Di antara yang hilang, yang sirna dan lenyap,
Hanya hatiku yang masih setia menunggu dan merindu,
Takkan pernah pudar, meski terusik oleh derita yang memilukan.Bau masam yang tajam menusuk hidungku, menyirami ruangan yang gelap. Udara dingin terus menggigilkan tubuhku dan rasa kesepian menyelimuti hatiku. Aku memandang sekeliling, hanya melihat kehampaan dan kebisuan yang menghantui.
Mataku terus memandang ke sudut ruangan, mencari-cari sumber bau masam itu. Namun, tak ada yang terlihat selain bayangan dan kesepian yang kian merajalela. Aku merenung, memikirkan dirimu yang telah lama meninggalkan kehidupanku.
Ingatan terpatri indah dalam benakku ketika kita pertama kali bertemu. Waktu itu, aku masih muda dan penuh semangat. Kamu datang dengan senyum yang cerah, membuatku terpesona. Kita mulai berbicara, seolah kita sudah saling mengenal selama bertahun-tahun.
Namun, kebahagiaan kita hanya berlangsung singkat. Kamu pergi dengan tiba-tiba, meninggalkan luka yang tak kunjung sembuh di hatiku. Aku mencari-cari alasan mengapa kamu harus pergi, namun tak kunjung menemukannya.
Aku merenungkan kenangan kita yang terukir indah dalam hatiku. Semua kenangan yang telah kita lewati bersama, kini hanya tinggal bayangan di benakku. Semua sudah sirna, seperti asap yang hilang ditelan angin.
Aku merasa hampa dan kesepian. Kamu adalah segalanya bagiku. Namun, kini kamu sudah tiada. Aku merindukanmu, namun takkan pernah bisa memilikimu lagi. Semua yang pernah ada antara kita sudah sirna. Hanya tinggal aku dan kenangan yang kian pudar seiring berjalannya waktu.
Sambil merenung, aku melihat ke langit yang semakin gelap. Seperti langit yang gelap, hatiku pun semakin suram. Aku tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup tanpamu. Hidupku seakan kehilangan arah dan tujuan.
Namun, aku sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Aku harus menerima kenyataan bahwa kamu sudah pergi dan takkan pernah kembali lagi. Aku harus belajar untuk melupakanmu dan melangkah maju.
Saat itulah aku menyadari bahwa kamu adalah bagian dari hidupku yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Meski sudah lama kamu pergi, namamu tetap terpatri dalam hatiku.
Kini aku memandang kembali masa lalu, merenungkan kenangan manis yang telah kita lewati bersama. Aku menyadari bahwa ada banyak hal yang dapat aku pelajari dari kepergianmu. Aku belajar bahwa hidup adalah tentang melepaskan dan merelakan, bahwa terkadang kita harus kehilangan sesuatu yang kita sayangi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Ah, kehampaan ini. Rasanya semakin dalam setiap harinya. Aku terus berusaha mengisi kekosongan ini dengan kegiatan-kegiatan baru, namun kenanganmu tetap menghantui.
Aku memejamkan mata, mencuba mengingat kenangan kita. Ah, betapa indahnya masa-masa itu. Saat kita bertemu, aku merasa seperti menemukan bagian dari diriku yang hilang. Senyummu yang cerah membuat hatiku meleleh.
Namun, seperti halnya kebahagiaan, kepergianmu datang tanpa diundang. Aku tak tahu bagaimana harus menghadapinya. Hatiku hancur berkeping-keping, seperti kaca yang pecah.
"Kamu tak bisa terus begini," gumamku pada diriku sendiri. "Kamu harus bangkit dan melanjutkan hidupmu."
Namun, mudah dikatakan daripada dilakukan. Setiap kali aku mencoba untuk melupakanmu, bayanganmu datang menghantui. Aku merindukanmu, namun takkan pernah bisa memilikimu lagi. Semua yang pernah ada antara kita sudah sirna.
"Aku tak bisa terus begini," ucapku lagi, kali ini dengan lebih keras. "Aku harus mencari cara untuk melepaskanmu dan melangkah maju."
Tapi, bagaimana caranya? Aku merenungkan pertanyaan itu dengan penuh kebingungan. Aku tahu aku harus bergerak maju, namun hatiku terasa terbelenggu oleh kenanganmu.
Seperti ungkapan Chairil Anwar: "Kami hanya menunggu petir di siang hari, dan hujan di malam hari. Dan masih menunggu."
Kutipan itu membuatku tersadar. Aku tak bisa hanya menunggu, aku harus mencari jalan keluar dari kehampaan ini.
"Aku harus mencari kembali semangatku," gumamku pada diriku sendiri. "Sesuatu yang bisa mengisi kekosongan ini dan membuatku merasa hidup kembali."
Lalu, aku teringat pada Shahnon Ahmad dan karyanya yang penuh makna. Dia menulis tentang kehidupan di kampung, tentang nilai-nilai keagamaan dan adat yang diwariskan dari nenek moyang.
"Ada benarnya," gumamku pada diriku sendiri. "Aku harus mencari makna dalam hidupku, seperti yang dilakukan Shahnon Ahmad dalam karyanya."
Aku mengambil sebuah kertas dan pensil, dan mulai menulis. Kata-kata yang terucap dari pena itu seolah membebaskan hatiku dari belenggu kesepian. Aku menulis tentang kenangan kita, tentang kehilanganmu, dan tentang usahaku untuk bangkit kembali.
Dan dari situlah, aku menemukan semangat dan ghairahku. Aku menemukan rasa hidup dalam menulis, dan itu membuatku merasa lebih hidup dari sebelumnya.
Saat itu, angin semakin kencang dan meniup daun-daun pepohonan dengan derasnya. Aku merasakan dinginnya udara malam yang menusuk tulang dari jendela yang terbuka, namun tidak ada yang bisa menghalangi langkahku untuk tetap melangkah maju.
Orang-orang yang melewati jalanku, mungkin mereka hanya melihat seorang lelaki yang sedang berjalan sendirian. Namun, bagi diriku, ini adalah perjuangan hidupku. Aku harus mampu mengatasi rasa sakit yang selalu menghantui dan mengisi hidupku dengan sesuatu yang bernilai.
Namun, di balik keberanian yang kuat, aku masih merasakan ketakutan dan kesedihan yang terpendam dalam hatiku. Aku merenung dalam-dalam, memikirkan masa depan yang harus aku jalani tanpa dirimu. Hidupku terasa kosong tanpa kehadiranmu, namun aku harus mampu bangkit dan menjalani hidup ini dengan penuh semangat.
Dalam keheningan malam, aku terdengar suara bisikan yang datang dari dalam hatiku. "Kamu harus kuat, jangan biarkan dirimu terpuruk dalam kesedihan. Hidup harus terus berjalan dan kamu harus mampu bangkit dari keterpurukan ini. Kamu bisa melakukannya."
Aku tersadar bahwa suara itu adalah suara keberanian yang selalu mengiringi setiap langkahku. Suara itu memberiku kekuatan untuk melangkah maju dan meraih mimpi-mimpi yang selalu aku idamkan.
Aku memilih untuk mengikuti suara itu, mengikuti jalan yang sudah tertulis di depanku. Aku percaya bahwa suatu hari nanti, aku akan menemukan arti sebenarnya dari hidupku dan mendapatkan kebahagiaan yang selalu aku cari.
Dalam keheningan malam yang sunyi, aku merenung dalam-dalam, membiarkan angin dingin menyapu rambutku. Aku mengingat kenangan indah kita, namun juga menyadari bahwa hidupku harus terus berjalan.
Kesedihan dan kepedihan, kini sudah kuat kusikapi. Hidup yang terus berjalan, kini menjadi pilihan yang harus kuambil. Aku harus memilih untuk melanjutkan hidupku, tanpa harus melupakanmu. Kita telah mengalami banyak hal bersama, namun kini saatnya aku belajar untuk menerima bahwa kita tidak lagi bersama.
Aku sudah siap untuk melangkah maju dan menjalani hidupku dengan penuh semangat. Meski kenangan tentangmu masih mengisi benakku, aku tahu bahwa aku bisa terus bergerak maju dan menciptakan kenangan baru yang tak kalah indahnya.
Dan siapa tahu, suatu saat nanti kita akan bertemu lagi di tempat yang sama. Kita akan kembali berbual seperti dulu, tertawa bersama, dan merajut kembali kenangan indah yang telah terputus sejak lama. Aku yakin jika saat itu tiba, kita akan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga, seperti saat kita pertama kali bertemu.
YOU ARE READING
Kumpulan Cerita Pendek PRASASTI DIRI
Kısa HikayeHimpunan cerita-cerita pendek eksperimentasi.