THE FAITH CHAPTER 2
Ku gowes sepeda dengan kencang, nafas keluar dengan tergesa-gesa dan detak jantung terasa sangat cepat. 'Semoga saja masih ada waktu'
Aku tiba sebelum waktunya masuk. Aktifitas yang bisa di lakukan di ruang ini hanyalah belajar. Sementara yang lainnya, mereka saling berkomunikasi dan bercanda gurau.
'Apa ini yang namanya kesepian' aku menundukan kepala di atas dua tangan yang saling bersilang.
Semua penglihatan ku jadi gelap, tak ada satupun cahaya maupun imajinasi yang berada di dalam pikiran.
'Aku hanya ingin merenungi semuanya'
Karena, memilih suatu tindakan adalah keputusan sendiri dan konsekuensi yang di dapat adalah hasil nya. Aku terlalu takut untuk mengejar, karena semakin keras aku menerobos ombak besar, semakin keras juga lontaran air yang di dapat. Hasilnya hanya akan melukai diriku.
aku terlalu menyayangi diri sendiri karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang lain. Aku takut jika nanti bersama mu, yang aku lakukan hanyalah memanfaatkan kasih sayang darimu dan lebih mementingkan ego sendiri.
Aku tidak ingin menyalahkan diriku atas hal itu, memikirkan nya saja sudah cukup menyiksa. Maka dari itu, yang harus aku lakukan adalah
melupakan mu, Johan Liebert.
*Ding dong
Saat pulang, aku membawa tas ransel seperti biasanya. menaiki sepeda untuk pulang ke apartemen merupakan kegiatan yang paling aku nantikan.
- 💭 ୭̥ ⋆*. ›
"Aku pulang" biasanya aku selalu menyusun sepatu di rak tetapi kali ini ku taruh di depan pintu saja dan Tas yang selalu ku simpan dengan rapih, kali ini ku geletakan di bawah lantai.
'Mungkin menulis di buku bisa menyelesaikannya masalah'
Kata demi kata sudah ku tulis, tetapi tulisannya semakin lama semakin menebal hingga menghabiskan seluruh isi pensil. Aku sadar bahwa perasaan ku sedang gundah saat ini
'tidak tidak TIDAK, ini tidak bisa.. aku tak ingin menyiksa diri hanya karena perasaan ini, aku harus segera melupakan nya.' Kepala ku tertunduk di atas buku tulis, sementara hari menjelang gelap.
"Hah iya" menatap jendela yang mengarah langsung pada jalanan kota, membuat ku berpikir tentang apa yang akan orang lakukan jika dia sedang ingin melupakan masalahnya. "Alcohol." Aku segera mencari baju untuk pergi ke bar terdekat.
Saat di parkiran sepeda, aku melihat seorang wanita berambut coklat panjang dengan sebotol miras di tangannya, dia bergumam "BRENGS*K, DASAR COWOK BAJ*NGAN!!" Dia menangis tersedu-sedu dan meminum botol itu.
Kita saling melihat satu sama lain
"apa kau lihat-lihat! Ingin bernasib seperti ku juga? Kau ingin miras ini? Kau mau?"aku kepergok melihatinya, mau ga mau aku harus menegur nya jika sudah seperti ini
"Tidak, hanya saja, miras itu tidak cocok untuk di jadikan pelarian. Lebih baik kau mencari kebahagiaan mu sendiri."
Dia melihat ke arah ku dengan alis yang mengangkat sebelah dan mulut yang seakan-akan meledek ucapan ku.
"Cihh, aku tidak peduli dengan pendapat mu bocah idi*t. Yang aku peduli hanyalah lelaki berbatang besar itu benar-benar sangat menjijikkan." dia mengoceh - ngoceh tidak jelas, daripada meladeninya, lebih baik aku segera kabur dari sini.
"HEI BOCAH, KAU INGIN KEMANA, DENGARKAN AKU DULU DASAR SI#LAN!!" dia meneriakiku seakan ingin memaki.
Tetapi aku mengabaikan wanita itu, dan memilih kabur untuk mencari udara segar.
'sangat di sayangkan jika aku tak melakukan apa-apa setelah keluar'
banyak bangunan - bangunan yang sudah aku lewati, mulai dari toko kue, kafe, toko hadiah dan bar. di depan sana ada satu bangunan indah yang nampak nya sudah jarang orang pakai.
aku berhenti sebentar untuk mengambil foto bangunan indah itu dan kemudian
*Bruk!
Ada sesuatu yang terjatuh, suaranya begitu jelas dari arah bangunan itu, aku menghentikan sepeda di depan gerbang bangunan tua itu. Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam bangunan itu, suaranya begitu tenang sampai-sampai bulu kuduk ku berdiri.
Aku penasaran dan memutuskan untuk tetap menaiki sepeda karena suara langkah kaki itu semakin mendekat.
Dari gelapnya bangunan tanpa lampu, penglihatan ku menangkap sesosok pria yang keluar dari bangunan tua itu.
Terlihat jelas, wajah pria itu terlihat sangat jelas di bawah lampu yang tinggi.
"Johan?"
──────────────────✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
✶ 𝐓he 𝐅aith - Nameless Monster
Fanfiction"Ini bukan tentang siapa yang terdekat tetapi siapa yang engkau percayai." kepercayaan Monster terhadap Svenja tidak diakui oleh Monster itu sendiri, karena ia memiliki perasaan yang tak bisa digambarkan dengan baik. Svenja selalu takut untuk menaru...