Jo tercekat dengan pertanyaan yang tak pernah ia duga sebelumnya, "Lo, tau dari mana?"
"Jadi bener? Kamu pernah mukul mantan kamu sampe masuk rumah sakit?" Tanya Maya mengulang.
Haruskah ia mengelak atau mengatakan kejadian sebenarnya, Jo merasa hal itu bukan hal yang harus di jelaskan kepada Maya sekarang mereka belum cukup dekat untuk membuka kotak pandora masing-masing.
Melihat Jo yang hanya terdiam membuat Maya tak bisa menahan sesak di dadanya, entah mengapa ia ingin menangis karena kemungkinan besar apa yang di katakan berita di luar sana benar adanya, mengapa sang ayah tega menjodohkannya dengan lelaki seperti Jo yang tak segan bermain tangan.
"Kalo alesan selama ini lo takut sama gue karena berita yang entah darimana lo dapet itu, lo gak perlu khawatir," Jo menyandarkan tubuhnya lalu berpangku tangan, "semua itu gak akan terjadi, karena lo bukan Sarah."
Jawaban Singkat yang bukannya menenangkan malah membuat hati Maya kian tak terima. Apa maksud Jo, dirinya bukan Sarah? Tak berhakkah dia untuk sekedar mengetahui alasan dari pemukulan itu mengapa semuanya menjadi sulit dalam pernikahannya. Maya mulai membenci keputusan sang ayah menikahkannya dengan sosok lelaki seperti Jo.
***
Seperti hari sebelumnya, Maya tertidur di kamar lain dan menangis sejadi-jadinya. Hati Maya merasa pedih dengan apa yang Jo katakan mengapa saat Jo mengatakan dirinya bukanlah Sarah malah membuat Maya tak terima, kesimpulannya itu terjadi karena statusnya kini adalah seorang istri dan ketika Jo yang adalah suaminya mengatakan nama wanita lain Maya berpikir wajar saja baginya merasa tak suka.
"Kenapa? Kenapa Ayah bikin aku ada di posisi ini kenapa? Jo bukan lelaki baik buat aku kenapa Ayah tega," Begitu racauan Maya sembari memukul-mukul bantal dan menangis sejadi-jadinya. Maya tak peduli jika Jo dapat mendengar isak tangisnya, Maya tak ingin menahan kekesalan dan akan berujung stress bagi dirinya sendiri.
Dan persis seperti dugaannya, Jo memang tengah berdiri di depan pintu kamar Maya sembari diam-diam mengepalkan tangan. Mengapa sebuah fakta yang pelik itu harus Maya dengar bukan dari mulutnya sendiri, lalu siapa lagi yang akan bicara tentang hal itu setelah Jo membungkam banyak media bahkan ia harus mengeluarkan banyak uang saat itu, atau mungkin satu nama yang berada dalam pikirannya yang sengaja membuat kekacauan dalam pernikahannya.
"Pasti sarah, kan?"
"Ada apa, Jo? Kenapa tengah malem gini kamu ngajak ke kafe?" Tanya seorang puan, ia mengenakan gaun yang cukup terbuka pada area bahu, lehernya berhias sebuah kalung dengan bandul berlian mahal. Warna hitam, memang sangat cocok dengan kesan elegan seorang Sarah Bauty dan itu bukan hal baru bagi seorang Josephine.
"Jujur sama gue, apa yang lagi lo rencanain?" Tanya Jo tiba-tiba membuat Sarah tak bisa tak terkejut, walaupun buru-buru puan itu mengatur ekspresinya.
"Maksud kamu?"
"Jangan sentuh pernikahan gue!"
Oh, kali itu Sarah segera dapat menyimpulkan jika kemarahan Jo berhubungan dengan Maya, perempuan yang membuat Sarah iri setengah mati.
"Kenapa? Kamu udah punya rasa cinta sama dia?"
"Bukan urusan lo!"
Sarah tersenyum lalu mengangguk, "aku gak pernah ganggu pernikahan kalian, adapun masalah yang terjadi di pernikahan kamu itu karena masa lalu kamu sendiri, Jo. Orang kaya kamu ... " Sarah menatap Jo dengan lekat, "gak bisa jalin hubungan sama siapapun."
Jo tiba-tiba memukul meja membuat seorang barista dan dua orang pengunjung terkejut, lihatlah, betapa tempramental seorang Jo dan siapapun perempuan yang akan bersanding dengannya akan sulit mengatasi sifatnya yang satu ini.
"Jo calm down, kita lagi di tempat umum," Sarah mengusap pelan punggung tangan lelaki itu membuat Jo kembali di tarik dalam kesadarannya.
"Intinya, jangan pernah nyoba ganggu pernikahan gue, apalagi nyentuh Maya. Dia gak akan pernah tau apapun tentang gue apalagi dari mulut lo, inget itu," Jo bicara sembari menunjuk tepat di depan wajah Sarah.
Wallflower tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wallflower
FanfictionBerkisah tentang Maya beserta pria yang tak di sangka akan menjadi jodohnya Eajxwendy anak_ayambiru 2023