[chapter four]

885 21 9
                                    

🔞warning: mature content, harsh word, a porn!

Heesa tertidur di samping Irene dengan nyaman sampai gadis itu kembali bersin tanpa henti.

Heesa membuka matanya dan melihat ke arah Irene. Ia meletakkan telapak tangannya pada kening gadis itu untuk mengecek suhu tubuhnya. Heesa cukup terkejut saat merasakan tubuh Irene yang panas.

Akhirnya ia memutuskan untuk bergerak ke dapur dan kembali dengan semangkuk air es serta handuk kecil yang ia temukan tergantung di sebelah handuk yang tadi ia pakai.

Heesa mengusap poni Irene dan dengan perlahan ia meletakkan handuk kecil di kenning Irene agar tidak membangunkan adik tingkatnya itu.

Heesa terdiam menatap gadis di hadapannya, begitu cantik. Kalau boleh jujur, Heesa sudah melihat Irene sejak hari pertama di lift kampus dan ia begitu senang saat Sangkara mengenalkannya pada Irene.

***

Irene terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Ia terkejut karena merasakan dingin di keningnya, dan lebih terkejut lagi karena melihat Heesa yang tertidur dengan posisi duduk.

Ia melihat ke meja kecil di samping kasurnya dan menemukan mangkuk yang berisi air. Irene sadar bahwa Heesa mengkompresnya, dengan perlahan ia berusaha duduk dan meletakkan handuk kecil di meja.

"Ren?"

Irene kembali terkejut mendengar suara serak milik Heesa. Sialan, kenapa dia harus bangun.

"Kak, lo tidur yang bener gih jangan gitu," ucap Irene dengan gugup. Ia tidak bisa bohong, suara Heesa benar-benar membuatnya tidak waras.

"Mau ke mana?" tanya Heesa yang mulai duduk di kasur.

"Mau ambil minum kak, haus. Sekalian bawa mangkuknya ke luar, gue udah gak panas badannya," jelas Irene sambil mengambil mangkuk dan handuk di meja lalu berjalan ke luar kamar.

Sesampainya di dapur, Irene langsung meletakkan mangkuknya di wastafel. Ia mengambil minum dan membawanya kembali ke kamar. Ia bingung melihat Heesa yang belum tidur padahal sudah jam 3 dini hari.

Heesa melihat Irene yang sedang minum, "Boleh minta?" Mendengar hal itu, Irene langsung berhenti minum dan memberikannga kepada Heesa.

Heesa langsung menenggak seluruh air di dalam gelas yang diberikan oleh Irene.

"Sini Ren."

Heesa menepuk sisi kasur yang kosong agar Irene duduk di sebelahnya. Gadis itu hanya mengikuti perintah Heesa, walaupun jantungnya saat ini bergetar hebat.

"I didn't know you were that wild."

Mendengar ucapan Heesa mampu membuat darah berdesir di tubuh Irene, ditambah suaranya yang berat. Saat ini Irene sangat siap direnggut nyawanya oleh Heesa.

Irene tidak bisa bohong, Heesa terlihat begitu menarik bahkan saat pertemuan pertama mereka. Tidak heran jika semua wanita ingin memilikinya dan sekarang Irene masih tidak percaya bahwa laki-laki ini ada di hadapannya, mengenakan kaos oversized yang menjadi sangat pas di tubuhnya. Bahkan otot perutnya terlihat, meminta untuk diusap oleh Irene.

"I'm sorry, i was half asleep." ucap Irene membela dirinya, ia menundukkan wajahnya, tidak berani melihat Heesa.

Heesa meletakkan tangannya pada dagu Irene, mengangkatnya agar gadis itu melihat wajahnya. Sisi dominan Heesa mulai terlihat, ingin memberitahu apa yang Irene dapatkan jika bermain-main dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

are we, in love? // Heeseung (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang