[7] ILY

1.6K 136 74
                                    

Tanpa mematuhi permintaan istri kecilnya, pagi ini tepatnya pukul 6 Karina sudah berada di depan rumah Mommy mertua. Ia tidak ingin diam saja dan membiarkan istrinya terus menghindarinya. Sesekali Karina ingin egois dan tidak ingin mengalah, tidak apa kan kalau ia ingin semuanya cepat berakhir.

Masalah yang cepat selesai atau hubungan yang berakhir cepat alias cerai?

Ketukan pintu depan membuat seorang pelayan dengan sigap langsung bergegas membukakan pintu.

"Selamat pagi Nona Yoo" sapanya ketika melihat Karina yang sudah tersenyum ramah.

"Pagi bi, mommy dan daddy sudah bangun?"

"Tuan dan nyonya Kim belum bangun tapi nona muda sejak tadi sudah bangun dan berada dikamarnya" jawabnya.

"Kalau begitu Jimin ke kamar nona muda saja ya bi, kalau bibi ingin membuat sarapan pagi untuk orang rumah, sekalian siapkan untuk Jimin juga ya bi" Karina menyengir pada bibi pelayan dan membuat wanita paruh baya itu terkekeh.

"Baik non"

Setelah itu Karina bergegas menuju kamar Winter yang berada dilantai atas. Setibanya didepan kamar sang istri, Karina terdiam sejenak dan perasaan ragu tiba-tiba hinggap dibenaknya. Apakah ia harus melangkahkan kakinya masuk ke dalam atau berbalik badan dan pergi dari rumah ini.

"Bodoh! Kenapa nggak dengerin omongan Giselle sama Yeji" rutuk Karina pada dirinya sendiri. Namun saat dirinya ingin berbalik, tiba-tiba saja pintu kamar dihadapannya terbuka dan Winter berdiri hanya menggunakan bathrobe dan handuk diatas kepala dengan Ara yang berada didalam gendongannya.

"Ka-kak ngapain disini?" Tanya Winter terkejut dengan kehadiran Karina didepan kamarnya.

Mata Karina melirik kesana kemari guna memikirkan alasan yang tepat kenapa ia ada dirumah mertuanya pagi-pagi buta.

"A-aku kangen sama a-anak aku" jawab Karina terbata lalu dengan perasaan gugup ia mencoba mengambil alih Ara ke dalam gendongannya. "Sekarang aku gak bisa jauh-jauh dari Ara" lanjutnya dan menciumi Ara dengan gemas membuat sang anak terkekeh geli akibat ciumannya.

Winter mengerti karena selama ini yang selalu menghabiskan banyak waktu untuk merawat Ara ya si kakak Istri, sedangkan ia masih di sibukan dengan sekolahnya.

Winter sedikit menggeser posisi berdirinya guna mempersilahkan Karina untuk masuk ke dalam kamarnya yang sekarang juga menjadi kamar Karina.

"Pagi banget kesininya" ucap Winter hanya berbasa-basi karena ia tidak tahu harus berbicara apa padanya.

Karina mendekati kasur Winter yang masih berantakan dan berbaring disana dengan Ara yang ia baringkan diatas badannya.

"Aku ngga tahu harus ngapain di apartement sendirian, sedangkan anak sama istri aku nggak ada disana" ucap Karina dan melirik ke arah Winter yang sedang berdiri didepan lemari sambil membelakanginya, perempuan itu hanya menggunakan pakaian dalam saja karena bathrobenya sudah ia lepaskan.

Karina meneguk ludahnya kasar ketika melihat pemandangan didepan matanya. Walaupun ia sudah terbiasa melihat sang istri berpenampilan seperti itu tapi tetap saja hal itu selalu membuatnya gugup dan ada perasaan aneh yang menggelitikinya.

"Mesum banget lihatinnya" sindir Winter ketika berbalik badan setelah memakai pakaian santainya dan sadar kalau kakak istri sedari tadi menatap kearahnya penuh dengan pandangan mata yang naik-turun memandanginya.

Karina yang disindir seperti orang mesum langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mendengus pelan.

"Mesum sama istri sendiri apa salahnya, emangnya mau aku mesum sama cewek lain" gumam Karina menggerutu berharap Winter tidak mendengarnya, namun dugaannya salah ketika sebuah tangan tiba-tiba menarik telinganya, menjewer.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang