BAB 66

2.7K 156 5
                                    

Suasana disebuah ruang keluarga di rumah utama begitu ramai.

Beberapa kerabat tengah sibuk berbincang bincang tentang masalah pekerjaan mereka. Ada juga yang sedang asik mengutak atik ponsel pintarnya.

Glen, anak kecil itu, dia sibuk bermain dengan mainan pesawatnya yang ditemani beberapa paman serta bibi Rio. 

Sedangkan sisanya, sedang sibuk memuji dan menyanjung Allen, termasuk Sky dan Rio sendiri.

Boa dan Muge masih dalam suasana hati yang tidak menentu. Sejujurnya, mereka berdua sedang tidak baik baik saja, tapi sedang mencoba untuk bersikap seolah olah mereka adalah sebuah batu karang yang sangat kokoh. 

Di ujung ruangan yang luas itu, Boa telah sepenuhnya menjadi seorang kakak yang ingin melindungi adik tercintanya. Dan mereka berdua seperti saling menguatkan satu sama lain seperti orang bodoh.

Boa masih belum bisa mengatakan semua hal yang telah terjadi, karena Muge sendiri masih dalam masa pemulihan. 

Dokter Aldi sangat menyarankan untuk tidak membuatnya banyak pikiran karena bisa mepengaruhi kesehatan mentalnya.

Dari balik meja, Boa terus memegang erat tangan Muge. Sementara Muge sendiri, wajahnya masih terlihat menyedihkan.

Dengan ekspresi datarnya, Muge betanya dengan tanpa maksud tertentu.

"Kakak Boa... Mengapa?"

"???"

Boa seketika menoleh dengan penuh tanda tanya.

"Mengapa kau menyelamatkanku lagi?"

"Aku... Aku seharusnya mati. Aku tidak ingin terus merasakan sakit ketika melihat pemandangan seperti ini terus menerus. Sejujurnya, aku bahagia jika kakak Rio juga memiliki kebahagiaannya sendiri walaupun tanpaku. Tapi, tapi... Hatiku sama sekali tidak kuat menanggung rasa sakitnya."

"Kakak Boa... Suara suara itu sudah tidak ada lagi. Seharusnya aku merasa senang. Tapi sekarang, aku... Aku sudah terlalu lelah, begitu juga dengan hatiku. Jika saja aku mati saat itu, setidaknya hatiku tidak lagi terluka oleh kenyataan pahit ini."

Sambil mengutarakan isi hatinya, dia benar benar merasa miris oleh takdir Tuhan yang begitu kejam untuknya. 

Boa, dia tidak bisa berkata kata lagi ketika mendengar suara hati Muge yang sepertinya telah lama dia pendam sendiri, karena memang tidak ada yang bisa dia lakukan.

Walau takdir yang Tuhan berikan untuk mereka terlalu menyakitkan, tapi Boa yakin kalau Tuhan juga akan memberikan jalan bagi mereka meski prosesnya tidak mudah.

Di sisi lain, Sky dan Rio mulai menyadari keberadaan istri mereka yang terlihat sedang duduk berdiam diri tanpa ikut andil dalam hiruk pikuk suasana di ruangan itu.

Rio tertegun sejenak, sambil mamandang wajah istrinya dari arah kejauhan, dan bergumam pelan, "ada apa dengan ekspresi itu?"

Entahlah, dia mulai merasakan perasaan cemas di ujung hatinya. Tapi, dia akhirnya mengabaikannya. Saat ini, dia hanya sibuk di dalam benaknya, nama apa yang akan diberikannya untuk bayinya nanti?

Sementara Sky. Saat matanya dan mata Boa tidak sengaja bertemu, istrinya itu tidak segan segan mengalihkan pandangannya seolah olah dengan sengaja membuang muka.

Dia sedikit sadar akan perasaan gelisah di hatinya, tapi dia mengabaikannya begitu saja. Pikirannya hampir sepenuhnya teralihkan kepada Allen dan bayinya.

Ya, suami sempurna dalam prinsip yang sudah dia tanamkan dalam dalam di benaknya, kini telah hilang semuanya.

Saat semua orang masih sibuk dengan urusan mereka masing masing, dan suara "ceklekkk..." tiba tiba saja membuat semua orang tertegun.

Unperfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang