Semua anak genk Bobrokable Squad sedang membereskan rumah Yayan. Semua anak, kecuali Yayan. Ia sedang melanjutkan memasak. Mau berbuka apa nanti jika salah satu dari mereka tak ada yang memasak? Kalaupun beli, bisa sih. Tapi sayangnya mereka semua ingin berbuka dengan masakan anak Bobrokable Squad. Ya sudahlah, terserah mereka.
Bayu yang sedang membereskan barang yang berada di dekat jendela, ia melihat ke arah luar. Rupanya ada bapak-bapak yang jualan sempol. Bayu pun keluar dari rumah tanpa sepengetahuan teman-temannya.
"Pak, sempolnya dua belas bungkus sepuluh ribu an ya. Pedes semua."
"Siap, mas..."
Bapak penjual sempol tersebut dengan cepat menyiapkan pesanan dari Bayu. Sedangkan Bayu sedang merogoh saku di celananya. Rupanya ia tidak membawa uang ataupun dompet. Dasar Bayu. Tidak dipikir dulu kalau mau beli sempol.
"Pak, sebentar ya. Saya ambilkan uangnya dulu." Tanpa mendengar jawaban dari bapak penjual sempol tersebut, Bayu langsung berlari memasuki rumah Yayan. Karena rumah Yayan lumayan luas, hal itu membuat Bayu ngos-ngosan.
"Gaes... Hosh... Hosh..."
Semua teman-temannya pun menoleh ke arah Bayu.
"Lu nape ngos-ngosan kayak gitu?" Tanya Syafi.
"Gua pesen sempol, tapi pas gua ngerogoh saku celana, ternyata gak ada duit."
"Lah, piye ceritane kok iso ngono kuwi? Nape lu gak ngecek saku lu sebelum lu pesen, dodol???" Yayan sudah teramat gemas dengan kelakuan random Bayu.
"Lali hehe."
"Lu pesen berapaan, Bay?" Tanya Nizar.
"Dua belas bungkus, sepuluh ribuan."
"BUSETTT!!!" Kata Teo, Kamal, Surya, Syafi, Hasan dan Juno. Sedangkan yang lain hanya melongo.
"Lu kalau pesen gak kira-kira. Mana habis itu entar?" Tanya Jaya.
"Biar dimakan sama si Bayu aja sampek perutnya meledak." Kata Jaka.
"Lho kok gua?"
"Kan elu yang bikin perkara."
"Ya kalian bawa pulang kan bisa tu sisa sempolnya nanti."
"Dahlah itu dipikir belakangan. Sekarang kita bayar dulu itu sempolnya." Kata Satya.
Semua merogoh saku celana mereka, kecuali Bayu dan Yayan. Bayu sudah jelas tidak membawa uang. Kalau Yayan, ia tidak memasukkan uang ke dalam saku celananya. Uangnya ada di dompet dan dompet tersebut berada di kamarnya. Ia memutuskan untuk menunggu uang yang terkumpul terlebih dahulu. Ternyata hanya beberapa orang yang membawa uang, itupun jika dikumpulkan, jumlah uang tersebut adalah Rp. 60.000,00. Masih kurang separuh lagi. Total harga sempolnya ialah Rp. 120.000,00.
"Yah, masih kurang gaes." Kata Surya.
"Au ah. Gua gak mau tahu, Bay. Njajal pikiren dewe piye carane mbayar sempol. Intinya ini masalah harus selesai hari ini. Titik!" Yayan pun pergi ke kamarnya meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.
Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk berkata demikian. Namun Yayan ingin Bayu memiliki keinginan untuk bertanggung jawab atas kelakuan randomnya. Kalaupun nanti Bayu tidak bisa menyelesaikan masalah, tetap Yayan bantu untuk menyelesaikannya. Ia tidak setega itu terhadap teman-temannya. Mulutnya saja yang kasar, hatinya tidak.
Sesampainya di kamar, ia mengambil dompet lalu mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan selembar uang berwarna biru. Kemudian ia menyembunyikan uang tersebut ke dalam sakunya, membawa ponselnya dan keluar dari kamar nya seolah-olah ia ke kamar hanya untuk mengambil ponselnya.
Teman-temannya semua duduk melingkar di karpet ruang tamu. Bingung dengan uang. Padahal ada kursi yang cukup untuk mereka semua duduki. Yah, memang kebiasaan mereka sih duduk di bawah.
"Gimana gaes?" Tanya Yayan.
"Gua pulang dulu deh buat ngambil uangnya." Kata Bayu.
"Terus bapaknya kalau kelamaan nunggu lu gimana?"
"Gua bilangin dulu ke bapaknya. Lagian gua gak bakal lama kok ngambilnya, Yan. Dah ya gaes gua pulang dulu."
Ketika Bayu hendak berdiri, Yayan pun dengan cepat menahan tubuh Bayu agar tidak berdiri. "Lu disini aja."
Yayan berjalan keluar. Ketika hampir sampai pintu, Bayu pun bertanya, "Lu mau kemana?"
"Nyari kucing bertelur." Jawab Yayan dengan asal tanpa berhenti berjalan.
Yayan berjalan menuju ke Bapak penjual sempol. Setelah selesai membayar sempol, ia segera kembali masuk ke rumah dengan membawa sempol di kedua tangannya. Ia meletakkan sempol tersebut di atas meja ruang tamu.
"Lho jadinya lu yang bayarin semua sempolnya?" Tanya Satya.
"Hooh. Gua gak mau makin panjang urusannya."
"Makasih banyak, Yan. Besok kami ganti deh uang lu." Kata Bayu.
"Sama-sama. Gak perlu diganti uanya. Kalian simpen aja tuh uang kalian."
"Makasih, Yan..." Kata teman-teman Yayan.
Yayan hanya mengangguk.
"Maafin gua, gaes. Terutama Yayan. Maafin gua, Yan."
"Udah berlalu. Gak usah dibahas." Kata Satya. Yang lain mengangguk setuju.
"Dah gua maafin sebelum lu minta maaf. Jadi, gak usah lu pikirin lagi. Ayo lanjut masak, gaes. Keburu maghrib."
Akhirnya mereka lanjut memasak dan tak lama kemudian makanan dan minuman pun sudah siap di karpet. Tak lama kemudian adzan Maghrib pun terdengar. Mereka pun berdoa sebelum berbuka puasa.
Setelah berdoa, Yayan pun mengangkat gelas untuk mengajak bersulang, "Ayo gaes, Cheers..."
🌛
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/330398808-288-k514517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan Tiba ✔
Fiksi Penggemar[Txt, Enhypen] Keseharian 12 bocah komplek dengan berbagai macam kelakuan bobrok mereka di bulan Ramadhan. Start : 26-03-2023 Finish : 25-04-2023