dari ruangan, Reza yang tadinya nggak peduli sekitar dan fokus berdoa sontak berdiri, nggak pake basa-basi lagi dia langsung nanyain kondisi Alyne.

"Gimana keadaan istri saya sekarang, Dok?" Dokter itu senyum.

"Puji Tuhan, doa Bapak dikabulkan, operasi berjalan lancar. Kaki nyonya Alyne berhasil kami amputasi, setelah ini nyonya Alyne akan kami pindahkan ke ruang rawat inap. Untuk sekarang belum bisa dijenguk, kemungkinan besok pagi," katanya.

Mereka diminta buat langsung pulang, karena nggak mungkin juga buat Reza nginep di rumah sakit, Alyne juga butuh tidur dan takutnya jadi kebangun gara-gara ada Reza, akhirnya mereka pulang. Di jalan Reza terus berpikir gimana caranya dia buat ngasi tau ke Alyne tentang kakinya, apa dia bisa buat yakinin Alyne kalau semuanya bakal baik-baik aja di saat Reza sendiri ngerasa bersalah sama dia? Dan yang paling penting, apa Alyne sanggup dan ikhlas nerima keadaannya yang sekarang, terlebih dia lagi hamil muda, Reza takut itu berpengaruh buat anak mereka.

Rome ngelirik anaknya dari kaca dashboard, gitu juga Anell, mereka khawatir ngeliat Reza yang sekarang keliatan kayak lagi mukul beban besar, pasti sulit banget buat anak mereka itu nerima kenyataan, meskipun itu bukan kesalahannya, Reza nggak pernah absen buat nyalahin dirinya sendiri, andai begini, andai begitu, tapi kalau udah kejadian mau gimana? Dia nggak bisa minta Tuhan buat muter ulang waktu supaya ini nggak seharusnya terjadi, nggak bisa, semua terjadi karena udah kodratnya. Bahkan daun pun tanpa adanya angin bakal tetep jatuh kalau udah kodratnya, semua udah diatur.

Manusia cuman bisa berencana, soal terkabul enggaknya, kembali lagi itu jadi keputusan Tuhan.

"Aku mau bawa Alyne ke luar negeri." Suasana mobil yang tadinya hening, dan cuman diisi sama suara hentakan air hujan di atas atap mobil, seketika pecah waktu Reza ngutarain pikirannya.

"Ke mana?"

"Ke tempat impiannya Alyne selama ini, aku bakal mulai hidup baru di sana, cuman ada aku, Alyne, dan anak-anak." Rome ngehela napas.

Dia ngerti.

"Kamu yakin?"

"Yakin."

"Besok omongin ini ke orang tuanya Alyne, gimanapun juga mereka berhak tau." Reza ngangguk, sebenernya ini rencana yang bakal dia wujudkan waktu anak keduanya lahir nanti, tapi ngeliat situasi yang dia hadapin sekarang, bukan nggak mungkin gangguan yang membahayakan keselamatan Alyne bakal terjadi lagi, jadi lebih baik sekarang dia antisipasi.

Rama & Reza [BL Lokal] S2. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang