6. Hilang

22 17 16
                                    

"Hm, mungkin. Mau balik lagi ke Tante Desi buat balikkin bukunya?" tanya Gentala lagi.

"Boleh, deh. Takut ada yang lagi perlu buku ini. Kayaknya ini buku kuno banget," ujarnya sambil mengangguk dan menyimpan lagi bukunya. Gentala kemudian menyuruh sopirnya untuk putar balik ke tempat semula.

Karena mereka belum jauh dari perpustakaan milik tantenya Denisa, jadi tak butuh waktu yang lama untuk sampai di sana. Denisa turun seorang diri sambil membawa buku yang hendak dikembalikan, karena Gentala seorang artis jadi ia tak bisa mengantar sahabatnya untuk masuk ke perpustakaan.

Beberapa menit kemudian, Denisa kembali ke dalam mobil dengan tangan yang masih menenteng buku yang sama. Gentala yang melihat itu pun kembali dibuat penasaran lalu tanpa ditanya Denisa sudah lebih dulu menjawab pertanyaan yang ada pada pikirannya.

"Kata Tante Desi, dia gak pernah punya buku yang kayak gini. Di daftar buku-buku perpustakaannya juga gak ada judul Past Dream ini. Terus ini buku siapa, dong?" tanya Denisa sambil menghela napasnya bingung. Gentala mengambil buku tersebut dari tangan Denisa lalu tak sengaja ia melihat cap perpustakaan sekolah di halaman belakang bukunya.

"Ini bukannya logo sekolah SMA Guntur Wijaya? Apa cewek yang tadi sama kamu, dari sekolah sana, ya?" tanya Gentala sambil menunjukkan cap logo tersebut pada Denisa.

"Eh, kayaknya iya, deh. Bukunya ke bawa sama aku. Gimana, dong? Mana itu buku dari perpustakaan sekolahnya lagi, kayaknya dia pinjem itu." Denisa begitu panik karena memikirkan jika buku itu penting bagi Grizelle dan harus dikembalikan pada perpustakannya.

"Ya udah, nanti besok pas pulang sekolah kita ke sekolahnya aja, gimana?" sarannya untuk menenangkan sahabat di sebelahnya.

"Aku aja deh yang ke sana sendiri. Kamu 'kan harus latihan buat besok malam. Acara penting 'kan itu?"

"Gak. Kamu gak boleh pergi sendirian. Lagian cuma kembaliin buku aja 'kan? Udah, sekarang kita pulang aja dulu. Istirahat. Masih ada tugas juga buat dikerjain." Denisa mengangguk pasrah tidak berani mengelak perkataannya, kemudian Gentala menyuruh lagi sopirnya untuk megantarkan mereka berdua pulang ke rumahnya masing-masing.

*****

Keesokan harinya, Daffin dan Grizelle pergi ke sekolah bersama menaiki motor Daffin, karena rumah mereka berdekatan. Daffin sudah tahu jika buku perpustakaan yang ia pinjam hilang, itu sebabnya semalaman ia yang begitu taat, menceramahinya habis-habisan. Grizelle terus murung sepanjang perjalanan ke sekolahnya, ia takut jika lusa bukunya tidak kembali ia harus mengganti dendanya dan pasti akan diomeli oleh petugas perpustakaan serta selanjutnya tak akan mudah lagi bagi dirinya untuk meminjam buku di sana.

"Udah gak usah dipikirin. Itu 'kan salah lo juga yang malah kasihin buku itu ke orang. Nanti kalau lo dimarahin, gue juga bakal bantu lo, deh, gue janji," ujar Daffin untuk memberi semangat pada sahabatnya saat mereka baru saja sampai di sekolah.

"Fin, gue jadi bener-bener ngerasa bersalah karena gak bisa jaga amanah. Harusnya gue kemarin dengerin omongan lo, sih, buat jaga buku itu ba-"

"AAA ... POCONG MBAK WATI LEWAT!" teriak Reno dari belakang mereka untuk membuat keduanya terkejut, namun gagal karena sebenarnya mereka sudah menyadari keberadaan Reno. "Yah, kalian gak seru. Pura-pura kaget kek biar gue seneng, gitu. Gak pengertian banget jadi temen."

"Diem, No. Kena semprot si beruang lagi, nangis lo. Mending sana deh samperin pacar lo itu, siapa tahu udah datang sekolah," saran Daffin dengan nada sedikit becanda supaya Grizelle tak benar-benar menerkam Reno di tempat.

"Lah, dia belum kelar PMS-nya? Lama amat." Grizelle yang mendengar hal itu langsung menatap sinis pada Reno.

"Lu kira kalau PMS cuma sehari abis 'tuh selesai, apa?!" Reno tersenyum dengan tengil, membuat Daffin sedikit menahan tawa.

WHO IS MATHEA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang