THE FAITH CHAPTER 7
Aku dan Johan pergi ke Mansion Tuan Hans Georg Schuwald. Saat sampai di sana, aku hanya mengantar nya sampai di depan gerbang saja. Terlihat dari luar bahwa Halaman nya cukup luas, banyak juga dedaunan dan pohon yang tubuh subur di halaman nya.
Dia mulai menuruni motor dan menghadap ke arahku dengan tangan yang memegang helm
"Terima kasih"
Aku mengambil helm dari tangannya dan mencantumkan helm itu ke gantungan motor.
"tidak masalah." sautku dengan senyum yang sedikit canggung.
"kalau begitu... aku masuk dulu; sampai jumpa?" dia mengakhiri nya dengan senyum yang lebar dan menunggu jawabanku untuk benar-benar pergi.
Aku hanya mengangguk Dan akhirnya dia mulai mengambil langkah pergi dari hadapan ku. Tetapi sebelum terlalu jauh, aku teringat akan suatu hal
"Johan!" aku menunggu dia tuk kembali berbalik. Untung saja dia masih bisa mendengar dan kembali berbalik ke arahku dengan kepala yang sedikit memiring
"Kalau butuh sesuatu.. kau bisa hubungi nomer ini." kemudian aku menyerahkan sepotong kertas bertuliskan nomer telepon apartemen ku, perlahan dia mendekat dan wajahnya terlihat sedikit bingung tetapi dia tetap menerima kertas itu.
matanya melihat dengan seksama kertas itu lalu dia mengerti apa yang aku maksud."Baiklah, Terima kasih." jawab pria itu dengan senyum nya yang tidak pernah berubah.
"hati-hati di jalan, Svenja."
Setelah dia masuk ke gerbang halaman, aku segera mengenakan helm dan siap pergi menuju ke perpustakaan Friedrich Emmanuel untuk mengembalikan buku dongeng itu.
*Brumm..!! Brumm..!!
Aku mengambil langkah masuk ke tempat Jamie untuk mencatat daftar pengunjung seperti biasanya. Saat memasuki tempat perpustakaan, terlihat ada perempuan pirang berambut pendek yang sedang mengisi daftar pengunjung itu juga.
Kali ini aku tidak menyapa Jamie karena sepertinya dia sedang berbicara dengan perempuan itu. Jamie menyadari kehadiranku dan kita saling menyapa dengan senyuman tetapi setelah nya dia kembali menatap perempuan itu.
Saat aku mencatat pengembalian buku, sepertinya perempuan berambut pendek tadi masih berdiri di sebelah ku dan melihat ke arah buku dongeng yang ku taruh di atas meja.
"kau bisa berbahasa cheska?" tanya-perempuan itu yang ternyata mengenakan kaca mata half frame.
"I-iya.., Ada apa?"
"ahh! Senang bertemu denganmu, nama ku Lotte Frank jurusan antropologi budaya."
Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan langsung menjulurkan tangan nya, Aku pun menerima jabatan tangan itu.
"Svenja jurusan hukum. Senang bertemu denganmu, Lotte?"
"Salam kenal, Svenja! Syukurlah aku bertemu dengan mu di sini. Aku ingin bertanya padamu tentang bahasa cheska, jika kau tidak keberatan?"
Aku berpikir sebentar, ini mungkin menguntungkan kedua pihak, Dia juga terlihat seperti membawa sebuah buku, jadi.. apa salah nya menerima tawaran itu? 'mungkin kita memiliki hobi yang sama.'
"tentu saja, aku tidak keberatan." aku berusaha untuk memberikan nya senyuman yang hangat agar memberikan kesan bagus pada diriku sendiri.
"baiklah kalau begitu, Bolehkah kita mencari tempat yang lebih nyaman di dalam?"
Aku hanya mengangguk dan pergi bersama nya. Sebelum itu, aku memberikan senyuman pamit pada Jamie, dia juga membalasnya dengan anggukan pelan dan senyuman kecil.
Aku mengikuti nya dari belakang, dia terlihat seperti orang yang sibuk dan membawa banyak barang di tas nya, dia juga sedari tadi memegangi sebuah buku, buku itu nampak tak asing bagiku.
Lotte mulai terduduk di sebuah kursi lalu menaruh tas dan bukunya di atas meja, begitu juga dengan ku yang mulai menarik kursi untuk terduduk disebelah nya.
"jadi..apa yang ingin kamu bahas?" aku melihat ke arahnya tetapi pandangan ku menangkap judul buku yang ada di sebelahnya, buku itu.. berjudul 'The nameless monster?'
"aku ingin kau menerjemahkan buku ini satu persatu, sebelumnya aku pernah meminta tolong temanku untuk menerjemahkan buku ini tetapi aku ingin mengetahui nya lebih jelas lagi." Lotte menarik bukunya ketengah dan benar.. buku itu pernah aku baca sebelum nya.
"ahh- apa kau suka buku dongeng seperti ini?"
"bisa dibilang, akhir-akhir ini."
Aku hanya mengangguk dan wanita itu mulai membuka bukunya. Dia hanya meminta ku untuk menerjemahkan bahasa cheska yang di pakai dalam buku dongeng itu dan tentunya kita juga menghabiskan waktu seperti berbincang tentang bagaimana dia bisa mendapatkan buku ini dan berbincang masalah yang lain juga.
"sebenarnya, teman aku yang menerjemahkan buku ini.. sedikit mirip dengan seseorang. Dan aku rasa, mereka memang benar-benar anak kembar."
"kenapa bisa kau berpikir seperti itu?"
"karena rambut mereka sama-sama pirang dan ga hanya itu, mata mereka juga memiliki warna yang sama. Ya tapi, entahlah- aku hanya merasa bahwa mereka itu sama; setiap kali aku melihat salah satu dari mereka."
Aku diam, berpikir tentang apa yang barusan dia katakan dan kemudian, aku teringat bahwa Johan juga memiliki rambut yang sama dengan apa yang disebutkan oleh Lotte tadi. Dan untuk warna matanya, aku memutuskan bertanya kembali kepadanya.
"memang nya.. mata mereka berwarna apa? Kalau boleh tahu?"
"ummm, mereka memiliki mata berwarna biru." lotte meyakinkan pernyataan nya dengan mengangguk perlahan. Dia kemudian mengalihkan pandangan nya terhadap ku setelah menjawab pertanyaan itu.
"kamu pernah melihat nya?"
Sontak, aku terdiam dan memikirkan jawaban yang tepat secepat mungkin karena mungkin saja, dia memang sedang membahas pria itu "sepertinya iya, aku pernah melihatnya, dia seorang pria bukan?"
"benar, dia memang seorang pria. apa kau tahu siapa pria itu?"
"aku.. memang pernah melihat nya tetapi aku tidak mengenal nya. Jadi- aku tidak pernah tau siapa namanya."
"ahh begitu.." Lotte mengangguk pelan lalu menutup buku nya dan mulai berdiri dari kursi.
"baiklah! terima kasih atas waktunya. Jika kita bertemu kembali, akan aku pastikan untuk membalas kebaikan mu ini. Dah, sampai jumpa!"
Perempuan berkaca mata itu pergi melakukan kegiatan-nya dan aku hanya terduduk diam sambil terus memperhatikan nya sebelum dia benar-benar jauh dari pandangan mata ku.
'mungkinkah wanita itu..
mengenali Johan?'- 🌇 ୭̥ ⋆*. ›
Malam nya, aku memang sedang mengerjakan tugas kuliah tetapi entah mengapa.. aku membantu Johan untuk bertemu dengan seseorang di tempat bordil. Ini sangat memalukan tetapi aku tidak bisa menolak, aku sangat ingin membantu nya.
Pria itu kemudian terturun dari motor yang aku kendarai, dengan senyum kecilnya,
dia berkata "bisakah kau menunggu ku sebentar? Maaf jika aku merepotkan mu, tetapi aku tidak akan lama, tenang saja."
Aku hanya mengangguk, menyanggupi. dan Seperti yang dia katakan, aku hanya terduduk diam di atas motor, melihat Johan dari kejauhan. Aku terus memperhatikan nya dan seorang wanita menghampiri dia lalu menggandeng-nya. Aku tahu aku merasakan cemburu tetapi aku tidak melakukan apapun karena aku hanya bisa membantu nya dari kejauhan.
────────────────── ✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
✶ 𝐓he 𝐅aith - Nameless Monster
Fanfiction"Ini bukan tentang siapa yang terdekat tetapi siapa yang engkau percayai." kepercayaan Monster terhadap Svenja tidak diakui oleh Monster itu sendiri, karena ia memiliki perasaan yang tak bisa digambarkan dengan baik. Svenja selalu takut untuk menaru...