8. Mimpi

19 10 3
                                    

   Sesampainya Grizelle di dalam kamarnya, ia segera mandi dan mencuci seragamnya yang sudah bau karena telah beraktifitas seharian. Setelah itu, barulah ia merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ia pun mengambil buku berjudul Past Dream tersebut untuk segera ia baca sebelum waktu pengembalian, meskipun sebenarnya ia tak begitu tertarik dengan buku tersebut.

Ia membaca bab pertama dalam buku itu, ia langsung tertegun saat ia membacanya. Di bab pertama itu dikisahkan tentang seorang wanita dari Gladalene bernama Mathea yang dikenal sangat cerdas dan baik hati, bahkan banyak masyarakat di sana yang menjulukinya Den Geniale Jenta yang artinya gadis yang cerdik.

Suatu hari ia tak sengaja bertemu dengan seorang pemuda yang berasal dari negara Velstand yang juga sama cerdasnya seperti dirinya. Pemuda tersebut bernama Hugin, dia datang ke Gladalene bersama keluarganya untuk urusan berdagang. Mathea sangat tertarik pada Hugin bahkan di saat ia baru bertemu dirinya. Ketampanan dan kecerdasan Hugin lah yang membuatnya langsung jatuh hati.

Baru saja ia membaca satu bab, tanpa sengaja ia tertidur dengan posisi memeluk buku tersebut. Ia sungguh lelah hari ini, mungkin itu sebabnya ia tidur begitu cepat dari biasanya.

*****

Grizelle terkejut begitu melihat cahaya putih di sekelilingnya, angin yang begitu kencang membuat rambutnya tersisir ke belakang. Ia merasakan kakinya terus melangkah melewati cahaya putih itu, padahal ia sedang tidak menggerakkan kakinya. Anehnya lagi, ia tidak merasa silau sedikit pun saat melewati cahaya putih itu. Perlahan cahaya putih itu meghilang dan terlihatlah sebuah desa yang sudah kuno. Tempat itu sangat sepi. Ia mengerlingkan pandangannya ke sekitar, melihat betapa menakjubkannya tempat tersebut.

Saat sedang melihat-lihat, tanpa sengaja ia bertemu dengan seseorang yang tak asing baginya. Pandangan keduanya pun bertemu, mereka sama-sama menampakkan wajah terkejut. Lalu tanpa berlama-lama lagi mereka saling menghampiri.

"Lo ngapain di sini?" tanya lelaki tersebut dengan nada yang sangat ketus.

"Lah, lo sendiri kenapa ada di sini? Apa gak ada siapa-siapa di sini?" Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya.

"Gue juga gak ngerti kenapa gue bisa di sini. Gue cuma ikutin cahaya gitu tadi dan tiba-tiba di sini. Gue juga udah keliling di sini, gak ada orang satu pun. Tapi gue tadi ke sini bareng sama laki-laki, tapi pas sampai dia malah ngilang," tutur Gentala sambil melihat-lihat di sekelilingnya untuk mencari pria yang ia temui.

"T-terus kita harus ngapain di sini? Gimana cara pulangnya?" tanya Grizelle dengan panik.

"Lo napa panik gitu, dah? Tenang aja kali, cuma mimpi ini," jawab Gentala dengan santainya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk jalan bersama mencari seorang pria yang diceritakan Gentala. Saat diperjalanan mereka bertemu dengan seorang wanita yang sedang duduk tersengguk menangis sendirian sambil menelungkupkan wajahnya di kedua lengannya yang ia pakai untuk memeluk kakinya. Tanpa berpikir panjang, mereka segera menghampiri wanita tersebut.

"Kamu kenapa? Kenapa kamu sendirian di sini? Ke mana yang lainnya?" tanya Grizelle sambil berjongkok untuk menyetarakan dengan wanita tersebut. Wanita itu akhirnya mengangkat wajahnya, Grizelle dan Gentala sangat terkejut dan takut ketika melihat wajah wanita tersebut. Wajahnya terlihat penuh darah berwarna merah tua, matanya hampir lepas, dan bibirnya seperti baru saja dirobek.

"Jeg er Mathea. V-vennligst hjelp meg," ucap wanita itu dengan begitu ketakutan. Grizelle menatap penuh iba pada wanita tersebut, namun itu begitu mengerikan ketika mulut yang baru saja robek di buka lebar. (Arti: Nama saya Mathea. Tolong bantu saya).

"H-hah? Mathea? Kamu ngomong apa?" tanya Grizelle lagi dengan jantung yang sangat berdebar.

"Hva sa du? Jeg vet ikke hvem du er og hvor fra. Vennligst hjelp meg. Help me!" kata wanita itu dengan nada seperti sangat ketakutan dan menangis, ia pun berdiri memperlihatkan dress-nya yang penuh dengan noda darah. Grizelle hampir menangis melihat hal itu, kakinya bergetar dengan sangat hebat. Gentala berdiri di depan Grizelle untuk menutupinya agar gadis itu tak ketakutan. (Arti: Apa katamu? Saya tidak tahu siapa Anda dan dari mana. Tolong bantu saya. Bantu saya!).

Wanita itu berjalan semakin dekat ke arah mereka berdua, entah dari mana ia bisa menebak keberadaan mereka. Grizelle semakin ketakutan, Gentala mengajaknya untuk berlari, namun kaki mereka seperti sangat berat dan susah untuk berjalan ataupun berlari. Tanpa sengaja Grizelle meneteskan air matanya, ia berteriak di dalam hatinya meronta ingin segera pulang.

"Cel, bangun! Kenapa kamu nangis?" Grizelle seketika tersentak ketika mendengar hal itu. Ia melihat ibunya di depan matanya sambil menghapus air matanya.

"Ayo bangun, kamu harus sekolah," kata ibunya lagi dengan lembut, dan segera beranjak dari tempatnya duduk untuk pergi membuatkan sarapan. Grizelle menghela napasnya lega, ia merasa beruntung karena ibunya membangunkannya.

Ia pun bergegas bersiap untuk berangkat ke sekolah, lalu setelah itu ia pergi ke ruang makan untuk memakan sarapan yang sudah disiapkannya ibunya. Baru saja ia sampai di ruang makan, Daffin sudah terlihat duduk di meja makan sambil memakan nasi goreng.

"Awas ya jangan diabisin, gue juga mau makan!" sentak Grizelle membuat Daffin terkejut.

"Cel, jangan kasar dong sama temen kamu," kata ibunya sedikit menasehati.

"Tenang sih, gak akan gue habisin sebanyak ini juga." Daffin menunjuk nasi goreng yang masih sangat banyak. Grizelle kemudian duduk dan mengambil piring untuk wadah nasi gorengnya, lalu Daffin kembali berkata, "Eh, gue mimpiin Gentala semalem. Gue mimpi sekeliling gue tuh terang banget. Terus gue tiba-tiba ada di tempat kayak desa gitu, tapi gue cari Gentala udah gak ada. Tau dah gak jelas banget tuh mimpi tiba-tiba mimpiin dia."

Grizelle seketika terbatuk mendengar cerita dari Daffin, matanya terbelalak karena terkejut. "Terus lo ketemu cewek gak di sana?"

"Gak, sih. Gue langsung bangun pas tau dia ngilang. Hih geli banget gue mimpiin dia." Daffin bergidik ngeri mengingat mimpinya tadi malam.

Grizelle terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Apa maksud dari mimpi itu? Apa Daffin dan Gentala juga memimpikan hal yang sama? Bukannya Mathea adalah tokoh wanita dari buku yang sedang ia baca? Apa mimpi itu ada kaitannya dengan buku yang ia baca?

*****

Note.

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian ya kalau suka sama cerita ini. Terima kasih! ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHO IS MATHEA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang