"Saling sayang, kok, dibikin ribet, padahal tinggal sat set sat set."
~fiersa besari
Sebuah kutipan kecil dari penulis terkenal fiersa besari, kini sedang booming di bicarakan di kanal twitter, instagram, facebook dan media sosial lainnya. Bahkan efeknya langsung di praktekan oleh para pemuda yang sedang dalam keadaan pendekatan, termasuk Andra yang hampir setiap malam, menyisipi obrolannya dengan kalimat-kalimat seperti itu."Sat-set-sat-set!" tulisnya.
"Sat-set-sat-set apa?" tanya Aufa pura-pura tidak tahu.
"Iya, sat-set-sat-set. Kalimat yang lagi viral itu. Mau gak?" balasnya.
Sejenak percakapan itu terhenti cukup lama, Aufa terdiam mencoba mengumpulkan kalimat terbaik untuk menjawabnya.
"Jujur, sebenenya mau, tapi aku masih butuh waktu buat healing, Ndra. Aku masih trauma." jawabnya cukup berat.
Aufa memang masih dibayang-bayangi kekecewan, tidak secepat itu hatinya bisa sembuh dari luka, lalu dengan sat set sat set membuka hati kembali untuk orang lain. Andra penyebabnya, tapi bukan Andra yang satu ini, melainkan Andra lain yang lebih mengecewakan.
FYI, percaya atau tidak Andra yang diceritakan oleh Aufa ternyata satu tongkrongan dengan Alexandra. Ia juga baru menyadari jika dialah Andra yang pernah mengecewakan wanita secantik Aufa, dialah Andra yang selama ini membuat wanita itu sulit membuka hati untuknya.
Kadang-kadang Alexandra merasa canggung saat kebetulan berpapasan, keduanya saling terpaku tanpa suara. Alexandra tentu merasa tidak enak jika kini Aufa sedang dekat dengannya, begitu pun dengan Andra lain yang juga merasa tidak enak jika dirinya seakan menghalangi hubungan Aufa dengan Andra yang baru. Haruskah mereka keluar dari tongkrongan, haruskah lingkup pertemanan hancur begitu saja oleh masa lalu yang sama sekali tidak ada hububgannya.
Alhasil, keduanya tidak memilih resiko tersebut, sebab pertemanan lebih utama dari segalanya, keduanya memilih menetap dalam zona seperti ini, meski pun terlihat kurang bersahabat, hal itu lebih baik dari pada melakukan aksi terburuk. jika salah satu dari mereka memilih memisahkan diri, mungkin akan menambah masalah baru pada akhirnya, mereka memilih menunggu waktu yang mengembalikan. Tidak bisa sat-set-sat-set, semua butuh waktu untuk bisa hangat kembali.
Persis seperti apa yang dirasakan Aufa, Ia butuh waktu untuk bisa mengembalikan keadaan, Andra hanya perlu menunggu waktu itu tiba. Aufa membayangkan raut kekecewaan jika saat penolakan itu terjadi di hadapannya langsung, Ia pasti tidak tega melakukannya. Aufa jadi merasa bersalah jika saja melukai perasaan Andra, padahal dialah orang yang menuntunnya kembali ceria, apakah ini balasan terbaik untuknya.
Aufa pun segera meralat perkataannya dengan menawarkan alternatif lain kepada andra.
"Tapi ..."
"Gimana, kalau kita bangun komitmen, aja?" tawarnya.
"Yaudah, sih. Gapapa. Sama aja 'kan kaya pacran." balas Andra Pasrah.
Saat membaca kalinat itu, Aufa merasa sangat bersalah, jika waktu bisa diputar, mungkin Ia akan meralat perkataannya dan menjawabnya dengan kata 'Iya' tapi, semua sudah terlanjur dilakukan. Ia yakin Andra tidak akan kecewa dengan pilihannya. Sementara Aufa merasa bersalah dan menyangka Andra akan sedikit kecewa, ternyata Andra malah kegirangan mendengar alternatif yang ditawarkan Aufa.
Andra tidak menyangka jika Aufa sebenarnya menolaknya, Ia hanya berpikir jika sebenarnya Aufa ingin menerimanya, hanya saja Ia tidak siap. Apalagi Aufa menawarkan jalan lain selain menautkan hubungan, seolah sama saja dengan tetap menjalani hubungan. Hanya saja, tidak ada status yang tepat, memang zaman sekarang cinta itu seakan sia-sia jika tanpa status, cinta seakan tidak dianggap jika tidak ada status yang jelas, seolah cinta hanya pertepuk tangan.
Padahal, pada intinya sama saja, keduanya sama-sama berjalan menjalani sebuah hubungan. Sebab cinta yang sebenarnya bukanlah soal status, sebab status masih bisa direkayasa. Juga bukan tentang kata dan kalimat-kalimat romantis, sebab mulut bisa berbohong. Keduanya tidak pernah bisa menjamin cinta, sebab cinta sesungguhnya butuh pembuktian.
Apa yang dilakukan Aufa selama ini, tetap memilih bertahan bersamanya, bisa menerima Andra apa adanya sudah merupakan pembuktian sesungguhnya. Andra yakin akan ada hari yang tepat untuk Aufa bisa mengatakan 'Iya' hingga pada akhirnya mereka bisa bersama.
Akankah Aufa dan Andra terus terpenjara dalam Friend Zone seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDRAUFA
Non-FictionAku pernah punya keyakinan jika mencintaimu adalah ketidakmungkinan, terlebih memilikimu. Namun, keyakinan itu pada akhirnya roboh setelah sadar kau telah begitu dekat. Aku kembali memastikan apakah aku sedang bermimpi? Tapi kau mencubitku setiap ma...