Pena

0 0 0
                                    

Hari itu, lelaki tua itu duduk di tepi pantai, menyaksikan ombak besar yang datang bergulung-gulung dari kejauhan. Sebatang pena yang selalu menjadi temannya selama bertahun-tahun berada di genggamannya, dipegang erat-erat seperti tidak ingin melepaskannya.

Mata lelaki tua itu menatap jauh ke laut, mengingat kembali kenangan masa lalu ketika dia masih muda dan penuh semangat. Waktu itu, dia adalah seorang penulis yang terkenal di daerahnya. Namun, seiring berjalannya waktu, popularitinya semakin menurun dan karya-karyanya semakin jarang dibaca orang.

Lelaki tua itu terus menatap ombak, mengingat kembali karya-karya yang pernah dia tulis. Karya-karya yang memenangkan banyak penghargaan dan dipuji oleh banyak orang. Namun, sekarang, sebatang pena yang ada di tangannya seperti tidak memiliki daya magis yang pernah dimilikinya.

"Lelaki tua, kenapa engkau tidak menulis lagi?" tanya seorang budak lelaki kumuh yang sedang bermain di sekitar pantai.

Lelaki tua itu menatap budak lelaki kumuh itu, dan tersenyum. "Aku pernah menulis banyak cerita dan puisi, tetapi kini semua itu hanya menjadi kenangan", jawabnya.
Budak lelaki kumuh itu mendekati lelaki tua itu dan duduk di sampingnya. "Buat aku cerita, lelaki tua. Cerita yang baru,"
ucapnya dengan semangat.
Lelaki tua itu tersenyum, dan segera menulis sebuah cerita dengan sebatang pena yang ada di tangannya. Ia menulis dengan penuh semangat, seperti sedang menulis karya terbaiknya.


Budak lelaki kumuh itu mendengarkan cerita yang ditulis oleh lelaki tua itu dengan penuh kagum. Ia merasa seperti sedang berada di dalam cerita tersebut, dan merasakan setiap perincian yang dijelaskan oleh lelaki tua itu.


Ketika cerita selesai, budak lelaki kumuh itu tersenyum dan berterima kasih kepada lelaki tua itu.

Lelaki tua itu merasa senang karena ia bisa membuat budak lelaki kumuh itu bahagia dengan ceritanya. Sebatang pena yang selalu setia menemani dirinya selama bertahun-tahun akhirnya kembali berdaya magis karena cerita yang baru sahaja ia tulis.

Lelaki tua itu kembali menatap ke arah ombak, merasakan kebahagiaan yang telah lama hilang kembali hadir dalam hidupnya. Ia sedar bahawa tulisan-tulisannya mungkin tidak lagi dibaca orang seperti dulu, tetapi ia tetap merasa bahagia karena ia masih memiliki sebatang pena yang selalu setia menemani dirinya, dan kini, kembali memiliki kekuatan magis untuk menulis karya-karya baru.

Kumpulan Cerita Pendek PRASASTI DIRIWhere stories live. Discover now