3. Gentala (A)

46 30 14
                                    

Gentala Carel, lelaki yang sedari kecil hidup mewah bersama orang tuanya dan hidup bagai anjing kecil yang selalu menuruti semua perintah dari Ayahnya. Dirinya sangat menyukai berbagai jenis musik.

Kecintaannya pada musik sudah tidak diragukan lagi, ia bahkan bisa saja mengorbankan segala hal yang ia miliki demi bisa berteman dengan musik. Orang tuanya pun sangat senang dengan hal itu. Namun, bukan senang karena ia memiliki kemampuan, melaikan senang karena ada orang yang bisa mereka peras demi uang.

Perlahan saat namanya mulai naik dan dikenal sebagai sosok musisi atau seniman, ia mulai merasakan ada keanehan pada dirinya. Tubuhnya seringkali merasa lemah untuk beberapa saat, kemudian setelah ia diobati, energi itu seperti merajalela di tubuhya dan ia merasa hidupnya kembali di mulai lagi. Umurnya baru menginjak tujuh belas tahun, namun terkadang ia merasa sudah berumur lima atau enam puluh tahun, dan terkadang pula ia merasa bahwa ia baru saja dilahirkan.

Semua orang terdekatnya seperti merahasiakan sesuatu darinya, penyakitnya, dan segala hal lainnya. Ia pernah mencoba pergi ke rumah sakit yang sangat jauh dari rumahnya seorang diri untuk memeriksakan keadaannya, akan tetapi setelah diperiksa tak ada yang aneh dan tidak ada penyakit dalam tubuhnya itu, semuanya normal. Lalu, sebenarnya apa yang terjadi pada diriya?

"Gentala, bangun." Seseorang mengelus pipi Gentala dengan lembut. Ia pun perlahan membuka matanya dan tersenyum ketika tahu siapa yang ada di hadapannya sekarang. Denisa Aurelya, sahabat kecil sekaligus cinta pertamanya.

"Sa, syukurlah," ujar Gentala sambil memegang tangan Denisa.

"Kamu pingsan pas manggung tadi. Belakangan ini kayaknya kamu sering banget ya gini? Aku tahu kamu mungkin capek, tapi pikirin kesehatan kamu juga. Aku panik pas denger beritanya, tadi. Pas aku ke sini, orang-orang ngelarang aku buat ketemu kamu dulu. Emang kamu sakit apa, sih?" tutur Denisa dengan nada yang sangat lembut.

"Tapi sekarang aku baik-baik aja, kok. Selama kamu ada terus di samping aku, aku pasti akan terus baik-baik aja." Mendengar hal itu Denisa menghembuskan napasnya pasrah, dia sungguh cemas dengan keadaan sahabatnya yang semakin melemah itu.

"Tadi kata Dokter kalau kamu udah sadar, kamu udah boleh pulang. Aku bilang dulu ya kalau kamu udah sadar. Nanti pas pulang, kamu harus istirahat. Jangan pikirin kerjaan dulu. Besok juga jangan sekolah, biar aku izinin ke guru kalau kamu sakit." Gentala mengangguk dengan manja pada Denisa, kemudian Denisa segera pergi untuk memberi tahu perawat atau dokter di sana jika Gentala sudah sadar.

Tak lama Denisa datang dengan seorang dokter yang sudah tak asing dengan Gentala, yaitu Dokter Rudi. Beliau adalah dokter yang selalu merawatnya dari dia masih kecil. Dokter Rudi memeriksa kondisi Gentala, kemudian setelah memastikan bahwa tubuhnya sudah baik-baik saja, ia pun mengijinkan mereka untuk pulang.

Denisa membantu Gentala untuk turun dari tempat tidurnya, meski sebenarnya Genta bisa melakukannya sendiri. Namun ia ingin bermanja dengan gadis yang dicintainya itu. Denisa memang dikenal sebagai gadis yang lugu dan baik hati, bukan hanya kepada Gentala saja ia melakukan banyak kebaikan, tapi juga semua orang di sekelilingnya.

Baru saja mereka ke luar dari pintu rumah sakit, para penggemar Gentala sudah ramai menunggu di halaman rumah sakit sambil teriak dan heboh mencemaskan sang idola. Genta melepaskan pegangannya pada Denisa lalu terseyum kepada para penggemar seolah ia baik-baik saja.

Denisa dengan segera menelepon supir pribadi Gentala supaya mereka bisa bebas. Sebenarnya sebelum mereka sampai di halaman rumah sakit, Denisa sudah menyuruhnya untu menjemput. Namun ia lupa jika Gentala amat terkenal, sehingga banyak yang mengunjunginya begitu mereka tiba.

"Tenang semuanya, gue baik-baik aja kok. Tadi cuma kecapekan aja. Gue janji di panggung selanjutnya, gue bakal berusaha lebih baik lagi buat kalian. Udah ya, kalian pulang aja istirahat, pasti kalian capek udah ngelakuin banyak kegiatan hari-" ucapan Gentala terpotong ketika ia melihat mobilnya sudah sampai untuk menjemput dirinya dan Denisa. "Eh, gue pulang dulu ya, kalian juga istirahat biar kita bisa ketemu lagi, see you guys!"

Gentala dan Denisa dengan cepat naik ke dalam mobil, dan mobil segera melaju meinggalkan keramaian. Para petugas keamanan rumah sakit yang sedari tadi menjaga kerumunan penggemar Gentala pun menarik napas lega karena saat ia pergi, mereka juga ikut membubarkan diri.

*****

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, akhirnya mereka sampai ke rumah Gentala yang megah. Rumah yang jauh dari keramaian dengan pemandangan yang luar biasa indahnya.

Ibu Gentala yaitu Randiana sudah menunggu anaknya di ruang tengah dengan wajahnya yang datar tanpa mengekspresikan apapun. Denisa yang melihat itu, mengelus pundak Gentala untuk menguatkannya dan bersikap seolah semua akan baik-baik saja.

"Kamu buat kekacauan, Gentala," ujar Randiana begitu melihat Gentala dan Denisa. Sorot matanya sangat tajam, sehingga mereka takut untuk menatapnya.

*****

Note.

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian ya kalau kalian suka cerita ini. Terima kasih! ^^

WHO IS MATHEA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang