3. Alucard X Miya

81 6 6
                                    

Happy Reading💕

Quote of The Day: "Dua tiga agar-agar, segar.... " - Claude

Now Showing: Cats in Chip Wrap

Sore ini, hujan kembali turun. Lebih deras dari biasanya, dengan suara riakan air yang lebih nyaring dari kemarin. Sore yang sama ketika hari itu.

Air keruh menggenang di jalanan rusak, membuat setiap orang yang lewat di sana mengumpat kesal ketika mobil lewat dengan kecepatan tinggi.

Tetapi, kisah ini tidak akan menceritakan manusia beserta sekelumit masalah dan ego mereka. Sederhana saja, sebab cinta tak selalu berlabuh pada sepasang manusia. Cukup sederhana, kan?

Di belakang minimarket pinggiran kota, sama seperti kebanyakan suasana kumuh lainnya. Sampah menggunung dengan aroma busuk yang mampu menyiksa indera penciuman.

Dan selain kecoa-kecoa dan lalat yang berpesta di tempat sampah itu, terdapat makhluk lain yang menyewanya. Mereka bersembunyi di bungkus keripik kentang sebagai rumah.

Ya, hewan pemakan daging yang jinak jika diberi Whiskas. Alias kucing. Satunya berbulu putih nan lebat. Dan satunya lagi berbulu cokelat muda dengan warna mata biru.

Panggil saja mereka: Miya dan  ̶s̶i ̶fe̶e̶d̶e̶r Alucard.

"Lama sekali," ucap Miya lemah. Perutnya sudah berbunyi beberapa jam lalu. Kakinya juga terasa pegal.

Ia menatap suasana hujan dari tempat teduh yang terbuat dari plastik makanan ringan itu. Perlahan matanya tertutup, lantaran rasa lapar semakin mencubitnya.

Dia bisa saja meluruskan kakinya, tetapi sore ini sedang hujan. Tahu sendiri kan kucing takut air. Itu wajar. Sedangkan yang tak wajar itu, berharap menjadi istri oppa-oppa Korea.

Lagi pula, Miya tidak tinggal sendiri. Ada Alucard bersamanya, hanya saja dia sedang pergi mencari makanan. Ruko depan, kafe seberang jalan, entah di mana lagi.

Sebenarnya bungkus kemasan keripik kentang itu cukup besar untuk menampung mereka berdua. Dan ruangnya menjadi sedikit sempit karena harus dibagi dengan Alucard. Tapi tidak apa-apa, daripada basah kuyup di luar.

Kini, hujan mulai reda. Tidak seperti pagi saat keduanya terpaksa menahan lapar. Hanya meminum air hujan. Berdesakan di 'rumah'. Menunggu sambil tidur.

"Miya, bangunlah."

"Hm? Alucard? Sudah pulang?" Miya mengerjapkan matanya.

Tunggu dulu. Hidungnya mengendus aroma daging yang sangat lezat seperti di restoran seberang ruko. Di hadapannya sudah ada sepotong paha ayam goreng yang masih tersisa dagingnya. Apakah ini mimpi? Pikirnya.

Dengan kaki mungilnya, ia serahkan daging yang bagi Miya adalah harta karun. Miya masih belum sepenuhnya percaya.

"Loh, tidak ikut makan?" tanyanya lalu mulai menjilati permukaan daging ayam itu.

Alucard merebahkan tubuhnya di samping Miya.

"Sudah tadi." jawabnya.

"Apakah pemilik restoran seberang jalan itu sedang berbaik hati?" tanya Miya sembari tersenyum kecil. Baru kali ini ia banyak bicara.

"Ya, untunglah."

Bohong. Alucard telah berbohong. Dia sebenarnya mencuri dari dapur. Tanpa mengelabui si koki dengan tatapan menggemaskan yang mampu meluluhkan hati banyak orang.

Miya memandang makanan yang baru dihabiskannya setengah, membersihkan bibirnya yang ternodakan bumbu.

"Bantu aku menghabiskannya." pintanya.

𝐏𝐥𝐚𝐲𝐞𝐫 𝐇𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang