BAB 7

5.8K 374 0
                                    

Muge duduk menyendiri diujung ruangan seperti biasanya, menatap kosong makanan didepan matanya tanpa menyentuhnya.

Di saat semua orang tengah asyik berbincang bincang, bercanda, dan tertawa dengan riangnya, Muge tidak lebih hanya sebuah benda usang yang sudah tua dan lusuh diantara ribuan barang antik yang berkilauan disekitarnya.

Tidak ada seorang pun yang mau mengajaknya berbicara, dan Muge sudah terbiasa dengan semua itu seolah olah itu sudah menjadi makanan sehari hari untuknya.

"Klakkkk....." Seluruh mata seketika memandang di satu titik kearah pintu yang baru saja terbuka.

Kakek baru saja masuk dengan sebuah tongkat ditangannya, pandangannya menyapu habis seisi ruangan dan seketika wajahnya menjadi merah padam karena marah saat melihat Muge seperti sedang dikucilkan didalam keluarganya bahkan suaminya sendiri.

Melihat situasi seperti ini, Kakek merasa seperti Dejavu, dia tiba tiba mengingat seorang anak bernama Boa yang dia bawa dari suatu tempat, dan secara paksa menikahkannya dengan kakak Rio beberapa tahun yang lalu.

Kakek makin naik pitam lagi saat tau wanita yang bernama Reva juga ikut hadir diacara yang seharusnya hanya untuk keluarga besarnya saja.

Muge yang adalah cucu menantu sah sedang dikucilkan, sedangkan Reva yang bukan siapa siapa disanjung, dipuji, bahkan di perhatikan.

Memangnya wanita yang bernama Reva ini siapa? Dimatanya, dia hanya seorang wanita licik dengan wajah cantik saja. kakek sangat tau kalau Reva memiliki dua wajah dalam satu tubuh. Siapa yang mengira, dibalik wajah cantik itu terdapat sisi wajah asli yang bisa dibilang sangat busuk dan mengerikan.

Walaupun dia bisa mengelabui semua orang, tapi tidak dengan kakek.

Kakek merasa sangat sedih dan prihatin kepada anak dan cucunya. Bagaimana bisa dia yang begitu menjujung tinggi toleransi, tetapi sedang memelihara anak dan cucu yang sangat bertolak belakang dengan dirinya.

Kakek juga sering bertanya tanya pada dirinya sendiri, bagaimana perasaanmu jika semua itu terjadi padamu? Apakah kau akan kuat dan bisa bertahan seperti Muge?

Kakek membentak satu per satu orang yang ada diruang makan kala itu hingga berakhir pada Rio.

Tanpa menunggu penjelasan Rio, kakek menampar wajahnya dengan sangat kuat hingga suara nyaringnya memenuhi seisi ruangan.

"Aku tidak percaya kalau rumahku sekarang telah menjadi seperti sarang para idiot.."  ketus kakek sembari menatap satu persatu manusia manusia yang hadir, membuat suasana menjadi sangat mencekam.

"Sepertinya sia sia saja perjuanganku selama ini untuk mendidik dan menyekolahkan kalian hingga ke perguruan tinggi, karena ternyata otak idiot kalian lebih unggul daripada kepintaran yang selama ini sudah kalian pelajari selama berpuluh puluh tahun. Bagaimana bisa kalian lebih memilih untuk membuang secuil berlian hanya untuk membawa pulang setumpuk sampah yang berbau busuk." Ucapnya lagi, tetapi kali ini matanya tertuju kepada Reva yang sedari tadi diam membisu dengan sekujur tubuh yang telah dipenuhi oleh bulir bulir keringat dingin.

Ruangan yang sebelumnya sangat penuh akan berbagai suasana hati dalam ucapan, seketika menjadi sepi sunyi dan senyap, bahkan jika seekor lalat telah lewat didepanmu, kau akan dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

Kakek memanggil Muge untuk datang kepadanya. Dan tak butuh waktu lama untuk berpikir, Muge pun perlahan melangkahkan kakinya menuju kakek.

Mereka menyadarinya lalu saling menatap satu sama lain dan berkata dalam diam. Sepertinya kali ini, aroma anggur manis.

Semua orang seperti tidak heran lagi, hawa yang dikeluarkan oleh Muge terasa seperti Boa (istri kakak Rio). mereka selalu merasakan bahwa Muge dan Boa seperti memiliki bau yang berbeda beda, dan itu sangat wangi. Entah itu karena hormon atau memang karena aroma sabun mandi, tidak ada yang dapat menyimpulkannya secara nyata, tapi itu jelas sangat wangi dan tidak ada yang dapat menyangkalnya.

Aura hangat serta kenyaman yang terasa begitu lembut memang tidak bisa dibohongi bahkan jika kau mencoba untuk menyembunyikannya dengan sekuat tenaga, semua orang dapat merasakannya.

Saat berjalan pun, Muge terlihat sangat anggun dan cantik, aura itu seperti terlihat jelas mengelilinginya bahkan dengan mata telanjang sekalipun.

Entah mengapa, perasaan nyaman selalu hadir ketika Muge ada dirumah utama.

"Kau takut?" Ucap kakek lembut kepada Muge seraya tersenyum lembut.

Selama bertahun tahun lamanya, kakek selalu tanpa ekspresi, tapi setelah Boa dan Muge datang ke dalam keluarga ini, kakek seperti orang yang berbeda. Dia lebih sering tersenyum dan dapat disimpulkan bahwa kakek sekarang memiliki lebih banyak ekspresi dibandingkan sebelumnya.

Terakhir kali, orang orang rumah sempat berpikir, mungkin saja kakek telah membawa pulang anak haramnya yang ternyata adalah Boa  dan Muge, tapi setelah dipikir pikir lagi, itu semua sangat mustahil dan tidak akan pernah mungkin terjadi.

Kakek sangat menyayangi nenek walaupun nenek telah lama berpulang. Bahkan abu nenek dan abu lain pun telah disimpan disebuah guci yang terbuat dari marmer dan ditaruh didalam kotak kaca didalam kamar kakek sendiri.

Kakek juga menyimpannya dengan sangat hati hati dan penuh perasaan, seolah olah itu adalah jiwa raganya sendiri, dan itu seperti mengatakan bahwa kakek adalah orang yang sangat tulus mencintai dan menyayangi nenek dengan sepenuh hatinya.

Kembali ke meja makan, Muge masih terkejut dengan apa yang baru saja kakek katakan tadi. Mengapa kakek seperti mengetahui semua tentang dirinya.

Kakek sepertinya selalu tau perasaan apa yang dia rasakan. Entah itu senang, sedih, marah, atau kecewa, kakek mengerti semuanya.

Dan dengan ekspresi datar itu, kakek akan selalu berusaha membuat perasaannya membaik dan menjadi lebih baik lagi.

Muge juga selalu bertanya tanya pada dirinya sendiri, apakah kakek sebenarnya memiliki profesi sebagai seorang peramal atau semacamnya, tapi sedang menyamar sebagai seorang pengusaha? Apakah itu mungkin? Entahlah, hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat matanya berputar dan kepalanya berasap.

Tapi Muge telah menyimpulkan satu hal dengan pasti, bahwa didalam keluarga yang seperti sebuah neraka ini, sepertinya telah tinggal seorang malikat yang hadir didalamnya, dan orang itu adalah kakek. Karena baginya, hanya kakek lah yang paling mengerti dan sangat baik kepadanya, walaupun diawal cerita kakek seperti seorang iblis karena telah mengancamnya menggunakan ibu panti dan adik adiknya untuk menikahi Rio.

Tapi Muge tau, kalau semua yang kakek lakukan adalah baik adanya untuk dirinya sendiri beserta keluarganya, dan dia sudah membuktikan kalau ucapan kakek bukanlah omong kosong belaka.

Saat ini Muge sangat takut terhadap kakek, dia takut akan dimarahi karena tidak bisa menjaga suaminya dengan baik, dan membiarkannya membawa kekasihnya ditengah acara keluarga besar mereka.

Kakek mengelus lembut rambut Muge, sambil mengatakan kecemasan Muge barusan, kalau dirinya tidaklah marah kepada Muge, tapi tentu saja marah kepada anak dan cucu cucunya yang ada disana. Seketika mata kakek yang sebelumnya penuh kelembutan kepada Muge, memalingkan matanya menatap kearah mereka yang hadir dengan tatapan mematikan membuat seisi ruangan bergeridik ketakutan.

Sambil memandang manusia manusia itu, kakek dengan tenang mengatakan,

"Mulai hari ini aku yang akan bertanggung jawab atas Muge, dan dia akan tinggal di rumah utama bersamaku."

Seluruh mata seketika membola, menatap kakek dengan penuh ketidak percayaan, bahkan Muge sendiri pun demikian. Tapi dengan sekilas melihat raut wajah kakek yang seperti telah yakin akan keputusannya membuat mereka, mau tidak mau harus mempercayai semua omong kosong itu.

Unperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang