[chapter one]

446 21 0
                                    

warning: [harsh words, cursing]

Heesa memarkirkan motornya di parkiran  depan gedung kampusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heesa memarkirkan motornya di parkiran  depan gedung kampusnya. Hari ini adalah hari pertama perkuliahannya yang sudah berada di semester 5, bagi Heesa, untuk mencapai semester 5 perkuliahannya merupakan perjuangan yang penuh keringat. Kuliah dengan jurusan Ilmu Hukum bukan hal yang mudah bagi Heesa, menghafal pasal-pasal, menganalisa kasus, membaca jurnal dan tesis yang tidak ada habisnya, semua itu dijalani Heesa dengan setengah mati.

Heesa membuka helmnya dan berjalan memasuki gedung berwarna abu-abu yang bertuliskan "Fakultas Hukum" dengan jeans dan kaos hitam yang berlapis jaket kulit. Keadaan kampus sedikit ramai karena hari ini juga hari pertama bagi mahasiswa baru memulai kelas perkuliahan. Heesa meraih handphone dari saku celananya dan langsung menelepon seseorang.

"Sang, di mana lo?" ucapnya sambil menekan tombol lift.

"Lantai 3, lo udah sampe emang?" jawab seseorang dari teleponnya, "Udah, lagi nunggu lift. Jangan masuk dulu! Tunggu gue," tak lama, pintu lift terbuka dan Heesa langsung masuk sambil mematikan sambungan teleponnya.

Heesa menekan tombol yang bertuliskan angka 3 dan membalikkan badannya untuk melihat keadaan luar gedung kampus yang terpampang jelas melalui jendela besar lift. Di bawah, terlihat 2 gadis yang tengah berjalan sambil bercanda, sudah dapat ia pastikan keduanya adalah mahasiswa baru. Terlihat dari pakaiannya yang masih rapi, tas yang masih berisi buku yang tebal, dan wajah yang bersinar. Oh, yang terakhir itu sepertinya hanya terlihat di mata Heesa.

Tring

Tanpa ia sadari, pintu lift terbuka menunjukkan bahwa ia sudah berada di lantai 3. Heesa langsung bergegas keluar dari lift dan berjalan menuju kelasnya. Dari kejauhan, terlihat seseorang dengan badan tinggi dan tas ransel kulit berwarna hitam.

"Woi, tumben lo beneran nungguin gue," teriaknya dari ujung lorong, membuat orang yang ia tuju menengok ke arahnya.

"Bajingan, gue tinggalin lo ngamuk, giliran gue tungguin lo banyak bacot," balasnya tak mau kalah. Pria yang tidak mau kalah itu adalah Sangkara, sahabat Heesa dari awal perkuliahan.

Sangkara sebenarnya tidak jauh beda dari Heesa, sehingga mereka sangat cocok untuk menjadi sahabat. Heesa yang selalu mengeluh dan Sangkara yang tidak memiliki kesabaran, cocok bukan?

"Hee, nanti abis kelas gue mau ngenalin lo ke seseorang, jangan lupa lo ajak Jake deh. Kita makan di tempat biasa," ucap Sangkara sambil berjalan memasuki kelas. Heesa berpikir sejenak, tumben sekali Sangkara memperkenalkan seseorang biasanya juga langsung diajak ke tongkrongan.

***

"Mana orang yang mau lo kenalin ke kita? Lama banget," ucap seseorang sambil menyalakan rokoknya. "Ya sabar anjing, lo juga baru ngerokok, mau ke mana sih lo?" balas Sangkara dengan emosi yang membara, Jake hanya bisa tersenyum sambil mengisap rokoknya.

are we, in love? // Heeseung (ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang