Resah

6 0 0
                                    

"Ada saat-saat ketika aku merasa tak mampu diam. Seperti ada api yang terus membara di dalam diriku. Aku ingin melompat, berlari, melakukan sesuatu, apa saja yang bisa membuatku merasa hidup dan terbebaskan. Tapi di saat yang sama, aku merasa seperti terjebak dalam rutin, tak mampu keluar dan mengejar impian-impianku. Kadangkala aku keliru akan apa impianku yang sebenar. Tetapi aku tahu ini bukan hidup yang aku inginkan, aku ingin lebih dari ini, tapi apa yang mampu kulakukan?"

"Kadang-kadang aku merasa seperti aku dihadapkan pada tembok yang tak mampu kugoyangkan. Semua usahaku, semua mimpi dan harapanku, seperti terpenjara di dalam diriku sendiri. Aku merasa lelah dan kehilangan semangat. Apa artinya hidup ini jika aku terus seperti ini? Aku perlu sesuatu yang berarti, sesuatu yang membuatku merasa hidup kembali."

"Mungkin aku hanya perlu berani mengambil langkah pertama, berani keluar dari zon selamat dan mengejar impianku dengan sungguh-sungguh. Tapi bagaimana caranya? Aku takut gagal, takut salah langkah, takut merusak hidupku yang sudah aman dan nyaman. Tapi di saat yang sama, aku tak bisa terus begini. Aku harus berani mengambil risiko, berani mencuba hal-hal baru, dan berani menghadapi ketakutan dan kebimbanganku. Hanya dengan begitu aku mampu menemukan arti sebenarnya dari hidupku."

Saat itu malam hari, ia duduk sendirian di teras rumahnya. Cahaya bulan purnama yang terang benderang menyinari wajahnya yang pucat. Ia merasa lelah dan kehilangan semangat. Setiap hari terasa monoton dan membosankan baginya. Ia ingin melakukan sesuatu yang berbeda, namun tak tahu harus mulai dari mana.

"Sudah berapa lama aku merasa begini?" gumamnya dalam hati. "Mungkin sudah berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Aku merasa seperti hidupku tak berarti, seperti aku hanya menjalani rutin belaka. Ini bukan hidup yang aku inginkan."

Ia mengambil secarik kertas dan mulai menulis. Tulisan tangan yang jelas dan rapi tercetak di atas kertas itu. Ia menuliskan semua yang ada dalam benaknya, semua kebimbangannya, semua impian dan harapan yang selama ini terpendam.

Ia meletakkan kertas itu di atas meja dan menatap langit malam yang gelap. Ia merenung dalam-dalam, cuba mencari jawaban dari semua pertanyaan yang ada di dalam dirinya.

"Tapi bagaimana caranya?" gumamnya dalam hati. "Aku takut gagal, takut salah langkah, takut merusak hidupku yang sudah aman dan selamat". Berulang lagi persoalan ini. 

"Tapi di saat yang sama, aku tak boleh terus begini."

Ia memandang langit dan merenung sejenak. Kemudian, ia bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk keluar dari rumah. Ia pergi ke taman dekat rumahnya dan duduk di kerusi bawah pohon besar. Ia menutup matanya dan menghirup udara segar malam yang sejuk. Ia merasa damai dan tenang di tempat itu.

"Ternyata tak perlu jauh-jauh untuk menemukan ketenangan," gumamnya dalam hati. "Mungkin inilah yang selama ini aku cari-cari. Sesuatu yang boleh membuatku merasa hidup dan bebas."

Ia membuka matanya dan menatap langit malam yang indah. Ia merasa seperti ada sesuatu yang baru di dalam dirinya. Ia merasa siap untuk mengejar impian-impian dan mencuba hal-hal baru. Ia merasa seperti hidupnya kembali memiliki arti.

Ia berdiri dan melangkah pulang dengan hati yang penuh semangat. Saat ia membuka pintu rumahnya, ia melihat kertas yang tadi ia tulis masih tergeletak di atas meja. Ia tersenyum, mengambil kertas itu, dan membacanya lagi.

"Aku harus mencuba hal-hal baru," katanya pada dirinya sendiri. 

"Aku harus memulai dari sekarang." Diulang-ulang perkataan semangat itu.

Ia mengambil pena dan menulis di bawah semua tulisan yang sudah ia buat tadi:

"Saya akan mencuba hal-hal baru. Saya akan berani mengambil risiko dan menghadapi ketakutan dan kebimbangan saya. Saya akan menemukan arti sebenarnya dari hidup saya."

Ia menatap tulisan itu sejenak dan tersenyum puas. Ia merasa seolah-olah ada beban yang terangkat dari pundaknya. Sekarang, ia merasa siap untuk menghadapi hidup dengan segala tentangannya.

"Kehidupan memang tak selalu mudah," katanya dalam hati. 

"Namun, aku percaya aku mampu melalui semuanya, selama aku berani mencuba dan berani mengambil risiko. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dalam ketakutan dan kebimbangan. Aku akan hidup dengan penuh semangat dan keberanian."

Dalam langkahnya yang pasti, ia berjalan menuju masa depannya yang baru. Ia merasa siap menghadapi segala macam hal dan meraih impian-impian yang selama ini hanya terpendam di dalam hatinya. Hidupnya kembali bermakna, dan ia merasa bahagia karena akhirnya menemukan jalan keluar dari kegelisahannya.

Namun, meskipun ia merasa lega dan semangat, ia juga merenungkan bagaimana ia bisa sampai pada titik terendah dalam hidupnya. Ia menyadari bahawa satu dari banyak hal yang menyebabkan rasa gelisahnya adalah karena ia merasa jauh dari Allah.

Ia ingat betul bahawa ia jarang sekali beribadah, bahkan jarang membaca Al-Quran. Ia merasa bersalah karena sering mengeluh dan meratapi nasib, padahal seharusnya ia mengingat Allah dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan.

"Mungkin itulah yang membuatku merasa hampa dan kehilangan arah," katanya dalam hati. "Aku harus kembali mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti ajaran-Nya."

Ia merasa ada beban yang terangkat saat ia mengakui kesalahannya dan berniat untuk berubah. Ia berwudhu lantas mengambil Al-Quran dan membukanya. Ia membaca ayat-ayat dan terkejut dengan makna yang terkandung di dalamnya.

"Aku merasa seperti Al-Quran sedang mengajarkan aku hal-hal yang baru," katanya dalam hati. "Al-Quran memberiku ketenangan dan memberi jawaban pada semua pertanyaan yang selama ini menghantui pikiranku."

Ia merasa lega dan bersemangat dalam memperbaiki hubungannya dengan Allah. Ia menyedari bahwa ketika seseorang merasa resah dan gelisah, kadang-kadang itu adalah karena mereka jauh dari Allah. Dengan mendekatkan diri pada-Nya, ia yakin bahwa ia boleh mengatasi setiap rintangan yang ada di depannya.

Dalam hatinya, ia berdoa kepada Allah untuk memberinya kekuatan dan petunjuk dalam hidupnya. Ia yakin bahwa Allah akan membantunya dan membimbingnya menuju jalan yang benar.

"Ya Allah, aku berserah diri pada-Mu," katanya dalam hati. "Tunjukkanlah jalan yang benar dan berikan aku kekuatan untuk mengikutinya. Aku yakin, dengan Engkau di sisiku, aku mampu mengatasi setiap rintangan dan mencapai impian-impianku."

Dengan keyakinan dan keberanian yang baru, ia mahu melangkah maju dalam hidupnya, dan merasa lebih kuat dan lebih dekat dengan Allah daripada sebelumnya.

Ia menghela nafas lega, menyedari rasa resah yang selama ini menyelimutinya adalah karena ia merasa tidak memiliki arah, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Namun, kini ia merasa yakin dan percaya Allah telah menunjukkan jalan yang benar untuknya.

"Sekarang, tugasku adalah merancang dan melaksanakan rencana untuk mencapai impian-impianku," pikirnya. 

"Dan tentunya, aku harus selalu bersandar pada Allah dan menyerahkan segala urusanku pada-Nya."

Ia pun berdoa kembali, memohon petunjuk dan kekuatan dari Allah agar dapat melaksanakan rencananya dengan baik. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu berusaha dan berdoa, serta tawakal pada kehendak Allah dalam setiap langkah hidupnya.

Dengan langkah yang lebih mantap dan hati yang lebih tenang, ia merasa yakin akan mampu menghadapi segala rintangan yang ada di depannya. Ia mengucap syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah, dan berjanji untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan.

"Ya Allah, aku berserah diri pada-Mu," ucapnya dengan penuh keyakinan. 

"Aku percaya bahwa Engkau akan selalu bersama-sama denganku, dan aku akan selalu mengikuti ajaran-Mu dalam hidupku. Terima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan, dan berikanlah aku kekuatan dan petunjuk dalam menghadapi segala rintangan di masa depan."

Resah berganti tenang.


Kumpulan Cerita Pendek PRASASTI DIRIWhere stories live. Discover now